12

23K 1.9K 27
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!

Langit sudah berganti berwarna hitam, matahari sudah tenggelam sejak satu jam yang lalu. Kini jam menunjukan pukul 19:03 wib.

Di sebuah gudang terdapat seorang pemuda yang tertidur meringkuk di atas sofa, penampilannya terlihat sangat kacau.

Rambut acak-acakan, kedua pipi memerah dan terdapat bekas cap empat jari yang sedikit telihat, wajah sembab akibat terlalu lama menangis, leher yang terdapat beberapa kissmark, dan sudut bibir yang robek.

Rasa pening di kepalanya masih terasa namun, tidak sepusing tadi siang. Ezar memegang kepalanya, ia duduk di atas sofa dan mengedarkan pandangannya.

Tangannya meraba-raba saku celana dan baju untuk mencari ponselnya tetapi tidak ada, ezar mencaro ponselnya di sekitar sofa dan ia baru teringat.

Jika ponselnya sengaja tidak ia bawa tadi pagi, ia menyimpannya di atas kasur. Ezar menghela napas, ia menatap keluar jendela ternyata sudah malam.

Ia tidak tahu sekarang jam berapa, ezar beranjak dari duduknya membenarkan penampilannya. Ia berjalan sedikit tertatih, pinggangnya terasa nyeri walaupun alano melakukannya hanya satu ronde.

Ezar membuka knop pintu, ia melihat di ke depan, gelap. Ezar meneguk ludahnya kasar, kakinya berjalan mundur ke belakang secara perlahan membuatnya kembali masuk ke dalam.

Ia takut gelap. Ezar menjatuhkannya badannya di pojok gudang, ia memeluk dan menelungkupkan kepalanya di atas kaki yang di tekuk setengah.

"Hiks bunda." Lirih ezar terendam.

Seluruh badan anak itu nampak bergetar ketakutan. "Bunda hiks, ezar takut!" Adunya, ezar hanya bisa berharap ada seseorang yang datang.

Ezar bergumam tidak jelas di selingi isakan kecil, ia tersentak kaget saat merasakan tangan seseorang menepuk bahunya.

Ezar tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang menepuknya, isakan yang keluar malah semakin menjadi membuat orang yang menepuk ezar mendengus kesal.

"Ezar!" Panggil orang itu.

Ezar terdiam mendengar suara itu, ia mendongakan kepalanya menatap orang yang amat ia kenali kini berada di hadapannya.

Ezar berhamburan memeluk badan orang itu, menyembunyikan wajahnya di bahunya. Dengan sigap dia membalas pelukan ezar dan mengusap punggung anak itu.

"Hiks rei." Gumam ezar.

Fyi, orang yang menepuk bahu ezar adalah sahabatnya sendiri, reinar. Ia memang marah dengan sikap ezar yang keterlaluan tetapi, ia tidak pernah melupakannya jika anak itu sahabatnya.

Sahabat yang sudah mau menemaninya di kala senang dan susah. Reinar menaruh dagunya di atas kepala anak itu, dia menganggukan kepala menanggapi panggilan ezar.

"Sekarang lo udah tahu semuanya kan? Nyesel?" Tanya reinar.

Reinar menghela napas, ia mengingkari janji atas perkataannya tadi pagi yang mangatakan jika setelah ezar tahu semua kebenaran yang dilakukan alano, ia tidak akan ikut campur.

Dan sekarang lihat? Ia bahkan datang malam-malam seperti ini hanya untuk mengecek sahabatnya sudah pulang atau belum.

Reinar masih mempunyai sisi nuraninya.

Flashback on.

Reinar memincingkan pandangannya saat melihat dua orang lelaki yang amat ia kenali, salah satunya berada di gendongan koala.

Kerutan pada dahi reinar tercetak jelas ketika dua orang tersebut berjalan mendekati ke arah gudang lama dan memasukinya.

Reinar menengok kanan kiri untuk mengetahui situasi, di rasa aman. Ia berjalan sedikit cepat kearah belakang gudang tersebut.

My Husband| mpreg [Bxb]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang