Deklarasi Catra.

31 10 2
                                    

.
.
.
.

🅙🅐🅖🅐🅣

Jagat pulang ke rumah, setelah Ia selesai dengan hujan dan Raya. Sekujur tubuh nya basah, Ia menatap dirinya sendiri dari dalam pantulan kaca spion.

Ia membuka helm full face nya dan mengusap rambut dengan kelima jari nya.

Senyuman seorang Jagat kembali tergambar. Ia terlihat salah tingkah kala mengingat kejadian tadi saat Ia menyanyikan lagu sambil memeluk Raya. Kecemasan Raya, wajah khawatir yang terus menghantui kepala Jagat,semuanya spektakuler menjadi satu kesatuan yang "candu" Baginya.

Senyum nya tak mereda bahkan sampai memasuki ruang tamu. Ia terus di hampiri perasaan senang dan bahagia semenjak bertemu Raya tadi.

Ia lupa akan semua masalah nya hari ini.

Ia lupa soal polisi, Romeo, lalu kakak kandung nya yang datang untuk mengurusi semua nya di kantor polisi sedari siang.

Kepalanya hanya di penuhi dengan Raya, Raya, dan Raya.

Di ujung tangga teratas, langkah nya berhenti. Ia menatap kamar kakak nya yang terbuka lebar tak seperti biasa. Kamar yang terletak tepat di samping kamar nya itu terlihat rapi bahkan saat penghuninya tak ada di sana.

Jagat dengan pakaian basah pun masuk tanpa salam tanpa permisi, kebiasaan nya.

"Bang". Panggil Jagat kala mendapati sang kakak tengah duduk di ujung ranjang sambil mengusap rambut basah nya dengan handuk.

" Hah? ". Sahut nya tanpa menoleh ke arah Jagat. Dia sibuk dengan ponsel.

Jagat menatap nya dengan ragu.

" Sorry". Ujar Jagat pelan, namun tetap terdengar.

"Buat? ". Balas kakak laki-laki nya itu sambil menatap Jagat yang berdiri di depan pintu.

" Hari ini, udah buat lo kecewa". Singkat Jagat.

Kakak nya itu terdiam sejenak, Ia menatap ke arah Jagat lagi dan meletakkan ponsel nya di ranjang begitu saja.

"Sini masuk". Pinta nya.

Dengan langkah gontai, Jagat memasuki ruangan itu lalu menarik kursi di sana untuk duduk di dekat anak pertama dalam keluarga Brahmaputra.

" Terkadang suka keliru, kok di dunia ini ada yang nama nya kecewa? Ada yang namanya rugi, ada nama nya gagal, kenapa ya? ".

Jagat menatap kakak semata wayang nya itu dengan tatapan heran, rasanya ingin sekali ia menjawab begini, udah takdir.
Tapi Ia urungkan kembali niat nya sebelum di bombardir.

"Lo minta maaf ke gue dengan alasan kecewa, sebelum itu lo udah minta maaf belum sama pihak yang di rugikan? "

Jagat memperhatikan detail kalimat pengucapan dari lawan bicara nya saat ini.

"Romeo? ". Ujar laki-laki itu dengan wajah lugu nya.

Seorang laki-laki yang terpaut umur dua tahun di atas Jagat itu tersenyum lantas mengarahkan telunjuk nya sampai menyentuh dada Jagat, tempat Ia meletakkan lambang sekolah.

Jagat RayaWhere stories live. Discover now