CHAP 1

125 12 0
                                    

SELAMAT MEMBACA! MAAF JIKA ADA TYPO BERSERAKAN. SAYA BERHARAP ANDA MENINGGALKAN JEJAK (VOTE & KOMEN)

~

Di malam yang di penuhi dengan hamparan bintang, seorang lelaki tampan tengah dusuk tenang di dalam ruangan serba putih yang membuatnya jengah dan bosan.

Jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk meja yang berada di hadapannya. Pandangan matanya benar-benar kosong entah menatap ke arah mana. Hatinya berkecamuk. Jiwa dan raganya memang menetap di tempat. Namun pikirannya, semuanya tertuju pada orang-orang yang ia sayang dan ia cintai.

Namun tak berselang lama, semua pikiran dan lamunan nya seketika tertarik kembali pada diri berada akibat deheman yang terdengar dari indra pendengaran nya.

Ekspresi nya sama sekali tidak berubah, matanya menatap tajam namun dirinya tetap terlihat tenang.

Helaan nafas kasar terdengar. "Kau tidak meminum nya ya?" Pertanyaan itu terdengar ketika sang lawan bicara telah duduk di hadapannya dengan memegan sebuah hasil tes lab yang baru saja ia ambil dari ruang laboratorium. Terlihat gagah dibalut seragam serba putih yang dirinya kenakan di tambah dengan sebuah stetoskop yang selalu mengalung indah pada lehernya ketika mendapatkan jadwal dinasnya.

"Bukankah sudah kubilang bahwa aku baik-baik saja?!"

Benar-benar keras kepala bukan? Lagi dan lagi dokter tampan ini harus menghela nafas dan bersabar. Sudah lebih dari kata frustrasi dirinya ini untuk menghadapi si Tuan Jung yang tampan ini. Terlalu geram hingga rasanya dirinya ingin melaporkan semuanya pada bos besar.

"Ayolah Tuan Jung! Jangan mempermainkan hidup dan mati dirimu sendiri. Sama saja kau mempercepat kematian dirimu. Apa kau tak memikirkan orang-orang di sekitarmu yang menyayangimu?"

Sungguh! Bukannya sang dokter tampan ini lelah dengan Tuan tampan nya ini karena penyakitnya. Tapi dirinya lelah dengan ego Tuannya. Akhir-akhir ini Tuannya benar-benar mengabaikan kondisi kesehatannya itu. Juga obat dan vitamin yang dirinya berikan beberapa kali terakhir konsultasi sama sekali tidak diminum oleh Tuannya ini dengan dalih dirinya sudah bosan untuk mengonsumsi obat-obatan.

Semua orang pasti tahu bagaimana lelah nya hidup dengan terus menelan beberapa butir obat dengan alasan untuk pertahanan hidup itu membuatnya menderita. Oh ayolah! Siapa coba yang enak setiap harinya harus menelan beberapa butiran obat hingga semua makanan yang ia cecap saja sampai hilang rasanya.

'BRAKKK!!'

suara gebrakan meja terdengar cukup keras hingga membuat sang dokter tampan itu terkejut. Namun dirinya masih bisa menutupi keterkejutan nya. Sang dokter mendongkak menatap jengah pada Tuannya yang kini menatapnya tajam seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya.

"Hentikan omong kosong mu itu dokter Kun yang terhormat! Apa pedulimu sialan?! Kau hanya ingin nama baikmu itu tidak tercoreng akibat ketidak pedulianku ini kan?!"

Emosinya benar-benar menggebu, padahal dokter tampan itu tidak ada salahnya kan? Bahkan sebenarnya dirinyalah yang salah karena tidak mengikuti saran ucapan sang dokter tampan itu. Entahlah. Akhir-akhir ini memang emosi dalam dirinya tak bisa di kendalikan. Mungkin karena dirinya sudah cukup lelah? Bisa jadi kan?

"Kau salah Tuan. Aku benar-benar peduli padamu, aku peduli pada kesehatanmu. Aku menyayangimu sudah seperti adikku sendiri."

Dokter Kun benar-benar harus lebih bersabar menghadapi emosi si Tuan Jung yang tampan ini. Dirinya sangat mengerti bagaimana berada di posisi Tuannya ini. Siapa yang tidak frustrasi mendengar dirinya ternyata tengah mengidap kanker darah? Orang mana yang tidak lelah jika harus terus mengonsumsi obat-obatan setiap harinya dengan dalih untuk mempertahankan hidupnya?

"Bullshit!!"

Lagi-lagi dokter tampan itu menghela nafas. Menatap sendu kepergian seseorang yang telah benar-benar ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.


TO BE CONTINUE~

𝐁𝐄𝐀𝐔𝐓𝐈𝐅𝐔𝐋𝐋 𝐋𝐈𝐀𝐑Where stories live. Discover now