[7] Who Are You?

12 1 0
                                    

***

Kalau Hermione yang lahir sebagai muggle bisa menerima undangan untuk bersekolah di Hogwarts, apa mungkin Talisha juga kelak akan menemukan undangan serupa? Maksudnya, barangkali, ada Hogwarts cabang Jakarta? Siapa yang tahu, ternyata dunia sihir memang benar adanya, tetapi tersembunyi. Dalam Harry Potter pun, para penyihir tidak diperbolehkan untuk menunjukkannya kepada para muggle, kan?

Atau, bagaimana kalau ternyata di dunia ini memang ada lampu ajaib--mungkin kalau lebih modern, bentuknya akan seperti tumblr Your Bottle--yang bisa memunculkan jin atau semacamnya? Tidak pernah ada yang tahu, kan, seandainya keajaiban-keajaiban yang dikenal di dunia fiksi ternyata memang ada?

Pikiran-pikiran seperti itu tak henti-henti mengaliri kepala Talisha sejak tadi. Dia sibuk mencari-cari di Google, bahkan menonton beberapa film fantasi ringan yang sekiranya bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang selama ini dia asumsikan tentang Esa memang ada. Pasalnya, perkataan Eka tempo hari membuatnya berpikir berulang kali.

Eka percaya pada Talisha sepenuhnya, termasuk terhadap deklarasi bahwa Talisha sama sekali tidak punya gangguan jiwa. Soal Esa pun, pada akhirnya Eka setuju dan mengikuti alur cerita yang disampaikan Talisha.

"Selama dia nggak menyesatkan, emang nggak ada salahnya, sih, Tal. Apalagi, di sini kondisinya, dia malah bikin lo nggak ngerasa sendiri. Tapi, coba dipikir-pikir lagi, deh. Kalau lo jadi orang lain, terus lo denger ada orang yang percaya bahwa suatu benda bisa diajak ngobrol, apa mungkin lo bakal percaya secepet itu? Maksud gue, in this case, gue kenal lo, lo sahabat gue, jadi gue percaya. Tapi kalau orang lain? I'd rather run, mereka pasti bukan orang normal.

"Dan soal si kating ganteng yang lo bilang suaranya mirip Esa itu, gue nggak tahu mau setuju atau nggak, soalnya gue nggak bisa denger suara si Esa. Tapi kalau emang lo yakin, kenapa nggak coba lo selidikin aja sih?"

Talisha mengerutkan kening, lalu mengedik. Ide itu sempat terlintas, tetapi dia kembali buntu saat harus memikirkan cara untuk mengeksekusinya. "Gimana caranya, coba? Kenal aja kagak."

"Ya, kan, elo anggota UKM Wushu?"

"Belum, anjrit. Gue belum daftar. Lagian, setelah ikut roadshow itu, gue liat latihannya agak ngeri. Remaja jompo kayak gue mana mampu?"

"Ya, kalau lo nggak mau effort, lo nggak bakal ketemu apa yang lo mau." Kalimat terakhir itulah yang membuat Talisha overthinking dari tadi.

Effort? Talisha masih gagal menemukan alasan mengapa dia perlu mengeluarkan effort hanya untuk menyelidiki soal Esa, tetapi kalau tidak diselidiki, nanti kepo sendiri. Tapi, apa mungkin dua orang memiliki suara yang sangat sama? Talisha kenal betul suara Esa, dan dia yakin bahwa suaranya sama dengan suara Garuda--maksudnya, Garuda si pelatih Wushu, bukan burung garuda. Bagaimana kalau, selama ini Garuda adalah pengisi suara di balik Esa?!

Kalau begini ceritanya, Talisha rela mengeluarkan effort, sebesar apa pun selama taruhannya bukan nyawa!

***

Senyuman cerah itu tak pernah sirna dari bibir Bima sejak dia menginjakkan kakinya di sekretariat UKM hari ini. Selesai kuliah, dia buru-buru datang ke sekretariat demi merayakan kesenangannya. Dia benar-benar tidak sabar untuk menyambut kehadiran para anggota baru UKM Wushu.

Sore ini akan diadakan rapat santai untuk merencanakan latihan perdana bersama seluruh anggota UKM Wushu yang merupakan mahasiswa baru angkatan tahun ini. Tak hanya itu, para pengurus dan pelatih dari berbagai angkatan, setelah mendengar jumlah pendaftar, mereka juga sangat bersemangat untuk menyambut para maba. Itulah pemicu kebahagiaan Bima. Sekretariat yang biasanya sepi, kali ini pasti jadi ramai lagi!

Find Me through Your EarsWhere stories live. Discover now