Rest in peace

313 29 0
                                    

Mieko tidak henti-hentinya berdoa agar sang ayah baik-baik saja. Ia merasakan hatinya berdenyut dengan tubuh bergetar kecil, tidak kuasa menahan air mata yang sedari tadi ia bendung. Membenamkan wajahnya di dada pria yang kini memeluknya begitu erat, membisikkan kata-kata pemenang yang perlahan berhasil membuat nafasnya mulai teratur.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja..." Bisik sang pria sembari mengecup pelipis wanitanya dengan lembut.

Merasakan rongga dadanya terhimpit, sesak nafas juga panik secara bersamaan. Dalam keadaan seperti ini, seluruh manusia pun tidak akan bisa berfikir jernih. Melihat bagaimana orang yang mereka sayangi mengalami sebuah tragedi kecelakaan hingga membuatnya harus dioperasi. Hancur, bagi Mieko dunianya kini telah runtuh seakan diterjang badai.

Kiyoshi mengalami kecelakaan.

Saat selesai makan malam, Mieko dan ayahnya memutuskan untuk pulang sementara sang adik memilih untuk menemui calon kekasihnya. Tetapi, baru saja sang ayah menapakkan kakinya turun dari mobil milik calon suaminya, tiba-tiba saja sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi. Tidak bisa dihentikan, kecelakaan pun terjadi, tubuh Kiyoshi terbanting dengan kepala yang bersimpah darah, menjerit dalam hati saat sang ayah masih berusaha tersenyum menenangkan dirinya yang mulai kalang kabut tak terkendali.

Nafasnya tercekat, Mieko ingin memberitahu adiknya namun ia tidak bisa berkata-kata. Hingga tiba-tiba saja, semuanya nampak terlihat memburam. Tidak lama kemudian, Mieko jatuh pingsan.

• • • • •

Sementara Heiko, ia sedang dilanda panik. Yuri tidak lagi mengangkat telponnya, ia kelimpungan, berjalan mondar-mandir sembari menggigiti ujung kukunya. Hingga tiba-tiba saja ia teringat saat Yuri mengucapkan kode apartemennya.

'Jika kau ingin masuk, mulai sekarang masuk lah sesukamu. Kode apartemen ku ialah jumlah nama ku ditambah dengan nama mu.'

Tidak bisa dipungkiri, Heiko benar-benar merasa hatinya terbakar saat Yuri mengucapkan itu, ia tidak percaya bahwa Yuri menyematkan nama ia juga dirinya sebagai kode apartemen wanita tersebut.

Berusaha memasukkan kode tersebut dengan cepat, namun beberapa kali salah. Tidak habis akal, Heiko mulai mengurutkan nama panjangnya berserta nama Yuri, dan... Berhasil!

Heiko menelisik keadaan apartemen Yuri yang begitu gelap, jangan lupakan dengan barang-barang yang berserakan di lantai. Rasa cemas kembali menerjangnya, Heiko berlari kearah kamar wanitanya lalu mendobrak pintu dengan keras.

Brakk!

Keduanya kontan mematung, Heiko menjatuhkan paper bag yang ia bawa, sementara Yuri semakin mengeraskan genggamannya pada sebuah revolver yang ia pegang. Keduanya saling menatap dalam diam, berusaha menetralkan nafas masing-masing yang mulai terasa sesak.

Heiko berjalan mendekat, perlahan tapi pasti. Ia berusaha menggapai tubuh kekasihnya yang bergetar kecil.

"MENJAUH!!!" Yuri berteriak sembari menempatkan senjata api itu dihadapan keningnya.

Heiko meneguk ludahnya, kerongkongannya terasa tercekat, tidak bisa menahan rasa takut yang melingkupi dirinya.

"K-kau bisa bercerita dengan ku... K-kita bisa b-bicara baik-baik. Percay--," Heiko kembali melangkah dengan diiringi Yuri yang semakin terpojok di dinding.

"BICARA BAIK-BAIK KAU BILANG!?" Pekik Yuri, ia menangis, tak kuasa menahan beban di pundaknya lagi. "A-aku Heiko, AKU YANG MENYEBABKAN IBUMU MATI!"

Seakan jantungnya berhenti berdetak, Heiko merasakan pandangannya mulai memburam, tidak! Ia tidak boleh percaya begitu saja. Heiko menggelengkan kepalanya, ia berusaha tenang dan tidak terpengaruh dengan ocehan yang wanita itu keluarkan.

Mistakes And Love Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