B&U: Taro Milk Tea

1K 120 7
                                    

Shotaro mengucek kedua matanya yang berair dengan malas seraya menguap kecil. Satu tangan menyusup ke balik baju untuk mengusap-usap perut-hal yang entah sejak kapan sudah menjadi kebiasaan. Ia bangun lebih siang dari biasanya, itu pun karena suara show anak-anak dari televisi di ruang tengah yang menyala berbunyi terlalu keras. Menyeret tungkai kaki malas, dirinya mendapati Sungchan sedang menonton televisi ditemani sekotak popcorn di pangkuan.

"Selamat pagi, Taro."

Sungchan tersenyum begitu mendapati empunya rumah berjalan gontai ke arahnya. Pantatnya digeser sedikit, memberi ruang bagi pemuda yang lebih pendek itu untuk duduk.

Wangi lembut shampo dari rambut Sungchan yang masih setengah kering membuat Shotaro kembali mengantuk. Namun ia memaksakan diri untuk terjaga. Tidak baik terlalu banyak tidur. Alih alih duduk di ruang yang tersedia, Shotaro memutar arah kembali ke kamar. Tak sampai semenit kembali dengan membawa hairdryer.

"Kau belum mengeringkan rambutmu sampai benar-benar kering. Nanti masuk angin," gumam Shotaro sambil berjalan ke belakang sofa, berhenti di balik punggung Sungchan dan menyalakan hairdryer di tangannya.

Mengeringkan rambut satu sama lain setelah mandi adalah ritual yang kerap mereka lakukan semasa masih pacaran. Nampaknya Shotaro masih belum bisa melupakan kebiasaannya. Bisa susah move on nanti. Sudahlah, terlanjur juga.

Sang alpha Jung tidak yakin panas yang menjalar di wajahnya itu diakibatkan oleh udara yang berhembus dari hairdryer yang menyala atau karena afeksi yang jemari Shotaro berikan pada helai rambutnya.

"Aku buru-buru karena tidak mau terjadi hal buruk denganmu."

Bau bucin, kalau kata pihak ketiga.

Melalui celah di antara belahan bibir yang terbuka, Shotaro meniupkan nafas panjang. Sungchan adalah orang yang tulus dan tentu saja kata-kata barusan berhasil menyentuh hatinya, tetapi di sisi lain ia merasa apa yang dilakukan Sungchan terlalu berlebihan. Terhitung satu minggu sejak saat di mana Sungchan mendapati bagaimana menderitanya Shotaro mengatasi morning sicknessnya, bungsu Jung itu selalu menyempatkan diri menginap untuk berjaga-jaga. Kalau pun tidak bisa menginap, ia pasti akan datang pagi-pagi sekali, seperti hari ini.

Tadinya Shotaro menolak karena ia yakin morning sickness adalah hal yang bisa ia handle sendiri, tetapi Sungchan bersikeras dengan keputusannya. Melihat wajah sedih mantan kekasihnya itu membuat Shotaro tidak tega. Bagaimanapun, Sungchan punya hak untuk mengkhawatirkan anak yang ada di kandungannya.

"Oke sudah. Aku mau makan dulu."

Shotaro menekan tombol off di batang hairdryer ketika rambut Sungchan sudah kering. Ia melipir ke dapur dan mengambil mangkuk bersih. Pintu kulkas dibuka demi mengambil susu dingin. Baru ketika kotak sereal yang keterlaluan ringannya itu ia balik, tak ada satu serpihan pun tersisa di sana.

Mendengus sesaat, abaikan kotak kosong itu dan mulai mencari sesuatu lain yang bisa dimakan. Nahas, isi kulkas dan lemari persediaan telah terkuras habis. Sudah beberapa hari Shotaro lebih sering makan di luar atau takeaway sampai-sampai tidak sadar kebutuhan primer seperti bahan mentah di dapur lenyap tak bersisa.

Keringnya dapur Shotaro tidak lepas dari perhatian Sungchan yang ternyata mengekori sejak tadi.

"Kita pesan makan saja," saran yang lebih muda, "sambil menunggu kau bisa minum dulu susumu."

"Aku tidak suka minum susu tanpa sereal," jawab Shotaro sekenanya.

"Bukan susu itu, maksudnya susu khusus untuk orang hamil. Di mana itu?" Sungchan celingukan, mencari ke dalam rak makanan, di atas lemari, rak piring, di dalam kulkas, tapi tidak menemukan benda yang dimaksud.

Baby & Us|SungTaroWhere stories live. Discover now