Rest in peace

Mulai dari awal
                                    

"Kemari, tenang 'kan dirimu."

Yuri menggeleng, terisak.

"AYAH MU AKAN MATI JIKA AKU HIDUP! AKU MENDEKATI MU SEMATA-MATA HANYA INGIN MENCARI TAHU TENTANG AYAH MU!"

Saat akan membalas ucapan Yuri, tiba-tiba saja ponselnya berdering tiada henti. Heiko pun mengangkatnya dengan mata yang tak terlepas dari wajah Yuri.

"Datanglah kerumah sakit terdekat rumahmu. Otosan, m-mengalami kecelakaan."

Sambungan terputus, Arche lah yang mengabarinya tanpa menunggu jawaban Heiko.

Heiko meremas ponselnya lalu membantingnya kelantai, ia menjambak rambutnya. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa tiba-tiba semuanya datang secara bersamaan?!

"Yuri, ayah mas--,"

"Aku t-tahu. Itu ulah ayah, dia sepertinya mengetahui rencana ku, m-maka dari itu AKU HARUS MATI AGAR TIDAK ADA YANG TERBUNUH LAGI!

DOR!

Sebuah peluru lolos begitu saja dari revolver yang wanita itu genggam. Menancap tepat pada bahu kiri wanitanya yang berhasil dialihkan oleh Heiko, Yuri berencana menembak kepalanya, namun ternyata Heiko dengan cekatan menepis tangannya hingga mengenai pundak.

Panas kini menjalar pada tubuh wanita itu, lemas seketika saat darah mulai mengalir deras. Dengan sigap sang pria menggendongnya dan membawa ia kerumah sakit yang sama dengan sang ayah.

• • • • •

Ketiga orang itu nampak termenung, menatap kosong kedepan dengan wajah pilu. Sang wanita menenggelamkan wajahnya dipotongan leher calon suaminya, sementara kedua pria yang duduk disampingnya hanya bisa diam sembari menunduk dalam, berusaha menyembunyikan kesedihan yang kini melingkupi mereka.

"Tunggu sebentar, hm? Aku harus memberitahu daddy soal ini." Ucap Arche dengan nada yang begitu lembut.

Mendapat anggukan dari Mieko, ia tersenyum kecil lalu melabuhkan kecupan hangat pada kening wanitanya. Bangkit, lalu berjalan sedikit menjauh dari kakak-beradik itu.

"Bisa datangkan kedua saudaraku kesini? Ada sesuatu yang tidak beres disini."

"Apa maksudmu?"

"Terjadi kecelakaan yang menurut ku terasa mengganjal, belum lagi kekasih Heiko melakukan bunuh diri dengan alasan..." Arche menelan salivanya kuat, ia sudah mendengar semua ceritanya dari Heiko sendiri.

"Alasan apa?!" Desak Devando diseberang sana.

"Dialah penyebab semua ini terjadi."

• • •

"Kesadaran delirium dengan GCS E3V1M3, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 64 x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit, berat badan 60 kg dan tinggi badan 182 cm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kesadaran delirium dengan GCS E3V1M3, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 64 x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit, berat badan 60 kg dan tinggi badan 182 cm. Pada kepala didapatkan luka lecet dan memar pada regio frontalis." Jelas sang perawat.

"Bagaimana dengan pemeriksaan laboratorium?" Dokter tersebut kembali menatap sebuah monitor yang menampilkan CTScan kepala sang pasien.

"Pemeriksaan laboratorium didapatkan
hasil hemoglobin 10,4 g/dL, leukosit 8.700 mm3, trombosit 188.000/mm3, waktu pembekuan 11 menit, waktu perdarahan 2 menit, SGOT 35, SGPT 26, ureum 22 mg/dl, kreatinin 0,97 mg/dl, natrium 134 mMol/l, kalium 4,1 mMol/L, gula darah sewaktu 124 mg/dl."

Mengangguk mengerti.

Mereka mulai melakukan tugas masing-masing dengan keringat juga ketegangan yang mengelilingi mereka.

Benturan yang cukup keras mengenai kepalanya membuat Kiyoshi dinyatakan Cedera Otak Traumatik (COT) merupakan gangguan dari fungsi normal otak yang dapat disebabkan oleh benturan, pukulan atau guncangan pada kepala, atau penetrasi trauma pada kepala.

2 jam berlalu...

Tubuh Kiyoshi tiba-tiba saja berubah menjadi berwarna biru, seakan terdapat sebuah racun didalam tubuhnya yang menyebar cepat. Tidak lama kemudian, monitor yang menampilkan tanda vitalnya berbunyi cukup nyaring, menandakan bahwa sang pasien mengalami ketidak stabilan.

"DOKTER SERANGAN JANTUNG!"

Semua yang ada berada dalam ruang operasi diterjang panik.

"Siapkan defibrillator!" Perintah sang dokter.

Salah satu perawat dengan cepat mengambil alat pengejut jantung tersebut sembari memberikan jel diatasnya.

"50 joule, clear!" Ucap sang dokter sembari menekan defibrillator diatas dada sang pasien.

"Shock!" Ujar seluruh perawat dengan serentak.

"Detak jantungnya belum kembali normal!" Ujar perawat yang sedari tadi mengawasi monitor yang menampilkan tanda garis vital.

"100 joule, clear!"

"Shock!"

Semua dilanda panik, tanda garis vital tu semakin kritis dengan tekanan darah yang terus menurun.

"Resusitasi jantung!" Cetus sang dokter, dengan cepat ia memberikan defibrillator kepada sang perawat lalu mulai menekan beberapa kali dada pasiennya dengan kedua tangan.

Tuttt....

Semuanya menatap kearah monitor yang menampilkan tanda vital garis lurus.

Dengan nafas tersengal, sang dokter memejamkan mata dan menelan salivanya kuat.

"Waktu kematian 01.57."

.

.

.

.

.

Jangan lupa untuk tekan bintang dan silahkan meninggal komentar positif, negatif juga terserah si

Bagi kalian yang berkenan untuk membantu saya mempromosikan cerita ini di FB, Ig, tiktok dll. Saya akan sangat berterimakasih...

Mistakes And Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang