「Chapter 03: The Little Girl」

3 2 2
                                    

Erangan kecil keluar dari mulut seorang gadis dengan rambut pirang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Erangan kecil keluar dari mulut seorang gadis dengan rambut pirang. Sedikit demi sedikit kelopak matanya terbuka, menampilkan netra hijau zamrud yang terlihat lesu. Gadis itu mencoba untuk bangun dengan menggerakkan kakinya, tetapi rasa nyeri malah menyerang hingga membuatnya merintih kesakitan. Beruntung, seseorang mendengar rintihan tersebut sehingga dirinya langsung mendapatkan pertolongan.

Sayup-sayup Airin dapat melihat sosok perempuan yang tengah menyingkirkan beberapa puing-puing bangunan yang menimpa dirinya. Syukurlah hanya beberapa batuan kecil, bukannya beton. Sehingga anggota gerak miliknya selamat. Perempuan yang menolong Airin membantu gadis itu untuk duduk kemudian memberikannya segelas air yang langsung diminum habis olehnya.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya perempuan itu. Intonasi suaranya terdengar lembut dan halus.

Airin mengangguk. Gadis itu lantas kembali meringis ketika ia mencoba kembali untuk menggerakkan kedua kakinya, membuat perempuan yang menolongnya tadi menghentikan aksinya.

"Jangan digerakkan terlebih dahulu, sepertinya kakimu masih kaku akibat tertimpa puing-puing," ujarnya. Ia kemudian memeriksa kaki Airin. Gadis itu termasuk beruntung sebab hanya mengalami lecet dan beberapa luka ringan, paling parah mungkin adalah pelipisnya yang berdarah.

"Aku akan membersihkan luka di kepalamu dan memberikan perban sebagai pertolongan pertama. Tolong ditahan sedikit," ucap perempuan itu seraya mengeluarkan antiseptik beserta kapas dan perban lalu mulai membersihkan bagian pelipis Airin.

Rintihan perih refleks keluar dari mulut Airin. Tak bisa disangkal bahwa kombinasi antara antiseptik dengan luka luar adalah sesuatu yang cukup menyakitkan meskipun sudah beberapa kali ia rasakan. Perempuan itu juga terlihat memelankan usapannya tatkala ringisan-ringisan kecil terdengar. Ia berusaha sehalus dan selembut mungkin agar pasiennya ini tidak terlalu merasakan sakit.

Begitu perban sudah benar-benar menutupi luka sang korban, perempuan dengan rambut coklat itu segera menutup kotak peralatan obatnya. Ia menatap gadis remaja di sampingnya itu sekali lagi, memastikan bahwa tak ada luka yang perlu mendapatkan perawatan. Perempuan itu lantas menangguk kala tidak menemukan luka yang mengangga kecuali beberapa goresan kecil.

"Apa kau bisa berdiri? Perlu bantuan?" tanyanya kepada Airin.

Gadis dengan rambut pirang itu mengangguk pelan. Ia kemudian berusaha sedikit demi sedikit menggerakkan kakinya, meskipun agak kesulitan tetapi setidaknya anggota gerak bawahnya itu bisa diajak berkompromi. Dibantu oleh perempuan di sampingnya, Airin berhasil berdiri meskipun sedikit sempoyongan. Perempuan berambut coklat itu lantas memopohnya menuju tenda darurat lalu mendudukkannya di sana.

"Aku harus kembali bertugas. Katakan saja kepada petugas di sana jika kau memiliki keluhan," kata perempuan itu sebelum akhirnya meninggalkannya.

Di tenda tersebut, Airin hanya bisa celingak-celinguk seperti orang bodoh. Sebenarnya gadis itu sedang mencari sosok kedua sahabatnya, Esme dan Nora. Namun sayangnya, ia tidak dapat menemukan batang hidung mereka berdua. Hal tersebut membuat Airin merasa gelisah, ia berharap bahwa dua sahabatnya itu baik-baik saja.

Arcane FantasiaWhere stories live. Discover now