5

600 73 0
                                    

"NAKA!" jeano berteriak keras saat netra nya menangkap keberadaan Naka yang menurutnya tak lazim itu.

"Hai sudah ketemu yah" suara serak itu terdengar sangat buruk di telinga mereka. Bukan itu bukan suara Naka dan mereka yakin seratus persen bahwa yang kini didepan mereka bukanlah Naka. Memang tubuh itu milik Naka tapi kesadarannya diambil alih makhluk lain.

"Kembalikan adikku!, Dimana dia!?" Jeano berteriak menantang. Jeano yakin yang merasuki tubuh adiknya itu tak lain dan tak bukan hantu perempuan dari aula.

"Owh tenang saja adikmu sudah tertidur nyaman di sana" hantu itu membalas mengejek.

Keadaan sekolah sudah sangat kosong, mungkin hanya ada mereka bertiga serta tubuh Naka saat ini. Lampu sekolah tak ada yang menyala sama sekali entah sengaja atau memang belum dinyalakan mereka tak peduli.

"NAKA AKU TAU KAU MENDENGARKAN KU, CEPAT KEMBALI JANGAN MAU TUBUHMU DIAMBIL ALIH. NAKA!!" Jeano berteriak sekuat tenaga menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri seolah mencari keberadaan Naka.

"Jean aku tidak bisa, hantu itu menahan ku" Jean mendengar suara Naka lewat batin nya. Ia dan Naka memang bisa berkomunikasi lewat batin, mereka anak kembar tak ada yang tidak mungkin mereka lakukan.

"Tetap berada di ruangan ini aku akan menolongmu" Jean hanya membalas dengan gumaman.

Tubuh Naka melompat dari atas lemari usang dengan mudahnya. Rendi dan Haekal berteriak, takut jika tubuh Naka akan terluka saat hantu itu melakukan segala hal yang dia mau pada tubuh Naka.

"Aku butuh garam dan cuka bisa carikan?" Jeano melirik kearah Haekal dan Rendi yang berdiri di samping sedikit belakang nya itu.

"Aku akan carikan di kantin" Rendi langsung berlari keluar menuju kantin untuk mencari barang yang dibutuhkan oleh Jean.

"Kal, aku butuh bantuan untuk memegangi tubuh Naka mencegah hantu itu lebih jauh menyakiti tubuh Naka" Haekal hanya mengangguk. Mereka berlari menghampiri tubuh Naka yang masih dikendalikan oleh hantu perempuan itu, mengunci anggota gerak milik Naka meminimalisir pergerakan sampai Rendi kembali datang dan membawa barang yang diperlukan. Ini lantai tiga mereka takut jika hantu itu nekat membawa tubuh Naka melompat dari jendela dan berakhir mengenaskan dilantai bawah.

Hantu yang berada dalam tubuh Naka memberontak untuk dilepas, bahkan hantu itu sanggup melempar tubuh Jeano dan Haekal hingga membentur tumpukan kursi dan meja di masing-masing sisi. Merasakan sakit yang teramat dipunggung mereka saat punggung itu membentur tumpukan meja dan kursi kayu.

"Aku akan menyakiti tubuh ini lebih jauh jika kalian melawan" hantu itu berucap mengerikan dengan wajah milik Naka yang terlihat datar berusaha memberi ancaman.

Hantu itu berjalan membawa tubuh Naka mendekati tembok dan membenturkan kepala Naka di sana dengan keras hingga benturan ketiga kepala itu mulai mengeluarkan darah, tak hanya kepala hidung Naka pun mulai mengeluarkan darah. Hantu itu tak akan merasakan sakit jika tubuh yang dirasukinya terluka, ia justru tertawa senang dengan terus membenturkan kepala Naka.

Jeano yang melihat itu sangat terkejut, ia segera bangkit dan menarik tubuh Naka menjauhkannya dari tembok yang sudah memiliki bekas darah mengalir itu. Baru menarik tubuh Naka menjauh sepanjang satu meter Jeano malah dibanting oleh hantu itu hingga membentur lantai dengan keras. Jeano menggeliat kesakitan saat kepalanya berbenturan dengan dinginnya lantai.

Haekal yang melihat itu tak tinggal diam ia berusaha mendekati tubuh Naka dengan hati-hati. Belum ada tiga langkah ia mendekat namun hantu itu sudah menghadiahinya sebuah lemparan kursi kayu. Untung saja Haekal sempat menghindar membuat kursi itu melesat jauh kebelakang. Haekal berlari dengan cepat dan memiting kepala Naka, mengunci tubuh Naka dengan kakinya.

"Apa yang harus aku lakukan dengan benda ini?!!" Rendi datang dan berteriak didepan pintu.

"Taburkan garam dan cuka itu ditubuh Naka juga masukan beberapa garam kedalam mulut Naka" Jeano mengatakan itu setelah berhasil menetralkan rasa sakitnya dia segera bangkit membantu Haekal yang masih memiting tubuh Naka dengan susah payah karena Naka yang terus memberontak. Jeano berusaha membuka mulut Naka dengan paksa saat Rendi telah berhasil menaburkan garam dan cuka ke tubuh Naka, hantu itu berteriak kesakitan dengan suara jeleknya yang menyakiti telinga siapa saja yang mendengarnya. Belum sempat memasukan garam yang ia genggam namun tubuh Rendi sudah terlempar jauh membentur tembok karena mendapat tendangan kuat dari hantu yang mengendalikan tubuh Naka.

Rendi terbatuk-batuk kecil dan segera lagi bangkit tak menyerah untuk bisa memasukan garam yang ia genggam kedalam mulut Naka.





Bersambung....

LAIN SISIWhere stories live. Discover now