01. Sahabat seperikanan.

204 31 4
                                    


Berterima kasihlah kepada presiden alam semesta sebab cuaca pagi ini tidak seperti simulasi api neraka, melainkan sejuk oleh embun sehabis hujan hampir semalaman suntuk. Tak mengapa bila tidak ada pelangi, sebab kalau ada pun tidak bisa terlalu dinikmati karena para penghuni bumi pagi ini agaknya tengah sangat sibuk.

Ada yang sudah terjebak dijalanan untuk sesuap nasi, ada yang sudah berteriak menawarkan dagangan demi sekotak susu anak dirumah, ada yang sudah duduk di bangku sekolah demi sebuah masa depan yang berbobot, dan ada juga yang masih bergelung dengan selimut tebal dikamarnya.

Sedangkan di salah satu kamar kost seorang gadis sedang merutuki nasibnya yang sudah sial padahal baru akan mengawali hari. Tadinya sembari mengeringkan rambut, Hazel berinisiatif memeriksa bahan presentasi nya hari ini. Tetapi malah kepanikan yang melanda sebab laptop nya mendadak tidak bisa diaktifkan. Jadilah kini ia menceracau pun merengek seraya mengotak-atik laptop yang masih tak berkutik itu.

Suara geberan motor Aerox yang dimodifikasi sangat akrab mengisi suasana pagi warga kost Taman Bugenvil. Padahal ini kost khusus wanita yang tentunya tidak memperbolehkan siapapun berjenis kelamin selain wanita masuk ke area kosan. Tapi nampaknya peraturan tersebut tidak berlaku untuk lelaki bernama Aran itu, Entah jenis tipu muslihat apa yang dilakukannya sampai bisa sangat akrab dengan Bu Susi si pemilik kosan.

"Pagi Bu Susi geulis.."

Yap, itu suara manusia si pemilik motor Aerox a.k.a motor fakboi. Dari dalam kamar Hazel selalu bisa mendengar suara Aran yang menyapa Bu Susi seperti pagi-pagi biasanya.

"Pagi si kasep, aduh Aran.. kenapa pake jaket Dilan segala atuh, kan jadi ngeri nanti anak kost Ibu pada senam jantung semua pagi-pagi."

Suara kekehan Aran pun mengudara. "Si Ibu teh bisa aja ih."

"Iya atuh beneran. Omong-omong mana si Hazel teh kok belum keluar juga, biasanya denger suara motor kamu aja udah langsung keluar yak?"

"Iya bu nggak tau nih, Aran cek ke dalam dulu boleh ya bu?"

"Iya cepetan nanti telat lagi ngampus nya."

Aran berjalan menghampiri pintu yang sudah sangat dihafal bahwa itu adalah kamar kost yang ditempati Hazel. Langsung saja ia mengucap salam seraya mengetuk-ngetuk pintu tersebut.

"Zel, masih tidur?"

Hazel mengusap pipi nya yang sudah basah sedari tadi sebelum berteriak. "Masuk aja, nggak dikunci!"

Ceklek.

Setelah pintu kembali ditutup, Aran terkesiap mendapati Hazel yang tengah menangis tidak tau sebabnya apa.

"Woi kenapa?"

Si gadis menoleh ke arah sumber suara sembari bibirnya mencebik ke bawah. "Ini Ar.. laptop nya hiks.. nggak bisa idup." Ucapnya terputus-putus.

Aran mendekat dan kemudian berjongkok di hadapan Hazel yang terduduk disamping kasur. Tangannya terulur menjepit hidung Hazel, dengan Ibu jari dan telunjuknya untuk membuang ingus yang keluar dari lubang hidung gadis itu. Hazel hanya diam sambil masih menatap laptop nya yang seperti tak terselamatkan lagi.

"Ih liat, ingusnya meleber tau, Zel." Cibir Aran yang berjalan ke arah kamar mandi.

"Aran, ini gimana? hari ini aku presentasi dan bahan nya ada didalam sini semua."

Seusai mencuci tangannya, lelaki itu kembali dan duduk bersila. "Udah copy ke flashdisk belum?"

Hazel menggeleng lemah, lantas lelaki itu menghela nafas singkat sebelum mengambil alih laptop dari pangkuan Hazel.

Bintang Di langit PetangWhere stories live. Discover now