"Ehh, iya, Pak. Makasih, Pak," lontar si gemuk penuh semangat yang tadinya sudah keringat dingin.

Siswa lain yang melihat hanya bisa tercengang kemudian melihat Pak Fajar berjalan ke arah meja guru.

"Baik, semuanya selamat belajar dan jangan lupa minum air putih," pesan Pak Fajar diikuti oleh embel-embel betapa pentingnya air bagi kehidupan lalu benar-benar meninggalkan kelas itu.

Sunyi, astaga God hal absurd apa lagi ini. Terlihat wajah memerah Mio yang sudah mati-matian menahan tawa, tidak tahan lagi. Ini sangat lucu. Yang lainnya sudah tertawa terbahak-bahak.

"Kentara banget lo jomblo, Mi kan harusnya ayank yang ingetin minum, malah Pak Fajar yang gantiin," sembur Prima teman sebangku Mio masih dalam posisi terbahak-bahak.

"Alasia, bener, Prim abis ini gue bakal semangat nenggak air segalon," tandas Mio dengan wajah memerah.

"Pfftt, cukup, Miii perut gue mules," aku Prima sambil memegangi perutnya.

"Hahaha, oke-oke. Eh emang bener yaa kalo Pak Fajar gak ngajar dan cuman ngambil absen doang?" Tanya Mio seperti ingin tau banyak.

"Hmm iyaa... Yang gue denger sih gitu padahal menurut gue, ya, kerjaan meriksa absen cetek tau. Gue juga bisa, kenapa harus guru khusus?" pungkas Prima mengeluarkan opininya.

"Lah iya yak. Menurut cerita yang sumbernya terpercaya nih, yaa...," jeda Rikky sang pembawa bahan gibah yang sepertinya mulai join saat mendengar percakapan Mio dan Prima yang berada di depanya.

Di kelas Rikky itu jagonya dalam menyampaikan berbagai berita yang dikemas dalam retaruk canggih bertajuk gibahan empatik.

"Sebenarnya tuh Bapak guru pinter bahkan pernah jadi guru terfavorit karna sifat bijaksana, berwibawa, and sportifnya beliau, tapi karena suatu tragedi tiba-tiba aja jadi berhenti dari tugas ngajar siswa dan kadang murid-murid sering kurang ajar termasuk gue tapi malah didiemin bukannya ditegur," sambungnya kemudian.

"Tragedi?" Sahut Mio dan Prima hampir bersamaan.

"Alahh, sok misterius lo. Tragedi apaan... paling-palingan kejedot kuat trus beberapa sarafnya terputus," jawaban sarkatis dari Prima mampu membuat otak Rikky dan Mio berasap memikirkan opini-opini terancang yang tidak masuk akal.

"Sssttt... Udahhh-udahhh," pekik Mio kemudian saat melihat guru sudah berada di ambang pintu.

-'-'-'-'-

Sudah lima menit yang lalu bel tanda istirahat berbunyi. Di sini lah Maslin, Mio, Nuke, dan Prima mengedar pandang pada ruangan ramai mencari bangku yang masih kosong di kantin.

"Ah lo, sih, Uke lama banget nyalin yang di papan doang," gerutu Prima resah tidak kedapatan bangku.

"Bukan gue yang lama tau, anak sekolah sini aja yang udah mau mati kelaparan makanya penuh semua"

"Padahal kan nyatat nya bisa nanti-nanti lochh" tambah Mio saat merasakan cacing-cacing di perutnya berulah.

"Iyaa... Maafin Nukee yach. Sebagai gantinya Nuke pastiin kita bakal dapat tempat strategis dan makan dengan nyaman."

Setelah mengatakan itu Nuke menerebos keramaian membawa nampan berisi makanan dengan ketiga manusia lainnya yang mengekor. Sambil berteriak-teriak keras 'awas aer panas, aer panas, aer panas.'

Dapat.

Tempat yang ini terletak pada bagian pojok kantin dengan tertutupi beberapa tumbuh-tumbuhan penghias besar berwarna hijau di dalam pot.

What's Up MXWhere stories live. Discover now