KEINGINAN UNTUK HIDUP

222 49 1
                                    

Brug!

Dahyun masa lalu datang dan langsung melayangkan sebuah tendangan keras di tubuh suho

Bahkan kembali menyerang suho dengan gerakan yang sangat cepat. Serangan membabi buta yang membuat suho seketika tersungkur.

Darah segar mengalir Di bibir dan pelipis, wajah suho pun sudah nampak babak belur. Kini sang pemimpin sudah tak berdaya. Bahkan menatap dahyun pun sudah sulit ia lakukan.

"Kau siapa?" tanya suho dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, menatap dengan matanya yang nyaris tertutup.

"Aku dahyun suho, aku dahyun, seseorang yang kau lihat seperti aku pun itu adalah dahyun," jawab dahyun masa lalu dengan lantang.

Dahyun begitu marah melihat banyak orang yang tergelak mati di atas lantai. Dahyun tahu ini semua perbuatan suho, pembantaian yang ia lakukan hanya sebuah amarah.

Bahkan tak ada perintah dari siapapun untuk membunuh para pelayan ini.

"Kau sudah kelewat batas suho, kita benar- benar sudah tak berpijak di pijakan yang sama," ucap dahyun masa lalu, setelahnya ia mengambil pistol suho yang terbuang asal di atas lantai, lalu menembakkan seluruh isi pistol itu ke dada suho

Suara tembakan bertubi kembali terdengar. Seirama dengan bunyi petir yang menggelegar di luar sana.

Sementara itu di lantai 2, dahyun pun segera menyerang bambam saat melihat sana yang ambruk. Dahyun memberikan serangan bertubi, bahkan ia sampai lupa jika lengannya terluka. Dan saat bambam jatuh iapun menembakkan pistol tepat di jantung bambam

Tembakan bertubi sama seperti dilakukan dahyun masa lalu beberapa detik tadi.

Setelahnya dahyun berlari menghampiri sana yang sudah tergeletak di atas lantai. Sementara minho terus menangis dengan kedua tangannya yang mencoba menutup darah yang terus mengalir di bahu sana.

"Kita bawa ke rumah sakit!" ucap dahyun yang begitu cemas, ia bahkan langsung menggendong sana dan membawanya turun ke lantai 1.

Di sana mereka bertemu dengan dahyun masa lalu. Sejenak minho pun terkejut saat melihat pelayannya menjadi 2.

Tapi dahyun terus melangkah, ia melewati dahyun masa lalu begitu saja.

Dan mau tak mau minho mengikuti langkah dahyun. Minho menganggap, jika tadi ia salah lihat.

Hujan masih turun dengan begitu derasnya. Tak peduli jika pandangannya terbatas, dahyun tetap memelajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tak ingin sedikitpun ia terlambat untuk menyelamatkan sana.

20 menit perjalanan dan mereka semua sampai di rumah sakit. Sana segera dilarikan ke UGD dan mendapatkan penangan.

Sementara dahyun dan minho menunggu dengan cemas. Minho berulang kali bolak balik di depan pintu UGD sementara dahyun hanya diam dan memikirkan banyak hal.

Dulu, ia memang memilih untuk tidak peduli pada nasib wanita ini. Namun kini tidak bisa dahyun lakukan. Nyatanya sana mampu membuatnya peduli. Sikap tulus yang selalu sana beri berhasil menghangatkan hatinya yang selama ini beku.

"Tidak, sana tidak boleh mati. Sana harus hidup menjalani hidupnya dengan baik dan penuh kebahagiaan." Batin dahyun. kedua netranya menatap asal.

1 jam menunggu dan akhirnya penanganan sana usai. Sana yang tengah tak sadarkan diri berbaring di atas ranjang perawatan keluar dari ruang UGD dengan banyak selang yang menempel ditubuhnya.

Minho dan dahyun mengikuti sampai di rumah rawat sana.

"Apa yang terjadi pada anak saya Dok? peluru itu sudah keluar kan? kenapa dia belum sadar? apa setelah biusnya habis baru anakku akan sadar? lalu untuk apa semua selang yang melekat di tubuhnya ini?" tanya minho bertubi, ia tak terima saat melihat sana yang seolah sakit parah.

"Maaf Tuan, Nona sana koma. Memang tidak ada luka parah yang melekat di tubuhnya, tapi otak Nona sana sudah menyakini jika dia mati, membuatnya tak ingin sadar dan berakhir koma. Hanya keinginan Nona sana untuk hiduplah yang bisa membuatnya sadar dari koma," jelas sang dokter.

Dahyun dan minho menatap tak percaya dengan kedua netra yang sama-sama membola.




















Jangan lupa vote

[END] Time PassageWhere stories live. Discover now