Chapter 39

132 20 5
                                    

Hallo :D

Banyak yang kangen ya? Maaf ya lama banget, sumpah aku terakhir nulis ini April 2023.

Baru ada hilal sekarang, semoga masih pada nungguin :")

Aku nulis ini juga baca dulu dari chapter sebelumnya. Terus malah baper sendiri sambil jedotin kepala ke kasur saking bapernya (adegan profesional, jangan ditiru)

Sooo enjoy ya!!!

***

Akhir pekan.

Pukul setengah enam pagi Kaiyo sudah rapi, menunggu di ruang tamu rumahnya. Tsukishima—pacarnya—yang aneh, entah mengapa menyuruhnya bersiap dari subuh. Waktu itu, saat ditanya, pemuda tinggi menyebalkan itu hanya menjawab seperti;

"Perjalanan kita akan jauh dan memakan cukup banyak waktu, jadi kita harus bersiap dari pagi... subuh."

Ya, begitu.

Saat Kaiyo tengah sibuk dengan pemikirannya mengenai Kei yang menyebalkan, pintu rumahnya diketuk. Ia tahu itu Kei. Gadis itu seketika berfikir apa fungsi bel rumahnya. Namun ketika menyadari jam berapa sekarang, Kaiyo mengerti. Kalau memakai bel rumah bisa jadi membangunkan Kaito dan ayahnya yang masih terlelap.

Ibu Kaiyo sudah sejak pagi ikut terjaga. Setelah Kaiyo izin untuk pergi bersama Kei hari ini, di pagi buta, Akita dengan senang hati membantu Kaiyo menyiapkan perbekalan.

"Kenapa banyak sekali, Bu?" tanya Kaiyo heran ketika Akita membawakan dua tempat makan berukuran besar. Wanita itu tersenyum, "untuk Kei. Memangnya dia tidak butuh makan?" tanya Akita. Kaiyo menggeleng. "Tidak. Manusia itu tidak akan makan apapun kecuali yang mengandung stroberi." jawab Kaiyo asal.

Akita menggeleng. "Buat ia memakan bekal ini. Badannya sudah bagus. Hanya sedikit kurus. Dia seorang atlet, bagaimanapun nutrisinya harus tetap terjaga, bukan?"

"Ibu, Kei juga mempunyai ibu. Tenang saja."

"Lho, kupikir aku juga ibunya?"

Wajah Kaiyo memerah. "A-apa maksudnya?"

Setelah itu Kaiyo—dengan wajah semerah tomat—berjalan ke arah ruang tamu dimana Kei sudah menunggu. Duduk diam dengan sweater bermantel tipis. Udara musim semi tidak terlalu menusuk di pagi hari, meskipun yah... Tetap saja dingin.

"Sekarang masih subuh dan wajahmu sudah seperti orang terbakar sinar matahari." celetuk Kei menatap wajah Kaiyo yang masih bersemu. Kaiyo memutar bola matanya. Masih pagi buta dan Kei sudah menggaram alih-alih memberikan ucapan selamat pagi yang menyenangkan.

"Selamat pagi juga." balas Kaiyo dengan nada sinis.

Kei terkekeh. "Kau bawa pakaian ganti kan?" tanya Kei, bertanya hal lain. Kaiyo mengangguk. "Bekal?" tanya Kei lagi. Dan Kaiyo kembali mengangguk.

"Obat mabuk perjalanan?"

"Aku tidak pernah mabuk perjalanan."

"Kita tidak pernah tahu, Kaiyo. Tapi tenang saja, aku bawa."

Kaiyo memutar bola matanya, lagi.

"Baterai ponselmu fully charged, kan?"

Kaiyo menghela nafas panjang sebelum kembali mengangguk.

"Bagus."

"Sebenarnya mengapa aku harus membawa semua ini, sih? Tas-ku jadi berat."

"Sssttt, anak kecil diam saja." Kei menaruh jari telunjuknya di depan bibir Kaiyo. Gadis itu dengan cekatan menggigit jari Kei, membuat pemuda itu mengaduh kencang.

Salty Caramel ; (Tsukishima Kei x OC/Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang