Karna suara pak Handoko terlalu kecil, membuat Andira memicingkan telinga, "Bapak bilang apa?"

"Kenapa Karang tidak masuk sekolah Bu?"

"Oh. Jangan mengurus siswa yang tidak ada Pak. Masukin saja siswa yang ada," Jawab Andira pura-pura sibuk melihat daftar siswa yang ia pegang.

"Tapi Bu, kemarin sekolah kita hanya mendapat peringkat ke tiga di mata pelajaran matematika, kimia dan fisika. Karena dalam mata pelajaran itu, Leon masih kalah dengan Karang. Dan itu berimbas pada pendaftaran siswa baru yang sedikit menurun," Jelas Pak Handoko menghadap Andira yang terlihat sibuk, "Pandangan para orang tua murid juga mulai ragu pada sekolah kita. Apa benar sekolah kita masih sekolah swasta bergengsi yang mampu mencetak siswa-siswa berprestasi?"

Pak Handoko melanjutkan, "Jadi saat ini sekolah kita sangat membutuhkan Karang untuk mengembalikan nama baik sekolah kita Bu," Pak Handoko memandang Andira dengan tatapan memelas. lelaki yang sudah mengabdi di Edward selama puluhan tahun tersebut sangat berharap jika Andira sebagai orang tua dari Karang, bisa berbuat sesuatu untuk meyakinkan putranya.

Namun Andira tak memberikan respon sedikit pun.

"Tolong bantu saya Bu. Nama saya sudah ada di daftar ganti, karena para pemegang saham yayasan, merasa saya sudah tidak mampu lagi mempertahankan nama baik sekolah kita."

Andira terdiam beberapa saat.

"Saya mohon Bu, tolong bantu saya."

"Bapak masukkan saja nama Karang dalam daftar. Nanti saya yang bicara sama dia."

"benarkah Bu?" Tanya Pak Handoko dengan mata berbinar senang.

Andira tersenyum pahit, "Iya pak. saya akan bantu Bapak."

"Tapi bagaimana kalo Karang tetap menolak?"

"Itu urusan saya Pak. Saya akan pastikan Karang akan mengikuti Olimpiade tahun ini."

"Terima kasih Bu. Terima kasih."

Andira begitu yakin bisa membujuk putranya untuk mengikuti Olimpiade. Karena bagi Karang, perkataan Andira laksana titah yang harus di laksanakan tanpa boleh ada penolakan, dan Andira sangat menyadari itu.

Setelah kesepakatan sebelah pihak usai, akhirnya papan pengumuman segera memajang dengan jelas nama Karang Samudra Daneswara untuk mewakili Edward dalam mata pelajaran matematika, Fisika dan Kimia. Sedangkan Leon Archilaga mewakili Edward untuk mata pelajaran Ekonomi dan hukum.

"Hahahahah... Rasain tu anak setan!!! Besok kalo dia masuk, langsung bakal senam jantung...!!!" Ledek luka ketika High squad berkumpul di depan papan pengumuman menertawakan keikutsertaan Karang dalam Olimpiade untuk pertama kali.

Bagaimana tidak, selama ini Karang tak pernah sekali saja tertarik untuk mengikuti semua mata lomba. Remaja itu hanya tertarik pada basket, selebihnya, ia menolak setiap ajakan Sekolah yang hendak mendaftarakan namanya dengan dalih malas. (Dasar batu Karang 😑)

"Gue kentutin si bahil kalo gue ketemu besok," sambung Jonny tak mau ketinggalan meledek.

"Yakin lo berani kentutin Karang?" Seru Thalia seakan meragukan perkataan Jonny.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Where stories live. Discover now