KILL ME, BASTARD!

32.2K 1.7K 89
                                    

Author : AphroditeThemis / AnYa

Warning : BoyLove

Rate : 21 +

Terinspirasi dari ide Dani yang sedang nonton series KP

.

.

"Morning...."

Mendengar suara berat yang dibencinya itu Pete pura-pura tidur. Lagipula percuma dia membuka matanya. Kedua tangannya diborgol. Dia tidak akan bisa kabur. Dia juga tidak mungkin kembali ke keluarga utama. Kinn pasti mencurigainya meski Pete tidak mengatakan rahasia apapun. Ditambah semua yang terjadi padanya semalam terlalu menggerikan dan sudah menghancurkan harga dirinya sebagai pria.

Setiap detik yang harus dilewatinya dalam pelukan memaksa Vegas bagaikan neraka yang membuat Pete ingin mati. Tapi, tidak. Dia tidak akan mati dan membiarkan bajingan sialan seperti Vegas menang!

"Buka matamu atau..."

Nafas hangat beraroma mint yang berhembus di wajahnya dan ancaman terselubung itu, mau tak mau mendorong Pete membuka lebar matanya. "Atau apa? Mau membunuhku? Ayo, silakan!" desisnya kasar dengan suara parau karena hampir semalam dia dipaksa mendesah seperti seorang jalang.

Vegas tertawa geli mendengar tantangan konyol itu. Jika mau, dia sudah membunuh sosok berkulit putih yang sedang menatap penuh benci padanya. "Hm, daripada membunuhmu, aku lebih suka kita bermain lagi..." Sengaja Vegas memasang ekspresi berpikir sebelum menyeringai lebar seraya melepas jubah hitam yang membalut tubuh tingginya.

Tidak! Aku tidak mau....Please siapa pun tolong aku...

Tanpa sadar Pete menggeleng kuat dan beringsut menjauh saat Vegas yang sudah telanjang berjalan pelan mendekati ranjang yang masih menguarkan aroma sex itu dengan senyum iblisnya. "Jangan...Aku tidak mau!" bentaknya lemah, sekuat tenaga berusaha membuang rasa takutnya kala Vegas naik ke ranjang dan langsung menjulang diatasnya seperti Hades yang siap mengobarkan api neraka.

Semua kegilaan menjijikkan yang terjadi padanya semalam sontak membanjiri benak Pete yang hanya bisa menggeleng kuat dan memejamkan matanya saat Vegas dengan kasar menarik lepas selimut yang menutupi ketelanjangannya.

"Lebih kuat! Pakai lidahmu!"

Dalam diam Pete menangis. Bukan karena mulutnya yang sakit, juga bukan karena tarikan kasar pada rambut, namun karena saat ini dia merasa begitu rendah dan tak berarti. Dia, yang seorang pria normal harus berlutut diantara kaki seorang bajingan kejam yang terus memaksa Pete untuk memuaskannya.

Semua keberanian Pete sesaat lalu hilang tanpa bekas saat Vegas mengarahkan sebilah belati yang berkilau tajam tepat di lehernya. "Bagus, Baby Boy...Jangan berhenti atau kau akan langsung bertemu dewa neraka!" Bukan hanya ancaman keji itu yang membuat Pete takut, tapi juga kilau dingin di mata hitam Vegas.

"Ughh..Aku lelah..."

Hampir setengah jam Pete melakukan hal paling menjijikkan dalam hidupnya dan bajingan sialan yang sekarang duduk diatas bathtube sambil menyesap segelas wine itu belum juga puas. "Kumohon...Ughhh..Biarkan aku pergi..." Persetan jika dianggap pengkhianat karena bagi Pete yang terpenting sekarang adalah dia bisa keluar dari tempat ini.

Wajah manis yang memerah dan dihiasi selapis keringat itu cukup menggoda gairah Vegas yang sedang merasa bosan. Dia butuh mainan yang menantang. "Pergi? Tentu saja..." Binar penuh harap itu berbuah seringai lebar Vegas yang dengan gerakan cepat berdiri dari bathtube. "Ayo, kita ke ranjangku!" bisiknya penuh arti seraya menarik sosok ramping yang berusaha keras menutupi tubuh telanjangnya walau tentu saja tak berhasil karena kedua tangannya terborgol.

"Lepaskan aku, bajingan! Aku tidak mau...Kau gila?"

Untuk sesaat Pete berharap Vegas akan melepaskannya, namun saat tangan besar itu dengan kasar menarik ke ranjang, dia benar-benat takut. "Kumohon...Jangan ..." Bekerja pada Kinn membuat Pete tahu pasti apa yang akan dilakukan Vegas padanya dan dia tidak mau!

