[10] Bilik 5 <<Tragedi Berdarah>>

275 33 15
                                    

Vanes sejak tadi mendengarkan Nara yang menceritakan apa yang terjadi padanya di rumah dan di kafe. Mulai dari dia difitnah Olivia, sampai bertemu dengan Xavier di parkiran kafe. Dari raut wajah yang ditunjukkan Nara selama bercerita, Vanes paham sahabatnya itu terlihat kesal sekali.

"Jangankan lo, Ra. Gue aja kalo ada di posisi lo juga emosi. Difitnah pacar kakak lo sendiri, diincar si Kafir, belum lagi diganggu si Alvian. Sumpek pasti hidup lo. Ya gue sih cuma bisa bilang yang sabar aja, Ra."

"Dipikir-pikir, mending diganggu 2 Alvian daripada 1 ketua OSIS jablai kayak dia," ujar Nara.

"Bukan apa-apa ya, tapi serisih-risihnya gue sama Alvian, si jablai itu jauh lebih serem. Lo tau sendiri 'kan gimana dia sama Oliv di perpus tadi? Seenggaknya Alvian masih tau gimana cara respect ke perempuan. Gak kayak itu orang, main nyosor aja," terusnya.

"Kalo gue lihat-lihat sih lo cocok juga sama Alvian. Lo jadian aja deh sama dia. Ya siapa tau dengan cara itu, Xavier mikir-mikir lagi buat ngejar lo," usul Vanes.

Nara mempercepat gerakannya mengunyah kentang goreng di mulutnya. Setelah itu, dia menanggapi usulan Vanes padanya. "Lo gila? Gue gak suka sama dia, Van. Main jadian aja."

"Ya terserah kalo gitu. Seenggaknya Alvian selalu ada buat lo akhir-akhir ini. Jadi, lo gak usah terlalu mikirin Xavier. Pun kalo ada apa-apa sama lo, jangan lupa, ada gue sama Ara yang siap bantuin lo."

Tak jauh dari meja mereka, terlihat seorang cowok yang tak asing di mata mereka. Dia bersama gadis kecil, sedang memakan es krim.

"Itu Kak Deven, bukan sih?" tanya Vanes saat memperhatikan dua orang di seberang sana.

"Oh iya. Pantesan tadi gak bareng kakak gue sama Kak Kai. Ternyata lagi sama Pretty," sahut Nara.

"Pretty anak kecil itu? Adiknya ya?" Vanes mendapat anggukan kepala dari Nara. Artinya, benar itu adik Deven.

"Kak Deven!" tegur Nara dari jauh.

Deven dan adiknya langsung menoleh ke sumber suara. "Eh lo, Ra. Hai!" sapa Deven balik. Sedangkan si Pretty masih asik dengan es krimnya. "Berdua aja? Satunya mana?"

"Lagi gak bisa gabung, Kak."

"Kenapa cari Ara? Naksir lu ya hahaha," ledek Vanes.

"Apa sih, enggak yaelah. Tanya doang gue mah. Fitnah mulu. Fitnah orang itu sarang dosa," timpal Deven.

"Kakak lo di rumah, Ra?" Kini Deven menanyakan tentang Naren.

"Gak. Lagi di kafe sama Bayangker Peri. Ada Kak Kai juga."

"Bayangker Peri siapa anjir?" tanya Deven bingung.

"Pacarnya. Siapa lagi?" sahut Nara.

"Kacau lo hahahaha. Sampai Naren tau, marah dia, Ra. Lagian lo aneh-aneh aja, Olivia cantik gitu lo panggil Bayangker Peri. Kakak lo siapa?"

"Toba-Toba. Lengket banget 'kan tuh sama Bayangker Peri."

Deven dan Vanes sama-sama tertawa lepas mendengar penuturan Nara. "Sekesal-kesalnya lo sama Kak Naren, jangan samain kakak lo sama Toba-Toba anjir hahahahaha. Jelek banget, Ra," ucap Vanes.

🌾🌾🌾

Asik mengobrol, tak sadar ketiganya baru pulang dari kafe tepat jam sebelas malam. Nara dan Vanes diantar pulang oleh Deven. Jangan lupakan Pretty. Gadis kecil itu sudah terlelap di pangkuan kakaknya saat jam sembilan malam.

"Kak Deven, makasih ya. Nitip Vanes, tolong diantar sampai depan rumah hehe."

"Tenang aja, aman. Gue balik dulu, bye!"

BAD BROTHER || NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang