HANTU

220 60 3
                                    




"Pergilah dari sini hyun, tapi setelah itu kau bukan lagi bagian dariku. Dan jika kau menghalangi langkahku untuk membunuh minho dan anaknya, aku juga tidak akan segan untuk membunuhmu," ucap suho.

Membuat tubuh dahyun membeku di tempatnya berdiri.

Ucapan suho tidak pernah main-main.

Kebimbangan itu kembali muncul di hati dahyun, namun ia mencoba yakin, mencoba mempercayai sesesok dirinya yang lain.

Setelah menelan ludahnya dengan susah payah dahyun pun meninggalkan ruangan suho. Meninggalkan markas suho.

Yang artinya kini ia dan suho tidak memiliki hubungan lagi. Bahkan bisa dikatakan jika kini pun mereka menjadi musuh.

Tidak peduli dengan hubungan yang mereka miliki selama ini.

Di bawah guyuran hujan yang lebat itu, dahyun memelajukan mobilnya menuju kediaman rumah keluarga minho.

Namun belum lama mobilnya melaju, dahyun melihat dari kaca spion ada beberapa mobil yang mengikuti laju mobilnya.

Dahyun hapal betul mobil siapa itu. Mobil rekan-rekannya saat menjadi anak buah suho.

Dor!

Satu tembakan mulai meluncur dan kaca spion dahyun itu hancur tak bersisa.

Dahyun tahu ini adalah peringatan dari suho

Maka dengan segera ia memelajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Keluar dari desa mati ini dan menuju keramian kota. Disana, ia akan aman.

Dor!

Tembakan kembali terdengar, dahyun merasa tubuh mobilnya kini yang terkena tembakan itu.

"Percayalah hyun, kau tidak akan mati di tangan orang-orang itu. Yang bisa membunuhmu hanyalah minho," ucap dahyun pada dirinya sendiri.

Meski rasanya begitu konyol, namun ia mencoba yakin dan percaya. Satu yang membuat dahyun mantap dengan pilihan hidupnya saat ini.

Ucapan sang ibu.

Ucapan yang diucapkan hanya kepadanya saat hembusan napas terakhir. Dan selama ini dahyun tidak mengatakannya kepada siapapun. Hanya dia seoranglah yang tau, bahkan menjadi angan-angannya kelak untuk hidup dengan baik dan keluar dari lembah hitam ini.

Hujan deras kali ini cukup membantu dahyun untuk kabur dari anak buah suho. Bahkan bunyi petir lebih menggelegar dibanding suara tembakan itu.

20 menit dalam pengejaran akhirnya dahyun mulai memasuki kota dan 2 mobil yang mengikutinya tadi tidak ada lagi di belakangnya.

Dahyun menghembuskan napasnya lega. Tanpa mengulur waktu lagi ia segera menuju kediaman keluarga minho.

***



Di Masa depan.

Mina adalah perawat yang menjaga dahyun. Ia cukup merasa aneh dengan pasien yang ia rawat saat ini.

Apalagi saudara dari pasien yang sering sekali mengilang entah kemana. Padahal ia dan teman-teman perawatnya tak ada yang pernah melihat saudara pasien itu keluar dari dalam kamar.

"mina, apa kamu yakin saudara kembar Tuan dahyun itu menginjak lantai? dia bukan hantu?" tanya teman mina

Mina tak langsung menjawab, ia nampak mengingat-ingat. Karena jujur saja, ia pun lupa untuk melihat apakah dahyun yang masih sehat itu menginjak lantai atau tidak.

"Ku rasa dia menginjak lantai," jawab mina ragu.

Saat ini sudah 10 menit mina keluar dari ruang rawat dahyun. Ia dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke ruangan itu memeriksa apakah dahyun yang sehat ada disana atau tidak.

"Kamu saja yang buka," pinta teman mina yang lain. Meminta mina untuk memutar kenop pintu itu.

Dengan jantungnya yang bergemuruh mina mulai memutar kenop pintu. Ia sangat berharap dahyun yang sehat ada disana dan tidak lagi menghilang entah kemana.

Dan saat pintu itu terbuka mereka semua sontak saling memeluk.

Dahyun lagi-lagi tidak ada disana, padahal mereka sangat yakin tidak melihat dahyun keluar dari kamar ini.

Yang ada hanyalah dahyun yang diatas ranjang.

"Hiiii!!" ucap mereka semua takut, lalu kembali menutup pintu itu dan pergi darisana.




















Jangan lupa vote ya

[END] Time PassageWhere stories live. Discover now