Gairah Vegas semakin membara. Berkobar menjilat sisi primitifnya. Dia suka mendengar suara Pete yang ketakutan meski masih berusaha melawannya. "Tapi, aku mau dan yeah, aku memang gila..." Usai membisikkan kalimat dingin itu Vegas tersenyum dan mendorong kasar Pete ke tengah ranjangnya.

Ciuman itu kasar, brutal dan menyakitkan. Pete bisa merasakan rasa asin darah dimulutnya saat lidah sepanas api itu memaksa menjelajahi rongga mulutnya. Terus mendesaknya tanpa peduli pada semua perlawanannya. "Sekarang kau tawananku!" Tubuh Pete bergetar hebat saat dirasanya jari-jari panjang itu perlahan mulai bergerak turun. Menyentuhnya intim dengan cara yang tidak pernah Pete bayangkan.

"Lebarkan kakimu!"

Bukannya mengikuti perintah gila itu, Pete menggeleng kuat dan berusaha menendang perut Vegas yang dengan kasar menahan bahunya. "Tidak mau! Aku bukan pelacurmu!" Saat ini tidak akan ada yang menolongnya, jadi Pete harus berjuang sendiri meski mungkin sia-sia.

Mengabaikan rasa sakit pada pergelangan tangannya yang terborgol, Pete terus memberontak kuat. Menghindari setiap sentuhan intim yang mulai membuatnya terangsang. Sekuat tenaga memalingkan wajahnya untuk menolak ciuman liar Vegas yang penuh gairah. "Lawan aku terus dan pisau ini akan mencongkel matamu!" Dalam sedetik Pete terdiam dengan jantung berdebar kencang dan keringat dingin ditelapak tangannya.

Ujung pisau itu begitu dekat dengan matanya. Sedikit saja dia bergerak, Pete akan buta dan itu akan lebih menggerikan daripada kematian. "Sekarang, buka kakimu!" Untuk pertama kalinya sejak dia remaja, Pete terisak pelan meski tetap melakukan perintah yang melecehkan harga dirinya itu.

"Buka matamu dan lihat aku!"

Bentakan kasar itu menyadarkan Pete yang sedang terjadi bukan mimpi. Sekali lagi dia akan dilecehkan dan jika tidak ingin itu terulang, dia harus melakukan sesuatu. "Bunuh saja aku, bajingan! Tembak aku!" Mungkin semalam Pete masih takut pada kematian, namun pagi ini dia memilih bertaruh dengan nyawanya daripada harus melayani iblis seperti Vegas yang malah menertawakannya.

"Tentu saja aku akan menembakmu...."

Bola mata Pete melebar saat mencerna kalimat ambigu itu. Dia bahkan tidak sempat melawan karena bajingan kejam itu menahan kuat kedua kakinya. Apa salahnya hingga nasib terkutuk ini terjadi padanya? Dan, kenapa keluarga Teerapanyakun tidak mengirim bantuan? Apa mereka sudah melupakannya? Apa dia hanya dijadikan umpan untuk membongkar kebusukan Vegas dan keluarga?

Setiap hujaman kasar itu terasa menyakitkan. Membakar tubuhnya dalam arti sebenarnya karena tidak ada setitik kenikmatan pun yang dirasakannya. Pete menggigit kuat bibirnya agar tidak mengerang kesakitan. Dia tidak akan membiarkan Vegas merasa puas karena berhasil menghukumnya dengan cara paling tidak manusiawi.

"Jeritkan namaku atau...."

Kesakitan, rasa putus asa, amarah dan dendam yang mulai menyelimuti hatinya seperti menguapkan sisi ketakutan Pete yang dengan kasar menarik kuat menggigit bahu lebar Vegas yang terkejut dan langsung menamparnya kuat. Persetan dengan apa yang akan terjadi padanya. Pete bahkan tidak peduli lagi jika dia mati sekarang!

"Dasar iblis! Jangan mengancamku terus!" makinya kasar dengan penuh emosi dan nafas tersenggal. Kalau saja tangannya tidak diborgol, Pete akan merobek bibir yang sedang tertawa mengejeknya itu. "Jika kau bukan pengecut, lepaskan aku!"

Ini yang Vegas cari. Seseorang yang berani melawannya. Tanpa takut membalasnya semua kegilaannya diatas ranjang.
.
.
.
Note Author : Gw gk yakin akan melanjutkan story ini karena gw belum nonton seriesnya. Gk tahu alur dan bahkan para cast.

So, story mungkin sudah diluar alur series.

Alasan lainnya, sudah beberapa kali gw menulis series tentang mafia. Mulai dari Eternal Lover sampai My Lovely Witness dan yang terbaru, LOVE AFFAIR. Jadi, gw takut alurnya mirip dan scene pun bisa mirip.

Tapi, jika kalian memang suka tinggalkan jejak dan akan dipertimbangkan.

VegasPeteWhere stories live. Discover now