- Al Zaid Bramana

1K 34 0
                                    

Al berjalan menyusuri koridor kelas yang sepi, ini saat nya Jam pelajaran, tapi ia memilih untuk pergi mengerjakan tugas nya. Setelah berdebat dengan Alanza di kelas membuat mood nya sedikit rusak. dan mood nya akan kembali lagi ketika melihat Alanza, jadi ia akan menunggu gadis nya sampai jam istirahat datang.

"Kak Al?" Suara panggilan itu berhasil membuat Al menghentikan langkahnya.

Al berbalik, ternyata Rubby adik kelas nya. tanpa merubah ekspresi nya, ia menunggu gadis di hadapannya itu berbicara.

"Kenapa coklat nya tadi di tolak?" Tanya Rubby.

"Phobia coklat." Al melanjutkan langkahnya, tidak mempedulikan Rubby yang menatap nya bingung.

Rubby menyamakan langkah mereka, "emang ada phobia coklat?" Tanya Rubby lagi.

"Ya." Jawab Al singkat.

Dan satu lagi, Rubby pernah mencalonkan diri sebagai osis, tapi gagal karna ada beberapa tes yang tidak bisa ia lakukan. Dan dari peristiwa mencalonkan diri sebagai osis itulah Rubby mengenal Al.

"Kak Al ngapain keluar? Bukan nya ini jam pelajaran?" Tanya Rubby ingin memperpanjang percakapan.

"Harus nya gue yang nanya, ngapain lo di luar kelas pas jam pelajaran." Kesal Al.

"Ehee... Tadi di suruh buk rusmi ambil buku matematika di perpustakaan." Jawab Rubby diiringi cengiran nya.

BRUKK..

Tiba tiba ada yang menubruk tubuh Al dari belakang, dengan sebuah kaki yang melingkar di pinggang nya, untung saja Al kuat untuk menahan tubrukan itu, jika tidak sudah pasti ia akan jatuh tersungkur di lantai koridor.

"Al..." Panggil Alanza dengan suara yang manja.

"Kenapa za?" Tanya Al dengan sedikit berbalik, ia tersenyum simpul saat pipi nya dan pipi Alanza bersentuhan. Sedangkan Rubby yang melihatnya memasang wajah terkejut, apa yang terjadi pikir nya.

"Mau ke toilet, tapi di gendong sama Al." Ujar Alanza semakin di buat buat manja.

"Dapet apa dulu?" Tanya Al tersenyum jahil. Kapan lagi kan bisa berbicara dengan Alanza seperti ini, biasa nya juga berbicaralah dengan teriak teriakan.

"Dapet...," Alanza menatap Rubby sekilas, setelah itu kembali menatap Al, "dapet coklat." Jawab Alanza.

"Kak Al nggak suka coklat." Ucap Rubby tiba tiba.

"Al nggak suka coklat yah?" Tanya alanza lagi dengan wajah sok polos nya.

"Apapun itu, kalo yang kasih kamu bakal Al makan kok." Jawab Al tersenyum lebar.

Rubby yang melihatnya melongo tidak percaya, ia mengingat hari hari sebelumnya, ketika ia melakukan tes. Selama satu minggu tes dan selama satu minggu itu ia sering memperhatikan Al. Tidak pernah ia lihat Al tersenyum, seharusnya momen seperti ini harus di abadikan.

"Bangekk Al, ngapain lo pake aku kamu." Batin Alanza.

Alanza berusaha tidak tertawa, "nanti bakal kasih coklat banyak, serkarang anter dulu ke toilet." Ucap Alanza agar mereka cepat pergi dari hadapan Rubby.

"Oke." Al langsung melangkah pergi menjauh, meninggal kan Rubby yang sekarang menatap dua insan itu heran.

"Itu tadi kak Al?" Tanya Rubby pada dirinya sendiri, "cewek tadi siapa?" Tanya nya lagi bingung.

Sedangkan di tempat lain, Alanza sedang ngabrut, "lo ngapain pake aku kamu anjirr.... Hahhaha."

Al mencuci tangan nya di wastafel, dan memercikkan air di wajah Alanza.

"Nggak ada yang lucu." Ujar Al dengan kesal karna mendengar tawa Alanza yang menggema di bilik toilet.

"Iya juga sih, tapi gue nya aja yang mau ketawa." Ungkapan Alanza menghentikan tawanya.

