BAB?: Give and Take 6

Beginne am Anfang
                                    

"Bisa kau berikan belati itu kepadaku, Denia" ucapnya lembut meminta belati itu tanpa ada sedikitpun paksaan.

Mundur beberapa langkah menjaga jarak, Denia menggeleng pelan dengan wajah ketakutan. Dia takut setelah mengetahui jika Amon bukanlah seorang manusia biasa, pria itu menjebak seseorang dengan perkataan lembutnya sebelum membunuh mereka dengan bruntal.

"Aku tidak mau" ucap lirih wanita itu beberapa saat setelahnya.

Ikut menjaga jaraknya, Amon mengangguk paham. "Kau ingin pulang?" tanyanya, menarik perhatian Denia walaupun wanita itu tidak mengatakan apapun.

"Aku bisa memulangkanmu, tapi dengan sebuah syarat" ucap Amon dengan ekspresi datarnya.

Denia menoleh dengan alis menaut. "Aku tidak akan percaya lagi dengan semua perkataanmu" ucapnya marah hampir berteriak, ini bukanlah waktu untuk bercanda, jika dirinya tidak keluar dia akan benar benar berakhir mati mengenaskan ditempat ini.

Masih berdiri ditempatnya Amon membuka sebuah pentagram besar dalam satu jentikan jari, Amon menampilkan rumah megah Denia dari kejauhan. "Jadi kau tidak ingin pulang kerumah cantikmu, bagaimana dengan kalian?"

"Aku membuka kesempatan hanya untuk satu orang saja" Amon menampilkan setiap rumah semua wanita yang terkurung dibasementnya, membuat keadaan seketika ricuh.

"Apa syaratnya?" tanya Denia menyela.

"Itu mudah, bunuh mereka atau kau terbunuh. Aku akan memulangkan satu dari kalian yang dapat bertahan" jawab Amon tersenyum kecil.

"Selamat bersenang senang" ucap Amon membuka semua rantai dan memberikan masing masing dari mereka senjata. Menambahkan barrier dibasement, Amon dengan santai pergi menuju dapur untuk mengolah makanan tanpa repot memikirkan siapa yang akan bertahan nantinya.

Tidak semua hal dapat kau miliki dengan begitu mudah, sekecil apapun itu kau harus tetap berusaha membayarnya sebagai imbalan. Menyentuh lehernya sendiri, Amon menoleh menatap kelantai 2 dimana Erza masih terbaring.

"Aku juga akan membayar kesalahanku, aku akan mengembalikannya. Kehidupan, senyum, dan pasanganmu"

.

.

.

Brak brak brak!

"Alex, biarkan aku masuk!" teriak kesal Selina menggebrak ngebrak pintu ruang kerja Alex yang tertutup rapat.

"Mohon dengarkan kami, Alpha sedang tidak ingin diganggu. Kami mohon, nona Selina bisa menemuinya besok saat Alpha mengijinkan" ucap beberapa warrior mencoba mengusir Selina secara halus karena terus membuat keributan.

"Nona? Memangnya siapa kau memanggilku dengan sebutan nona, aku adalah calon Luna disini jadi panggil aku L-"

Selina seketika menelan perkataannya setelah belati kecil itu lewat menggores sedikit pipinya, tidak menyadari sejak kapan pintu itu terbuka lebar hingga Selina mendapati Alex lah yang melempar belati itu kearahnya.

"Bisa kau mengulangi apa yang barusaja kau katakana?" tanya Alex dengan mata memincing.

Tidak mengidahkannya, Selina merengut dengan wajah sedih dibuat buatnya. "Alex, kenapa kau sangat kasar. Ini sakit" ucapnya merengek, memegang pelan pipinya yang terluka.

Membuang nafas kasar, Alex memutar matanya kearah lain pergi meninggalkan Selina dengan semua ocehannya. Dia merasa kepalanya lebih sakit saat melihat apa yang Selina lakukan untuk menarik perhatiannya.

'Bagaimana caranya agar aku bisa memulangkan wanita itu dan menemukan Erza yang menghilang' pikirnya kebingungan.

Namun tanpa adanya peringatan Cain kembali menguasi dirinya, membenturkan kepalanya dengan keras kedinding sebelum mengembalikan kesadarannya. Alex meringis kesakitan, dia dapat dengan jelas melihat rembesan darahnya yang mengalir menuruni hidung.

Menggeleng pelan, Alex menolak beberapa warrior yang mencoba untuk membantunya bangun. Sambil berjalan Alex kembali teringat jika bukan hanya Selina dan Erza yang memenuhi kepalanya akhir akhir ini, tetapi juga Cain yang menjadi buas dan tidak dapat dikendalikan lagi.

"Kirimkan beberapa warrior untuk menyusuri hutan, laporkan setiap jejak kecil yang kalian temukan. Aku yakin gadis itu tidak mati dan berada disuatu tempat" perintah Alex kepada beberapa warrior yang mengikutinya.

Membuat Selina yang mendengarnya dari kejauhan menggigit bibir kesal. 'Apapun rencanamu Alex, aku akan tetap menjadi Luna disini' batinnya sambil tersenyum kecil.

'Dengan kau yang tidak akan lagi menjadi Alpha'

.

.

.

Tbc

Sedih baru bisa update, dan aku tau kalian udah mulai bosan menunggu. But It's okey, itu pilihan kalian dan aku juga tidak memaksa. 

Lagi aku mau minta maaf banyak banyak buat kalian, entah kenapa masalah terus berdatangan. Aku memilih ingin mempersingkat cerita ini, bukannya aku gk mau tapi 1 file Demon Blood series hilang karena hardisk laptopku rusak parah T.T

Dan aku beberapa kali ngeblank gk inget beberapa bab yang udah aku tulis, jadi aku ketik seingatku. 

Sniper Mate: Demon BloodWo Geschichten leben. Entdecke jetzt