BAGIAN 13 [TERTIDUR]

Start from the beginning
                                    

Kenapa harus tengah malam? Kenapa tidak pagi atau siang hari saja? Jika begini yang ada malah semakin menyusahkan dirinya.

Kepalanya menunduk, matanya melihat kearah bawah. Ia pikir dirinya hanya akan melewati tiga anak tangga lagi, kamu dugaannya salah. Nana baru saja selesai melewati empat anak tangga dari atas, dan tentunya dibawah sana masih ada banyak lagi jumlahnya.

Pemuda itu tidak dapat menghitung ada berapa banyak anak tangga dibawahnya sana.

Kepalanya ia gelengkan guna mengurangi rasa pusing tersebut, namun yang ada malah membuat matanya berkunang-kunang. Tidak, dirinya tidak boleh ambruk ditempat ini, atau yang ada mungkin akan membuat keadaan semakin memburuk.

Satu persatu anak tangga berhasil ia lewati. Tidak biasanya dirinya berada dalam posisi seperti ini. Hal itu membuat Nana semakin merasa kesakitan, belum lagi kedua kakinya yang mungkin tidak akan mampu menopang tubuh kecilnya sebentar lagi.

Tidak ada pencahayaan diruangan ini, semua lampu telah dimatikan saat mereka semua ingin tidur. Namun hal itu masih bisa Nana lihat melalui sorotan lampu yang terdapat dari ruangan lain. Untungnya pencahayaan di dapur dan kamar orang tuanya masih menyala, membuat dirinya sedikit terbantu karena mendapatkan pencahayaan.

Pemuda itu meremas perutnya yang terus terasa sakit. Tidak peduli jika nanti kulit perutnya akan berwarna merah, hal itu sama sekali tidak ia pikirkan. Yang terpenting baginya saat ini adalah perutnya cepat terbebas dari rasa sakit yang terus menetap.

Langkahnya berjalan pelan menuju kedapur. Syukurlah tidak ada sama sekali kendala dirinya ketika ingin pergi keruangan tersebut. Pintu dapur tidak tertutup, memudahkan Nana untuk segera membuka dan masuk kedalamnya.

Tangannya bergerak untuk mencari dimana letak mi instan yang biasanya ia konsumsi. Setelah menemukan apa yang ia cari, pemuda itu langsung membuka bungkusan tersebut, ia lalu segera merebus air supaya nanti jika sudah mendidih, mi nya tinggal ditaruh diatasnya.

Nana membutuhkan bantuan berupa kursi, lelaki itu menyeret salah satu kursi yang berada didekat meja makan bersama mereka. Dengan telaten ia membuka satu persatu bungkus bumbu dan dituangkannya keatas piring kaca didepannya.

Rasanya sedikit mengantuk, tapi demi mengganjal perutnya lelaki itu tetap berusaha untuk mempertahankan kesadaran nya.

°°°

Tidak biasanya mama yang selalu membangunkan kedua putranya tidur, kini ia lihat ranjang yang biasa digunakan oleh si bungsu sudah kosong. Mungkin putranya itu sudah bangun, pikirnya. Baguslah kalau begitu, ia tinggal membangunkan kakaknya yang terlihat masih nyenyak di pagi hari ini.

Sebenarnya bukan sekali pemuda itu bangun lebih pagi, dulu bahkan Nana sangat sering melakukan hal tersebut. Biasanya lelaki itu akan pergi mandi dahulu atau membereskan kamarnya yang terlihat berantakan.

Mungkin hari ini anaknya itu juga tengah mandi.

Terlihat di kasur sebelah kiri, Jeffin yang masih setia menutup kedua matanya. Biasanya si sulung itu lah sedikit susah ketika dibangunkan. Mama kemudian berjalan membuka gorden kamar mereka, membiarkan cahaya matahari pagi masuk kedalam kamar.

"Jeff, bangun! Udah pagi. "

Jeffin yang merasa tubuhnya disentuh tersebut kemudian menggeliat. Ia masih menutup rapat matanya. Padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi, tapi anaknya itu masih tetap terlihat nyenyak dalam mimpinya.

Forgotten Nana [END]✓Where stories live. Discover now