Bian tidak menyukai Lia karena pernikahan mereka dilaksanakan tanpa sepengetahuan dirinya. Mereka menikah tanpa restu darinya. Dan Bian sangat yakin kalau Lia bersedia menikah dengan Aslan hanya demi harta.

Tidak ada wanita yang benar-benar tulus mencintai Aslan, selain Neta.

"Minta maaf!" perintah Aslan tegas. 

Namun bukannya menuruti, cowok itu langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah memungut tas nya yang tergeletak di lantai. 

"Bian!!" 

"Udah Mas, udah," peringat Lia. Ia sudah biasa menghadapi sifat keras Bian yang seperti ini. Bahkan perdebatan semacam ini sudah lumrah terjadi setiap hari. 

"Kamu sabar, ya, cepat atau lambat, Bian pasti akan menerima kamu," ujar Aslan mengusap tangan istrinya. 

"Ergi, lebih baik kamu juga berangkat, nanti telat," kata Lia, menatap Anaknya yang juga bersekolah di sekolah yang sama seperti Bian. 

"Iya, Ergi, berangkat." Cowok itu mengambil tasnya yang disampirkan di kursi, lalu pergi. 

•••

Alora memarkirkan motornya di halaman sekolah, di samping motor Nevan dan tentunya Haikal. Kedua cowok itu sudah masuk kelas sejak tadi, berbeda dengan Alora yang masih betah di parkiran, tepatnya karena menunggu seseorang. 

Kembali berkaca pada spion motornya, cewek yang saat ini memakai jaket bertuliskan ALNESHA itu tersenyum hingga matanya menyipit. Sejak pertemuannya kemarin dengan Bian, Alora merasa sangat bersemangat untuk datang ke sekolah. 

"Gak nyangka, ternyata gue emang secantik ini," gumam Alora, sambil membenarkan tatanan rambutnya. 

Bukan kebiasaan Alora seperti itu, cewek yang biasanya bodo amat terhadap penampilannya, kini berubah sangat memperhatikan setiap detail tubuhnya, hanya karena seorang cowok acuh seperti Bian.

Astaga, pengaruh Bian sudah sebesar ini pada Alora.

Suara motor yang terdengar mengalihkan perhatian Alora, memandang sebuah motor hitam yang masuk ke halaman sekolah. 

Cowok dengan Hoodie hitam itu membuka helm yang menutupi wajahnya, kemudian menyugar rambutnya sebelum turun. 

Bian lantas bediri, bersiap masuk ke kelasnya. Namun langkahnya mendadak terhenti karena kedatangan Alora yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. 

"Hai!!" sapa Alora riang, tidak lupa dengan senyuman. 

"Kenalin, gue Alora," ujar gadis dengan nama lengkap Alora Aleandra, menyodorkan tangannya hendak mengajak cowok di depannya berkenalan. 

"..."

"Yakin nih gak mau kenalan? Gue cantik, lho, masa di tolak? Banyak cowok di luar sana yang antri buat dapetin gue."

"Gue gak tertarik sama lo," jawab cowok itu kemudian melewati uluran tangan Alora. Berjalan pergi tanpa menghiraukan Alora yang terperangah di tempatnya. Baru kali ini dirinya di tolak oleh seorang cowok? Selamanya ini semua cowok-cowok itu yang mengejar-ngejar dirinya. Tapi kali ini justru Alora di tolak mentah-mentah oleh cowok yang bernama Bian Astara.

Benarkah? Alora tidak bisa terima ini. Mau tidak mau Alora harus bisa mendapatkan cowok itu, bagaimanapun caranya. Harus!

"Woy!!! Gue sumpahin lo jatuh cinta sama gue!" teriak Alora. "Sok jual mahal jadi cowok!" lanjut gadis itu tidak perduli jika para siswa-siswi menatapnya aneh.

"Apa! Mau gue colok mata lo!" sarkas Alora pada segerombol siswi yang menertawakan nya. Mereka kemudian segera bergegas setelah mendengar ucapan sinis Alora.

Obsesi AsmaraWhere stories live. Discover now