Delegasi Rasa

51 9 3
                                    


"Setiap orang berhak punya Kepura-puraan untuk suatu tujuan"

- Bumi Bagaskara.

.
.
.
.

Sepanjang perjalanan menuju rumah aku tak banyak bicara, yah.. Seperti biasa juga begitu, kecuali tak semobil dengan kak Catra.

Kepala ku masih berkelebat dengan Jagat dan masalah nya hari ini.

Pertanyaan seputar, ada apa?
Atau... Akan di bawa kemana dia?
Atau pertanyaan berlebihan seperti.. Akan di apakan dia? Semua itu terlalu berlebihan mungkin, lagipula Jagat handal berkelana di titik itu-tidak juga- tapi dia bisa.

Mobil terasa lenggang, tak ada kutipan aneh atau gurauan receh dari si empunya mobil, bukan seperti pagi tadi suasananya, bukan pula saat Kak Catra biasa menggangguku dengan setiap ocehannya.

Mulai dari saat keluar gerbang tadi, menatap dia yang berdiri tepat di depan mobil nya di pemberhentian khusus penjemput mobil. Sibuk dengan ponsel tanpa minat merespon para siswi yang lewat lantas membicarakan dia.

Wajah nya yang selalu terlihat bersemi, kali ini tak ada ku dapati di setiap inci guratan air muka nya.

Kalimat ribut seperti "Eh, Jodoh udah pulang, gimana pelajaran hari ini Jodoh? ". Berganti menjadi. " Udah selesai? ".

Aku lantas mendongakkan kepala menatap nya, lalu menganggukkan kepala ragu.

Tapi Kak Catra tetaplah dia. Aku pikir dalam keadaan mood nya yang seperti ini Ia tak akan mengurusi kepentingan ku apalagi hanya sebatas membukakan pintu, tapi ternyata dugaan ku salah, Ia tetap melakukan itu.

Setelah itu, setelah aku mendapati posisi ku nyaman di dalam mobil, kepala ku kembali beroperasi memikirkan hal tadi, tentang Jagat.

Aku menatap ponsel yang sedari tadi terlihat sepi, seperti tak ada kehidupan, tak ada kabar baru, tak ada update dari Jagat yang biasanya setiap waktu akan menghubungiku memberi kabar.

Khawatir, itulah satu kata di balik kalimat kalau aku baik-baik saja.

Romeo bukan lah orang biasa, dia bukan sepantaran anak-anak pergaulan lain yang mau dengan tulus memberikan kompensasi terhadap orang yang berurusan dengan nya.

Ia adalah pewaris tunggal kaya Raya, yang ayah nya sendiri adalah Donatur utama SMA bina Negara.

Siapa yang bisa meladeni cowok itu selain Jagat? Ga ada.

Cuma Jagat, dan sekarang Ia benar-benar ada dalam masalah seorang Romeo.

Aku memejamkan mata dalam tunduk. Tanpa sadar tangan ku mencekal kuat ujung rok dengan pundak tegang.

"Ra? ". Panggil Kak Catra.

"Engga kak, gue ga papa, jangan ajak gue ngomong, gak mood". Tekas ku berkata sesuai dengan apa yang aku rasakan saat ini.

" Lo oke? "

"Gue kan udah bilang, jangan- ajak- gue-ngomong". Lempar ku lagi penuh penekanan.

" Kita udah sampai,Ra. Cuma itu yang mau gue bilang. Lo turun, istirahat di dalam". Ucap Kak Catra yang membuat ku lantas menaikkan kepala secepat kilat.

Jagat RayaWhere stories live. Discover now