"Henry, Alva kemana, Ja?" tanya Bibi melihat rumah yang sepi. 

"Alva berangkat duluan, Henry tadi eja cek lagi siap - siap" jawabnya dengan menuangkan susu kedalam sereal. Jangan heran, Bang Ezra di depan Bibi menjadi anak manja. 

Aku melanjutkan sesi sarapanku bersama dengan Bang Ezra dan juga Bibi. Bang Dipta berada di rumah kawannya alias dirumah Dewa, Bang Henry belum menunjukan batang hidungnya sama sekali hingga serealku habis. 

"Lo berangkat pake mobil gue aja, Dek" usul sesorang dari arah kamar belakang, orang itu adalah abang keduaku, Henry.

Aku menggelengkan kepalaku sembari menatapnya sinis, "Nggak" tolakku, 

"Yaudah, gue yang nebeng naik mosi" ujarnya enteng lalu mengambil sehelai roti tawar dan melewatiku begitu saja. Kok jadi dia yang ngatur sih?! 

Aku segera mengambil kotak makanku yang sudah Bibi sedikan di atas meja makan. Aku mengambil tasku dan berpamitan kepada Bibi dan Bang Ezra. 

"Pake mobil lo. Mosi terlalu suci buat di naikin sama lo" ujarku sembari mengambil sepatu di rak khusus sepatu-sepatuku. Bang Henry tersenyum senang lalu memasuki mobil dan menyalakannya. 

Selesai memakai sepatu, aku segera memasuki mobil Bang Henry. Tentu mobilnya sangat mahal, berbeda dengan mosi. Sudah aku bilang, di antara mobil - mobil abangku, hanya mosi yang paling murah. Tetapi dia juga yang paling berjasa. 

Suasana dalam mobil sangatlah hening. Sungguh, aku masih mengantuk karena semalam aku pulang larut dari rumah Ivana. Bang Henry juga terlihat fokus menyetir. Hanya ada suara radio yang menemani kami berdua. Sekilas aku berpikir, apakah saat sampai nanti fans abangku akan menyerangku seperti fans Haikal? Aku menggelengkan kepalaku. Dih kenapa aku mengingat kejadian yang tidak mengenakan itu sih?! 

"Kenapa?" tanya Bang Henry. Sepertinya dia mengetahui kegiatanku barusan. 

"Nggak, lagi mikir hal yang memalukan aja" jawabku melihat jendela mobil, dan tersadar bahwa mobil ini sudah memasuki perkarangan sekolah kami berdua. Dan seperti biasa, fansnya sudah berkumpul di parkiran yang biasa Bang Henry parkir. 

"Lo bego apa gimana sih, bang?" tanyaku melihat jendela. Sudah banyak fansnya yang mendekati mobil, dan bertambah banyak saat Bang Henry memberhentikan mobil. 

"Kenapa? lo kan adek gue" ujarnya santai lalu mematikan mesin mobil. Ia mengambil tas ranselnya dan menuruni mobilnya. Aku juga mengambil tas dan kotak bekalku, tetapi tidak berani untuk keluar, mengingat aku masih trauma dengan kejadian fans Haikal. 

Bang Henry melihat kearah mobil, ia menungguku untuk keluar tapi tak kunjung juga aku mengeluarkan diri. Aku melihat Bang Henry ke arah pintuku dan ia membukakan pintu mobil dan terpampanglah aku dengan muka kesal. 

"Ayo, lo mau telat masuk?" tanyanya dengan muka datar. Gila masih aja dia tebar pesona. 

Aku mendengus kesal, lalu keluar dari mobil dan memakai tas ranselku. Aku melihat fans abangku itu menatap diriku dengan sinis. Wah bisa - bisa aku menjadi korban jilid 2, lihat saja saat jam pelajaran dimulai. 

Aku melewati kerumunan siswi-siswi itu dengan muka judes. Beberapa dari mereka ada yang mencubit kulitku, menarik rambutku dengan halus agar tidak ketahuan oleh Bang Henry, ada juga yang membisiku kata kata kematian. Gila, di depan mereka masih ada idolanya loh. 

Selama di koridor sekolah, aku terus di ikuti oleh fans abangku sampai dengan kelas. Kamu tahu apa yang mereka perbuat selama di perjalanan? menyindir. Iya, menyindir diriku. Ada juga yang mengataiku terang terangan, seperti 'Cabe!', 'Jamet lo!', 'Kak Haikal udah lo embat, sekarang lo embat juga Kak Henry?!', dan masih banyak lagi. Tentu aku tidak mendengarkan mereka, tetapi dikatai hal yang tidak senonoh, sungguh sakit juga. 

Aku memasuki kelas dengan wajah busukku. Aku melempar bekalku kepada Kato, sengaja agar ia memakannya karena aku sudah tidak mood lagi untuk makan. 

"Kok lo bisa di ikutin sama mereka?" tanya Kato menghampiri mejaku, 

"Gara-gara Bang Henry" ucapku singkat, 

"Kok bisa gara-gara dia?" tanya Kato lagi. Aku menatapnya dengan malas, 

"Bisa jangan nanya nanya lagi nggak? Makan aja itu bekel gue" sewotku yang membuat Kato terdiam.

"Bisa jangan nanya nanya lagi nggak? Makan aja itu bekel gue" sewotku yang membuat Kato terdiam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo!!!!!!!!!!! hehe

Twice (END)Where stories live. Discover now