.
.
.
.

Mark dan Jaemin sudah tiba di glorian. Jaemin sedikit bersyukur setelah kejadian semalam dimana mereka saling terbuka soal ramalan yang mereka ketahui sikap Mark menjadi berubah.

Mark menjadi semakin perhatian padanya, memperhatikan Jaemin selama perjalanan dan rela menggendong yang lebih muda saat Jaemin merasa kelelahan.

Jaemin bilang ini perjalanan pertamanya yang ia lakukan seorang diri kemudian Mark ikut membagi kisahnya yang suka berburu bersama Jeno.

Melihat sikap Mark yang terbuka padanya membuat Jaemin merubah pikiran soal Mark yang cuek dan tidak perduli terhadap orang lain. Nyatanya Mark jauh lebih perhatian dari pada Haechan mau pun Lucas, pantas saja Alpha seperti Jeno pun sangat menyayangi Mark.

Kedatangan Mark dan Jaemin disambut langsung oleh tuan rumah, paman Moon Taeil dan bibi Kim Doyoung.

"Bagaimana perjalanan kalian eum? Apakah sangat melelahkan Jaeminah? Bukan kah ini pertama kalinya untukmu?" Serbu Doyoung dengan tiga pertanyaan berturut-turut yang ia lontarkan saat kedua Alpha wolf itu memasuki kediaman mereka.

Jaemin tersenyum manis. Jaemin cukup mengenal dekat Doyoung karna ibu dari Jeno ini sering berkunjung kerumahnya dan sering membawakannya biskuit.

"Tidak bibi, Mark banyak membantu ku" jawab Jaemin sopan.

"Kau sendiri Mark?  Apa kabar Jaehyun dan Taeyong? Ku dengar kalian jadi melakukan pemuja pemanggilan 12 dewa?" Kali ini paman Taeil melemparkan pertanyaan ke pada Mark.

Mark melebarkan matanya terkejut, setaunya ini rahasia? Kenapa paman Taeil sudah tau.

Sebelum menjawab pertanyaan itu Mark memberikan sedikit kode kepada pamannya itu karna disana Jaemin sudah menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
Dan sayangnya Taeil tidak mengerti kode yang Mark lempar kepadanya.

"Pemujaan lancar paman dan semua baik-baik saja" ujar Mark.

"Bagus lah kalau begitu, pantas saja kalian berdua bisa sampai disini"

Taeil kemudian mempersilahkan kedua alpha muda itu untuk masuk kedalam kediamannya.

Ini pertama kali bagi Jaemin berkunjung ke kediaman Taeil. Ukiran berbentuk petir dari kaca sebagai hiasan utama di kediaman keluarga Moon ini. Tampak sekali jika paman Moon adalah sosok yang sangat mengagungkan dewa Sagitarius.

Wushhh

Tiba-tiba udara diruangan itu sangat dingin, dengan reflek Jaemin menggenggam telapak tangan Mark untuk mencari kehangatan dari yang lebih tua.

Taeil dan Doyoung melihatnya. Mereka tersenyum tipis. "Maaf ya? Suhu wilayah ini memang sedang dititik terdingin" ujar Doyoung.

Mark tersenyum kikuk, ia sadar jika kedua orang dewasa didepannya ini memperhatikan tindakan spontan Jaemin ini. Tapi tak apa, toh mereka berdua nantinya akan menjadi mate.

"IBUUUU! BISA KAU TOLONG AKU? TOLONG USIR WANITA GILA INI KARNA AKU BISA MATI KEDINGINAN JIKA IA TERUS MENGUNTITKU!"

"AKU TIDAK MENGUNTITMU BODOH!"

"YAKKK KALIAN BERDUA BISA TIDAK BERHENTI BERTERIAK!"

Teriakan saling bersautan itu berasal dari lantai dua. Ibu dari Jeno itu mendadak memicing kan matanya, tidak suka mendengar keributan yang dibuat sang putra.

"Anak-anak itu.."

"Sudahlah sayang... Biarkan, Jeno memang seperti itu jika Winter datang" ujar paman Taeil kepada istrinya yang terlihat ingin sekali marah.

Winter?

"Apakah winter yang paman maksud adalah teman Karina?" Tanya Jaemin tiba-tiba.

