The End of Battle - and Her

25 5 3
                                    

==============================

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

==============================

❗❗❗
Beberapa gambar memuat "darah"
❗❗❗

===============================

Setelah monster cacing itu berhenti menggelepar, perlahan dari salah satu kendaraan AYX yang masih berdiri utuh, pintu terbuka. Penghuninya mengintip memastikan situasi sudah cukup aman. Kendaraan radar mereka yang paling canggih setengah tenggelam dalam kubangan pasir dalam posisi miring, entah apakah masih ada kru yang selamat di dalamnya.

Pintu dari kendaraan lain, yang bagian tangkinya dipakai mengangkut 3 orang pengawal dari Direland juga terbuka. Hanya ada satu orang yang keluar. Mereka yang cukup punya keberanian untuk mendekat bangkai monster, bisa melihat kepala yang seperti bunga terkulai dalam kondisi terbuka lebar.

Pintu dari kendaraan radar akhirnya terbuka. Tiga orang isinya selamat, walau terlihat luka-luka karena sempat terkocok dalam mobil akibat amukan monster.

Pimpinan konvoi mengernyit. Dua orang anggota mereka masih ada di dalam perut monster. Melihat dari jumlah pengawal mereka yang tersisa, sepertinya seseorang juga tak selamat.

****

Tembakan terakhir Ducky sukses membuat monster itu jatuh terkulai. Sedikit menggelikan melihatnya jatuh seperti itu.

J menghela napas lega. Walau kakinya terasa lemas, dia tetap berusaha berdiri menghampiri monster itu yang sudah dikelilingi para pegawai AYX.

Orang-orang itu membelah perut cacing itu dengan mudahnya. Melihat orang-orang AYX itu mengeluarkan korban-korban yang termakan, J berlari patah-patah mendekati salah satu pegawai di sana.

"Bisa ... Bisakah kalian mencari temanku, V-ven?" Bohong jika dikatakan J sudah tidak berharap Ven masih hidup di dalam sana. Namun Ven yang J kenal adalah perempuan kuat yang bahkan setelah terluka sedemikian parah tetap berdiri dan melawan kalajengking raksasa hingga tumbang. Sulit mempercayai Ven tiada jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri.

Pegawai AYX itu mengangguk. J hanya mengamati orang-orang yang dikeluarkan secara bergantian. Hingga dirinya bertemu dengan Ven.

Di pangkal kembang bergerigi itu, di saluran menuju kerongkongan dengan banyak otot tebal—yang berguna untuk gerakan mendorong makanan ke dalamnya, sosok berbalut kain itu tersungkur.

Dua tangannya masih menggenggam erat pedang yang ia tunjukkan dengan bangga beberapa jam lalu, plus senjata yang selalu ia gunakan dalam pertarungan selama ini. Dua senjata itu menancap dalam di antara gigi, bergeming meski sejak tadi monster itu keluar-masuk pasir, terlempar, dan bergoyang hebat.

Ven masih menggenggamnya erat. Ia tak terjatuh ke dalam sistem pencernaan monster itu. Meski begitu, tubuhnya koyak. Hancur. Darah di mana-mana, mengalir hangat, membasahi sekitarnya.

Into DustWhere stories live. Discover now