[5] Ngamuk

21 2 7
                                    

Halo, jumpa lagi! Jangan lupa bahagia ya <3

***

Esa si earphone ajaib, kata-kata itu berputar-putar di kepala Talisha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Esa si earphone ajaib, kata-kata itu berputar-putar di kepala Talisha. Semenjak hari roadshow UKM yang menciptakan ke-overthinking-an itu, Talisha tidak bisa tidur lebih dari delapan jam. Baru kali ini dia bisa tidur di atas jam dua belas dengan bangun di bawah jam delapan pagi. Biasaya, kalau tidak ada kegiatan yang mengharuskan bangun pagi, Talisha bisa bangun jam sebelas siang. Lagi pula, istirahat itu, kan, bagus untuk tubuh.

Esa si earphone ajaib, ulang Talisha lagi. Dia sedang berusaha mengingat-ingat bagaimana awal mula "pertemuan" mereka. Seingat Talisha, benda itu awalnya tidak aneh, dia tidak pernah memunculkan suara selain ketika terhubung dengan ponsel dan ada lagu yang terputar. Dan Talisha memang sering kali sengaja memakai earphone walau tidak sedang memutar lagu. Ah! Ya, itu awal mulanya!

Esa si earphone ajaib. Talisha tidak mengerti mengapa dirinya jadi begitu percaya dengan kata "Ajaib" di zaman modern seperti sekarang ini, tapi itulah yang dia lihat. Earphone yang bisa bersuara sendiri tanpa dihubungkan pada HP saja sebenarnya sudah aneh, ini malah bisa diajak mengobrol pula. Dan, seolah tidak cukup sampai di situ, Esa juga sering memberikan bisikan-bisikan yang tak kalah anehnya. Lebih aneh lagi, bisikan Esa jarang meleset. ARGH, GUE PUSING! Talisha mengacak-acak rambutnya.

Sekarang, gara-gara mendengar suara pelatih Wushu yang entahlah siapa namanya itu--Talisha lupa, Talisha jadi pusing memikirkan hal-hal logis yang berkaitan dengan Esa. Maksudnya, kalau Esa memang benda ajaib, mengapa Talisha bisa menemukan suara yang begitu persis sama? Dan kalau memang kebetulan, mengapa suara Esa tak kunjung muncul saat si pelatih Wushu--ah, Talisha lupa namanya--sedang berbicara?

Deretan kecurigaan berbaris di kepala Talisha, seolah berlomba-lomba membuat kepalanya pecah. Belum mulai kuliah, tapi dia sudah pusing sendiri. Kalau dipikir-pikir lagi, menyimpan Esa yang sangat misterius sejak awal sebenarnya memanglah ide buruk. Benda itu sangat, sangat aneh. Walaupun sejauh ini belum pernah ada kejadian buruk yang disebabkan oleh Esa, tapi tetap saja, earphone yang bisa diajak mengobrol sama sekali bukan hal yang normal. Tapi, lagi-lagi, Talisha merasa tidak ingin kehilangan benda itu. Sebab, selama ini hanya Esa yang mendengarkan keluh kesahnya.

Talisha ingat betul hari itu, saat keluarganya diundang ke acara pernikahan pamannya. Dia sudah bolak-balik menyiapkan set pakaian dari ujung kepala hingga ujung kaki sejak jauh-jauh hari, sebab dia tahu dirinyalah yang akan paling sulit untuk menemukan outfit. Namun, selesai mandi, kebaya dan kamennya tiba-tiba tidak ada di kamar.

Susah payah dia mencari-cari, barangkali tertinggal atau dia lupa menaruh di mana, tetapi yang dia temukan malah Felisha dan Calisha. Felisha dengan kebayanya, dan Calisha dengan kamennya. Dua adiknya itu sedang memoles wajah mereka masing-masing dengan begitu damai. Talisha yang berang, jelas mengamuk dan nyaris menghancurkan seisi kamar adiknya. Alhasil, orang tuanya datang, dan tentu saja Talisha yang kena marah. Soalnya, amukannya mengakibatkan banyak barang berjatuhan--emosi buruk yang sejujurnya Talisha benci sendiri.

Find Me through Your EarsWhere stories live. Discover now