Taeil mengangguk membenarkan. "Iya. Dia memang kemari untuk menemuimu sepertinya"

Berbeda sekali dengan Mark yang tidak mengerti apapun. Mark tidak mengenal siapa itu Winter, jika sosok ini adalah teman Karina bisa jadi Winter adalah aespa yang selanjutnya.

"Bolehkah kami bertemu dengannya paman?" Tanya Mark.

Sebelum sempat Taeil menjawab, seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut silver muncul dari arah lain dan menyauti ucapan Mark.

"Kita memang harus bertemu! Hai Jaemin aku Winter!" Ujar Winter dengan senyum cerianya sambil melambaikan tangan kearah Jaemin.

Kemudian Renjun dan Jeno ikut muncul dibelakang Winter dengan Jeno yang sudah menatap tak suka kearah Winter.

"Dasar anak kecil" decih Jeno sambil melewati Winter untuk bergabung duduk diruang tamu bersama Jaemin dan Mark.

"Dasar tukang marah"

"Hentikan" Doyoung kembali mengintrupsi perdebatan mereka sebelum kedua anak itu kembali bertengkar.

Winter membalasnya dengan senyum manis dan ikut bergabung dengan mereka. Ia memilih duduk tepat disamping Jaemin dan dengan seenak jidatnya merangkul Jaemin, ia menatap Jaemin penuh kagum.

"Jaemin bagaimana kau bisa se cantik ini?" Tanya Winter tanpa basa basi.

Lihat? Bagaimana Jeno tidak kesal dibuatnya, makhluk aneh ini memang suka mengada ngada.

"Ia tampan jika kau lupa" koreksi Jeno tetapi Winter tidak ambil pusing, tetapi saat ia masih sibuk memandangi Jaemin yang dipandangi hanya tersenyum kikuk arah pandangan mata Winter terarah kepada sosok alpha lain yang sejak tadi sudah bersama Jaemin dan menatap Winter dengan pandangan sulit diartikan.

Woopsie.

Dengan reflek Winter melepas rangkulannya dari lengan Jaemin.

"Maaf... Ehehehe aku hanya kagum, serius" ujar Winter ikut canggung.

Asal kalian tau Mark baru saja membentak Winter lewat telephatinya. Hanya Winter. Hanya Winter yang bisa mendengar desisan tak suka Alpha Jaemin ini.

"Jadi? Ada apa kita berkumpul disini anak-anak?" Tanya Taeil memecah keadaan canggung diantara anak-anak ini.

Winter kembali tersenyum sambil menunjuk Renjun. "Dia!"

Renjun menunjuk dirinya sendiri dengan heran. "Aku kenapa?"

"Renjunie, aku sangat membutuhkan kekuatan penyembuhmu untuk membantu Jaemin pulang" jelas Winter.

"Tidak perlu! Aku yang akan mengantar Jaemin pulang" Tukas Mark cepat.

Winter tau jika alpha dominan ini sedang cemburu perkara tadi tapi yang di maksud Winter pulang bukan tentang Jaemin pulang ke wilayahnya tetapi-

Winter tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan.

"Jaemin kita tersesat, kita tidak bisa membiarkan Jaemin kita sendirian dan kekuatan Renjun bisa sama besarnya dengan mu Mark untuk membantu pemulihan Jaemin nanti" ujar Winter.

Renjun tau aespa itu memang bidadari yang akan membantu mereka tapi mengapa mereka selalu berkelit seperti ini?

"Hanya katakan dengan jelas Winter, kami semua tidak mengerti" Jeno yang ikut kesal kembali menyaut.

Tatapan Winter jatuh kepada dua orang dewasa diantara mereka.

"Ini Jaemin yang bersama kita bukanlah dirinya yang asli, raganya memang Jaemin tetapi jiwanya adalah ibunya"

Dan demi dewa Leo yang sangat Mark kurang suka, kenapa takdir mereka selelucon itu?

"Grep"

Jaemin menggenggam tangan Winter dan menatap gadis mungil itu dengan sendu. Bola mata Jaemin yang semula coklat hazel berubah warna menjadi abu-abu yang begitu damai.

"Bantu Jaemin keluar. Jaemin terikat sendirian"

TBC

BYEEE

The AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang