36.Hancur

3.5K 811 145
                                    

Satu minggu berlalu, Danita masih berada di rumah sakit jiwa. Belakangan ini Syam sangat banyak pikiran, di tambah lagi ia harus bekerja paruh waktu agar mendapatkan uang.

'Oke, jangan ngantuk Syam.' Syam kembali fokus pada laptopnya.

Altair menatap raut wajah Syam yang tampak lelah. "Lo gapapa? Wajah lo kelihatan pucet gitu."

Syam menatap Altair sejenak. "Gue gapapa."

"Pesen makan gih Syam, gue lihat lo dari tadi fokus sama tugas terus? Emang nggak capek?" tanya Jey.

Sebenarnya Syam lelah, tapi dia harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. "Bentar lagi selesai."

"Demi oreo, tapi wajah lo beneran kelihatan pucet Syam." Evin berkata jujur, wajah Syam memang terlihat pucat.

"Gue pesenin makan ya calon pak dokter? Nasi goreng mau?" tawar Chiko.

Syam mengangguk sekilas, setelah itu Chiko berdiri lantas melenggang pergi untuk memesan makanan. Syam mengusap pelan wajahnya, ia berusaha untuk fokus pada laptopnya.

Altair memperhatikan Syam, ia bisa melihat dengan jelas raut wajah Syam yang tampak lelah. Altair sudah mengenal Syam dari kecil, ia bisa merasakan sesuatu yang aneh pada diri Syam.

"Udah nggak usah di paksain." Altair merebut laptop milik Syam.

Syam menatap Altair. "Al, balikin laptop gue."

"Gue tahu lo lagi capek, kelihatan Syam. Nggak usah bohongin gue," ujar Altair.

Syam tampak menghela nafas. "Tapi---"

"Udah Syam, bener yang di bilang sama Al. Istirahat dulu lah, jangan maksain diri," sahut Jey.

"Tapi lo nggak sakit kan Syam?" Evin memakan oreo nya sembari menatap lekat Syam.

"Gue gapapa." Walaupun merasa tidak enak badan, Syam masih cukup kuat untuk beraktivitas seperti biasa.

"Nasi goreng spesial dateng nih." Chiko datang dengan membawa nasi goreng dan air mineral.

"Thanks." Syam mulai memakan nasi goreng tersebut.

Selang berapa menit suara notifikasi muncul dari ponsel Syam, ada sebuah pesan yang masuk. Tubuh Syam membeku membaca pesan itu, rasanya benar-benar tak percaya.

Kedua mata Syam memanas, dadanya benar-benar sesak. Syam mencengkeram kuat ponselnya, ke-empat sahabat Syam menatap Syam dengan raut wajah bingung.

"Kenapa?" tanya Altair.

"Nyokap gue ... Meninggal." Syam memejamkan matanya, detik itu juga dia merasa hancur.

Semuanya mematung kala mendengar ucapan Syam, bahkan Evin sampai tidak nafsu memakan oreo nya.

"Tante Danita---" Altair masih tidak percaya.

"Lo kuat Syam." Jey memegang bahu Syam.

Syam kembali membuka matanya dan menatap ponselnya. "Pesan ini pasti bohong, nyokap gue nggak mungkin ninggalin gue."

"Calon pak dokter, lo harus tenang." Jujur saja Chiko turut sedih mendengar berita duka itu.

"Sabar ya Syam," ucap Evin.

***

Ajwa baru saja mendapatkan pesan dari Altair jika Mama Syam meninggal, Ajwa terkejut sekaligus turut sedih kala mendengar kabar itu. Ajwa menatap Nasya yang kini berada di sampingnya.

"Na ... Kamu udah tahu?" tanya Ajwa.

Nasya yang tadinya membaca novel kini menoleh. "Tahu apa?"

"Mama-nya kak Syam." Ajwa menjeda ucapannya. "Meninggal Na."

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang