30.Tak menyangka

3.6K 741 81
                                    

Syam kini berjalan beriringan bersama dengan Nasya ke parkiran, sebenarnya Syam ingin mengantar Nasya pulang tapi tidak bisa karena Syam ada urusan.

"Nanti langsung pulang, jangan mampir kemana-mana," ucap Syam.

Nasya tersenyum, ia senang karena Syam sangat memperhatikannya. "Iya kak."

"Jangan lewat jalan sepi, entar ada orang jahat." Bukannya apa-apa, Syam hanya takut terjadi apa-apa kepada Nasya.

"Iya, nanti nggak bakal lewat jalan sepi," balas Nasya.

"Soal Dino, lo nggak di ganggu lagi kan Na sama gengnya?" Syam berhenti dan menatap Nasya.

Nasya berhenti dan terdiam sejenak. "Nggak kak, mungkin waktu itu mereka ganggu aku karena aku lagi sendirian."

Syam tampak menghela nafasnya. "Pulang gih, gue lihatin dari sini."

Nasya mengangguk pelan dan mengucapkan salam yang di jawab oleh Syam dengan senyum tipis. Nasya menatap ke arah motornya, sebelum akhirnya kakinya melangkah menghampiri motor itu.

"Aku pulang ya kak." Kini Nasya sudah berada di atas motornya.

"Na jatoh," ujar Syam.

Nasya menatap bingung Syam. "Apanya yang jatoh kak?"

"Hati lo jatoh Na." Syam tertawa kala melihat Nasya yang salah tingkah.

"Aku nggak denger." Nasya menyalakan mesin motornya.

"Nggak denger tapi baper," ledek Syam.

"Orang aku nggak baper," elak Nasya.

"Na seriusan hati lo jatoh." Syam menunjuk tanah.

"Nggak sekalian yang jatoh jantung, paru-paru, sama ginjal," ujar Nasya membuat Syam tertawa.

"Udah sana pulang," ucap Syam.

"Ini juga mau pulang kak, nggak usah di usir," balas Nasya dengan raut wajah sedikit kesal.

Syam tersenyum geli melihat raut wajah kesal Nasya, selang beberapa detik motor beat itu mulai pergi meninggalkan area perkarangan kampus. Chiko beserta Altair, Jey, dan Evin tiba-tiba datang.

"Wah wah wah, pak wakil ternyata udah besar ya." Chiko merangkul bahu Syam.

"Iya, udah ngerti yang namanya lopek-lopek." Jey menggambar love di udara dengan jari telunjuk.

"Lopek-lopek apaan?" Evin menatap Jey sambil menggigit oreo nya.

"Love kampret, gitu aja kagak ngerti! Makannya nyari cewek sana, jangan oreo mulu!" semprot Evin.

Altair menepuk pelan pundak Evin. "Sabar Vin, Jey lagi pms."

"Ya kalik Al, gue cowok tulen!" Jey melotot tidak terima.

"Cowok tulen kok tapi nggak ngasih kepastian ke Bebby," ucap Syam.

"Iya, ada apakah gerangan dengan si Bebby, Bebeb, eh Hani ... I love you honey." Chiko sengaja membuat telinga Jey panas.

"Panggil dia Jihan!" sewot Jey.

Detik itu juga semua langsung tertawa, bahkan Altair saja juga ikut tertawa. Bibit posesif sudah mulai tertanam dalam diri Jey, namun cowok itu saja yang tidak sadar.

"Hareudang hareudang hareudang, panas panas panas." Evin mengipasi Jey menggunakan salah satu tangannya.

"Cie panas," ledek Syam.

Chiko tertawa. "Ada yang terbakar tapi bukan sampah, kira-kira apa ya?"

"Kolor Spongebob," sahut Altair asal.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang