「Chapter 01: New Page」

14 4 5
                                    

Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa dunia itu adil. Mungkin itulah deskripsi yang dapat menggambarkan keadaan saat ini. Ketika ada ancaman, maka ada penyelamatnya. Seperti Curse dan Sorcerer. Mereka adalah eksistensi berlawanan, bagai air dan minyak. Satunya positif dan satunya lagi negatif, penggambaran seperti itu sudah terjadi sejak zaman dahulu.

Curse, Noroi atau Kutukan adalah entitas misterius yang muncul akibat emosi negatif manusia. Mereka menyebarkan teror dan ketakutan hingga mengambil korban jiwa. Hal inilah yang akhirnya memicu terbentuknya sosok penyelamat, yakni Sorcerer, Majutsu-shi atau Penyihir. Kelompok manusia yang diberkahi kekuatan untuk melawan eksistensi negatif dan menghapus teror serta ketakutan di hati.

Akan tetapi, ada pepatah lain yang mengatakan jika hukum karma itu berlaku. Pepatah ini sangat menggambarkan kejadian sepuluh tahun silam, yang mana mungkin menjadi sejarah terkelam umat manusia. Tahun itu adalah tahun paling mengerikan, pengalaman yang terekam jelas oleh memori dan mungkin tidak akan terlupakan hingga akhir hayat.

Ketika para Sorcerer dalam masa kejayaannya, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga melupakan tujuan dari eksistensi mereka, yakni melindungi. Ketamakan serta ambisi yang telah menggerogoti hati dan pikiran itu berubah menjadi bencana mengerikan yang hampir menghancurkan peradaban umat manusia. Bencana itu diberi nama Cataclysm.

Kini setelah sepuluh tahun berlalu, manusia berusaha bangkit dengan menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran. Para Sorcerer mulai berhati-hati dalam bertindak dan lebih mengutamakan keselamatan manusia serta memilih untuk hidup dalam lingkaran kenyamanan. Namun, sadarkah mereka bahwa lingkaran itu bisa saja membuat seseorang menderita?

Terkadang Zephyrine merasa demikian. Para Dewan yang terlampau kolot itu meresahkan batin juga pikirannya. Tindakan mereka terkesan takut mengambil keputusan serta perubahan yang akan terjadi. Mungkin inilah resiko ketika menjadi Negara yang baru seumur jagung alias baru berdiri.

Sebagai Kepala Negara, tentu Zephyrine bertugas menjaga dan memerintah Arcadia dengan adil dan bijaksana. Memastikan rakyatnya bisa makan dan tidur dengan baik, lalu yang paling penting adalah menekan angka keberadaan kutukan. Meskipun tujuan yang terakhir itu sepertinya hampir mustahil dilakukan.

Helaan napas lantas keluar dengan kasar. Bibir berlapis lipstik merah muda itu bergumam tak jelas setelah membaca laporan dari Divisi 4, unit yang baru saja ia tugaskan untuk menjaga perbatasan. Tertulis di situ bahwa keberadaan kutukan di daerah perbatasan amat ganas sehingga membuat mereka kewalahan dalam melakukan penanganan.

"Wajar saja, mereka adalah divisi yang 45% anggotanya adalah Support dan kekurangan Attacker," gumamnya setelah membaca keseluruhan laporan.

Zephyrine kemudian melempar asal kertas menyesakkan itu dan menyenderkan punggungnya pada kursi. Netra ungu miliknya menerawang langit-langit ruangan, pikirannya kacau dan dirinya mulai lelah. Ia bahkan tidak bisa tidur nyenyak setelah duduk di kursi penyiksaan ini.

Lamuan Zephyrine buyar tatkala indera pendengarannya menangkap suara ketukan pintu. Wanita itu segera membenahi posisinya dengan benar sebelum akhirnya berujar agar seseorang dibalik pintu tersebut segera masuk.

Dua daun pintu yang terbuat dari kayu terbaik itu lantas terbuka, menampakkan sosok gadis dengan sebuah katana menggantung indah di pinggangnya. Gadis itu kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan dan berhenti ketika jarak antara ia dan meja Zephyrine terpaut sepuluh senti. Sebuah senyuman kecil lantas terpatri di wajah cantik sosok pemimpin Arcadia.

"Biar ku tebak, kau ingin melaporkan hasil misimu yang membosankan itu, iya 'kan?" ledek Zephyrine sembari bersedekap dada.

Gadis di depannya itu tidak menjawab apa-apa selain menyerahkan sebuah kertas yang berisi surat permohonan pembatalan tugas.

Arcane FantasiaWhere stories live. Discover now