8.

189 31 89
                                    

Jangan lupa jejaknya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa jejaknya!

"Aku sayang banget sama kamu, melebihi sayangnya tulang sama sumsum, rasa sayang aku itu lebih dari kata-kata yang bisa menguasai masalah, lebih mahal dari penglihatan, ruang dan kebebasan."
-Abidzar Azmi Attalah-

🧕

Langit nampak mulai berubah warna menjadi ke orange-orange an, pertanda jika matahari mulai terbit untuk siap menyinari dunia dari gelapnya malam.

Perempuan dengan seragam SMA nya baru saja selesai memasak di dapur, dia adalah Aisha, perempuan yang sedang berusaha membuka hatinya untuk Abidzar di tengah-tengah seseorang yang masih sangat setia dalam hatinya.

Sedangkan Abidzar, laki-laki itu tengah berkutat dengan dasinya, entah kenapa senyuman di bibirnya itu belum luntur sejak tadi pagi.

"Sha? Perasaan aku malem bawa kaos kaki juga kesini" teriak Abidzar lantang. Aisha menoleh, sejujurnya dia masih sangat canggung dengan laki-laki ini, karena pertemuan dengan persatuan mereka sangatlah tidak di sangka sangka.

"Di deket lemari buku" balas Aisha singkat lalu duduk di meja makan.

Abidzar berbinar saat matanya melihat kaus kaki yang di tunjukan Aisha. Lagi-lagi dia tersenyum lalu duduk di hadapan istri tercintanya.

"Berangkat nya bareng, ya" ajak Abidzar.

Aisha menggeleng. "Gak, gak bisa."

"Yaudah sih, gak usah pikirin omongan orang nantinya, nih ya, Sha, sebaik apapun kamu, se bagus apapun kamu, atau seburuk apapun kamu. Cerita kamu bakalan beda-beda di setiap orang nya." balas Abidzar kekeh.

"Tapi abi-"

"Nurut aja deh, umi" potong Abidzar. Aisha sedikit berdecak lalu menatap suaminya garang.

"Apaan umi-umian, hah?"

"Lah, tadi panggil abi, 'kan?"

"Bukan itu konsepnya! Nama nya sih tanggung" balas Aisha cemberut, Padahal aslinya dia sedang memikirkan panggilan yang bagus untuk Abidzar.

"Za aja kalo gitu" Abidzar akhirnya memilih menyamakan panggilannya.

"Ami" balas Aisha sepontan. Abidzar menoleh, alisnya tetangkat, bibirnya pun ikut tersenyum manis.

"Bagus"

Aisha mengangguk, perempuan itu dengan lahap menikmati makanannya, entah kapan dia merasakan makanan nikmat itu bareng keluarga nya.

Aisha Dan AbidzarWhere stories live. Discover now