Al keluar dari bilik toilet, di susul oleh Alanza di belakangnya.

"Al, lo ada niat nikahin gue?" Tanya Alanza asal.

"Nggak." Jawab Al singkat.

"Kalo nggak nikah sama gue, lo mau nikah sama siapa?" Tanya Alanza lagi.

"Ya nggak nikah lah, kan gue mau nya sama lo." Jawab Al sedikit ngegas.

"Gajelas." Maki Alanza.

Al merangkul leher Alanza, "pendek banget, yakali gue rangkul leher." Cibir Al.

"Sama Naya noh, kayak tiang listrik." Balas Alanza sewot.

"Naya nggak imut, dia punya otot, punya kumis juga, badan kurus, kaku, mana kulit nya putih pucat lagi." Ujar Al dengan jujur.

"Muka biasa aja, mau nya yang sempurna." Sindir Alanza. Tapi bukan menyindir Al, mungkin sedang menyindir yang lain.

"Kalo muka gue biasa aja, kenapa lo suka?" Tanya Al.

"Mungkin lo pernah ngasih gue pelet." Tebak Alanza asal.

"Kebalik, lo yang peletin gue, bukti nya gue nggak bisa jauh dari lo." Bela Al.

Percakapan mereka terhenti sejenak, mereka melewati koridor yang sepi, karna sekarang pukul 08:48. Semua guru pasti sudah berada di dalam kelas.

Al menghentikan langkahnya, "kenapa?" Tanya Alanza berusaha melepaskan rangkulan cowok di sampingnya itu.

"Za, gue lupa. Ini hari pertama sekolah, seharusnya gue harus ambil formulir pembayaran seragam di kelas sepuluh." Ucap Al santai tanpa ekspresi.

"Terus lo ngapain di sini?" Tanya Alanza.

"Lo temenin gue, kalo ada guru nanya, bilang aja wakil ketua osis lagi ada kerjaan, jadi lo yang gantiin." Tutur Al.

"Okee," jawab Alanza semangat.

"Lo bawa pena?" Tanya Al.

Alanza mengambil pena di saku nya, "ho'oh." Jawab Alanza.

"kita mulai dari kelas IPA satu." Mereka berdua mulai berjalan menuju kelas yang mereka maksud.

Sesampainya di kelas X MIPA 1, Al langsung mengetuk pintu kelas yang tertutup dan membuka nya.

"Pagi pak, maaf mengganggu. Boleh saya pinjam waktu nya sebentar?" Tanya Al kepada pak Eko guru bahasa Indonesia yang sedang mengajar.

"Boleh, silahkan." Jawab pak Eko dan beralih duduk di bangku nya.

Al memasuki kelas, di iringi alanza di belakang nya, "perkenalkan nama saya Al Zaid Bramana, bisa di panggil kak Al, saya adalah ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah, saya di sini akan mengambil formulir pembayaran seragam, jadi saya minta berikan formulirnya kepada kak Alanza." Ucap Al menunjuk Alanza.

Seperti biasa, cowok itu tidak mengeluarkan ekspresi apapun, tidak tersenyum, tidak juga datar. Hanya memasang wajah tanpa minat.

"Lah? Gue harus ngapain?" Tanya Alanza dengan berbisik.

"Perkenalan, terus ambil kertas formulir nya, lo tulis nama mereka yang udah ngumpul." Bisik Al dengan menunduk menyamakan tinggi mereka.

Alanza tersenyum kaku, "perkenalkan nama saya Belova Falienta Alanza, bisa di panggil kak Alanza." Ucap Alanza.

Alanza mulai linglung, tidak tahu harus apa. Ia menatap Al, cowok itu memberi kode dari tatapannya, menyuruh alanza untuk mulai mengambil formulir yang adik kelas mereka pegang.

Alanza hanya menurut, dan tidak lupa meminta kertas pada salah satu adik kelas nya itu. Setelah beberapa saat, akhirnya semua selesai, Alanza kembali berdiri di samping Al dengan membawa tumpukan kertas tebal di tangan nya.

"Baiklah, terima kasih atas waktu nya pak, saya izin lanjut ke kelas lain." Ucap Al dengan sopan dan di tanggapi anggukan oleh pak Eko.

Setelah itu Al dan Alanza pergi keluar, berjalan menuju kelas berikutnya.

°°°

Our love story Where stories live. Discover now