PROLOGUE

212 47 72
                                    

"Kania! Cepetan keluar! Ga usah ngambek gitu, kamu bukan anak kecil lagi!" perintah seorang wanita seraya mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat.

Tak ada respons sama sekali. Karena merasa diabaikan, wanita tadi terpaksa membuka pintu tanpa persetujuan pemiliknya.

Di dalam hanya ada televisi yang dibiarkan menyala padahal tidak ditonton. Namun, ada hal yang menarik perhatian. Di balik selimut tebal yang berada di ranjang, seorang gadis sedang bersembunyi sambil berbaring.

"Ayo ke bawah, kita makan," ucap sang wanita yang berstatus sebagai ibu dari si gadis. Ia membuka selimut yang menutupi tubuh anaknya.

Wajahnya sama sekali tak menunjukkan rasa senang, justru raut ketakutan. Ia mendapati seorang gadis yang serupa dengan anaknya, tetapi satu mata dari gadis itu hilang. Darah mengalir begitu saja dari matanya yang kosong.

"Ka-kamu ... siapa?"

"Mama ga kenal aku? Ini aku, Kania. Anak mama," jawabnya diiringi isak tangis.

"Kamu bukan Kania!" sanggah wanita itu yang sudah terduduk di lantai. Tangisannya pecah, ia ingin sekali berteriak meminta bantuan, tapi ia tak mampu mengeluarkan suara.

"Kok Mama ngomong begitu? Apa karena mata aku cuma satu? Jadi Mama malu?" Gadis yang mengaku sebagai Kania mulai berjalan mendekati Mamanya.

"Oh iya, kata orang-orang, kalo anak kandung pasti mirip sama orang tuanya. Berarti ... kalo mata aku cuma satu, Mama juga begitu dong?" lanjutnya. Sekarang jarak mereka sangat dekat. Sang gadis ikut duduk di lantai memperhatikan ekspresi wanita paruh baya di hadapannya ini. Dalam sekejap, ia kembali ke wujud asli.

"Jadi, boleh aku ambil satu mata punya Mama? Biar kita mirip."

Ia tersenyum menyeringai. Teriakan histeris si wanita terdengar bersamaan dengan kuku tajam yang perlahan mendekati wajah, lalu mencongkel mata kirinya.



©Scared To Death

Sabtu, 30 April 2022. 20:57.

Tanggal publish: 15 Mei 2022.

SCARED TO DEATHWhere stories live. Discover now