2.5

64 11 0
                                    

"Lo mau gue anter kerumah?" ajak Kato menghampiri mejaku, ia juga membalikan kotak makan yang tadi pagi aku berikan kepadanya. 

Aku mengiyakan ajakan dari dirinya, mengingat aku tidak akan pulang bersama dengan Bang Henry karena tidak mau kejadian tadi pagi terjadi kembali saat pulang. Sebenarnya aku masih penasaran kenapa fans bang henry tidak menyerangku. Seharian ini juga tidak ada satupun fans Bang Henry yang melakukannya, walaupun mereka masih menyindirku baik di kantin, toilet ataupun koridor sekolah, dan itu tetap sangatlah menyebalkan. Hanya saja aku takut mereka merencanakan hal yang sangat tidak diinginkan. 

Sesudah membereskan buku dan memasukannya kedalam tas, aku bersama dengan Kato keluar dari kelas dan berjalan menuju parkiran khusus siswa. Sampai saat ini juga, aku tidak melihat gerak gerik fans bang Henry, mungkin mereka masih setia di lapangan basket, mengingat hari ini abangku itu sedang latihan basket bersama dengan Haikal. 

Aku memasuki mobil Kato, setelah selesai memanaskan mobil, Kato segera mengantarku menuju rumah utama. Benar sekali, minggu ini adalah jadwalku tinggal dirumah utama bersama dengan tiga abangku. 

Selama di perjalanan, aku dan Kato asik bernyanyi ria, hingga tersadar ada sebuah mobil yang mengikuti mobil Kato. 

"Mobil belakang ngikutin kita ya?" tanyaku sembari melihat spion, 

Kato melihat spion yang berada di tengah, "Nggak ah, perasaan lo aja kali" ujar Kato lalu kembali fokus menyetir. 

Aku menganggukan kepalaku dan kembali bernyanyi dan mencoba tidak memperdulikan mobil belakang yang terus mebuntuti mobil Kato. Tak lama berselang, mobil Kato sudah terparkir di depan gerbang rumah utama. Hari ini dirinya tidak bisa bermain disana karena jadwal Kak Amaya yang sangat padat membuatnya tidak bisa bermain dirumahku. 

Aku membuka seatbelt dan pintu mobil lalu turun dari sana. Kato membuka jendela mobilnya, "Dah, besok gue jemput!" serunya sembari melambaikan tangannya. Aku membalas lambaian tangannya, dan mobil Kato pergi dari pandanganku. 

Aku melihat sebentar rumah utama yang sudah tidak aku tinggali sekitar dua minggu terakhir. Rasanya seperti kemarin aku meninggalkan rumah ini, dan aku sudah kembali disini, dirumah neraka. Yah semoga dengan baiknya kedua abangku sedikit mengurangi panasnya. 

Aku menghembuskan napasku dan mulai melangkahkan kakiku masuk menuju kedalam. Aku memasuku perkarangan rumah, tentu aku sudah di bukakan pintu oleh satpam yang menjaga gerbang depan. Aku melewati perkarangan rumah yang sangat megah itu sendirian, sepertinya belum ada yang pulang satupun. Aku memasuki rumah dengan sambutan para pelayan yang menunggu di pintu masuk. Tradisi anak orang kaya sangat menyusahkan. 

Aku memberikan tasku kepada salah satu ART yang bekerja. Aku segera menuju kulkas yang berada di dapur untuk mengambil air minum. Haus juga berjalan dari depan ke pintu masuk. 

Aku membawa air itu menuju ruang keluarga. Aku menyalakan televisi tanpa mengganti bajuku dulu. Kalian tahu rasanya habis pulang sekolah langsung rebahan tanpa mengganti seragam, seperti itu rasanya. Saat sedang asik menonton acara anak anak, aku mendengar langkah kaki yang menuruni tangga. Sepertinya ada orang dirumah ini. 

"Ngapain lo?" tanyanya dengan ketus. 

Aku menatap orang itu dengan sinis. Dia tidak mempunyai mata ya? Jelas - jelas aku sedang menonton. "Makan orang." jawabku asal dengan mengganti saluran. Orang itu mendengus kesal lalu berpaling dari hadapanku menuju meja makan. Sepertinya dia kesal. 

Malam harinya, semua abangku sudah berkumpul di rumah utama. Dan kami bertiga berkumpul di meja makan nan megah ini hanya bertiga dengan makanan yang memenuhi meja makan. 

"Ada hajatan, ya?" tanyaku sembari melihat makanan yang memenuhi meja makan. 

Bang Ezra tertawa, "Bukan, ini hadiah buat lo yang akhirnya pulang juga" ujarnya dengan memberikan piring yang berisikan nasi, 

Twice (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu