[04] Sayembara

97 36 20
                                    

Seharian ini Nanda belum beranjak dari tempatnya duduk. Padahal dia nglemprak¹ di lantai. Para emban yang datang hanya bisa duduk. Tidak ada yang berani berdiri. Jika ada yang datang, mereka akan berjalan dengan lutut untuk menghormati sang ratu.

Mata sang ratu sembab. Hidungnya memerah setelah satu jam menangisi keadaan putra bungsunya.

Sedangkan yang sedang ditangisi berusaha menghibur ibunya.
"Udah Bunda. Jaka mboten nopo nopo² kok. Yang jadi domba kan Jaka. Kenapa Bunda yang nangis?"

Plak!

Nanda menampol pelan kepala domba Jaka. "Ya Bunda nangisin kamu lah, Le! Ibu mana yang gak nangis putranya jadi hewan? Domba lagi. Kenapa gak sapi gemuk aja biar bisa dijual?"

"Kirain gak terima anaknya jadi hewan. Ternyata bukan. Majikan kita emang unik ☺" - suara hati para emban.

"Yo Jaka ndak tau to Bunda. Tunggu aja bentar lagi, Mas Yahya, Ayah, sama Jailani lagi nyari kakek penjual keong itu. Kalo udah ketangkep, cari solusi," ucap Jaka.

"Hiks. Yowes."

Ditempat Yahya & Pengawal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ditempat Yahya & Pengawal

Mereka terus menanyakan kepada para rakyat atau pengendara yang sedang lewat.

"Tau kakek ini gak. Badannya bulet, rada suka ngegas dikit. Terus jual keong?" tanya salah satu pengawal pada penjual jamu.

"Gak."

Yahya yang sedang memantau memijit pelipisnya. Stress dia tuh. Kata Jailani orangnya badannya gede. Tapi ini kok kayak nyari semut, gak ketemu ketemu soalnya.

Belum lagi gangguan lain berupa suara-suara nyaring yang mengerubunginya.

"Kyaaa! Yaampun Pangeran Yahya ganteng banget sumpah! Pangeran ngapain kesini? Pangeran nyari pendamping hidup? Saya bersedia kok!"

Yap, keberadaan cewek-cewek yang suka gak sadar diri.

"Permisi ya, ciwi-ciwi. Saya ini pangeran loh, kok kalian kayak ketemu oppa-oppa aja saya diteriakin gini."

"Gapapa. Selama kamu ganteng, kamu adalah oppa!" ucap salah satu ciwi-ciwi yang diketahui bernama Letta.

"Oppa ya?" gumam Yahya.

Yahya berpikir sebentar. Ada peluang ini. Muehehe.

"Ah gini!" Yahya menepuk tangannya membuat ciwi-ciwi berhenti ribut. "Siapa aja yang bisa nemuin kakek-kakek bertubuh gendut, bulet, pendek, terus jualan keong gondang. Dan berhasil dibawa ke istana dalam keadaan sehat walafiat, bakalan dapet hadiah berupa foto bareng saya. Dan, ekslusif dapet tandatangan saya!"

"Ada gunanya juga nih pangeran. Gitu kek daritadi, mantau mulu kayak mandor." -suara hati Jailani.

"Beneran pangeran?" tanya mereka tak percaya. Takutnya tipu-tipu yekan.

"Beneran lah. Kapan saya boong?"

"Oke guys! Ayo kita cari!"

Dan dalam sekejap, mereka sudah berpencar mencari kakek itu.
The power of ciwi-ciwi.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.








Ditempat yang lain, ada seseorang yang sedang mengendap-endap mencari tempat persembunyian.

"Pengaruh wajah pangeran emang gak main-main. Tiba-tiba aja Aku jadi buronan para pemudi. Duh, harus sembunyi kemana ini?"













 Duh, harus sembunyi kemana ini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Catatan kaki :

1. Nglemprak = duduk lesehan dilantai. Bahasa daerahku kayak gitu. Posisinya kayak orang kepengkok. Kayak jatuh terus terduduk gitu.

2. Tidak apa-apa.

Semoga paham ya sama keterangannya.

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now