2

778 95 0
                                    

"Dek segera cari tempat duduk, apel akan segera dimulai"

"Iya kak" Rendi menimpali. Ia lantas saja sedikit menyeret Naka yang memang masih menolak untuk duduk di pojok aula.

Semua berjalan dengan lancar kegiatan apel pagi ini, setelah menyayikan lagu kebangsaan Indonesia raya dan menyanyikan mars SMA Pelita kini dilanjutkan dengan ceramah kepala sekolah yang begitu panjang dan baiknya mereka tidak mendengarkan dengan berdiri. Ditengah-tengah acara ceramah Naka tampak mulai gelisah kedua tangannya saling meremas kuat, keringat nya mulai bercucuran padahal ruangan ini ber-AC ia juga terus saja menoleh kearah pojok ruangan dengan alis yang saling bertaut dan bibir digigit kuat.

"Hei! Ada apa?" Jeano bertanya saat ia melihat keanehan pada adik kembarnya itu.

"Itu..." Naka kesulitan untuk berbicara.

"Apa yang kau lihat?" Haekal bertanya sembari melepaskan tautan tangan Naka agar remaja itu tak melukai telapak tangannya dengan kuku, Haekal sudah melihat beberapa goresan kuku telah tercipta di telapak tangan berkeringat itu. Haekal menggenggam tangan kiri Naka untuk mencegah sang sahabat lebih jauh melukai dirinya sendiri.

"Perempuan itu meminta tolong" Naka berucap dengan kepala yang menunduk.

"Jangan didengarkan ada aku, dia tidak akan berani mendekat" Jeano meyakinkan.

"Dia terus berbisik, aku sudah mengatakan tidak"

"Jangan panik minum dulu" Rendi menyodorkan sebotol air mineral yang ia bawa dan telah dibuka tutupnya pada Naka.

Rendi yang posisinya berada di samping Haekal berpindah posisi berjongkok didepan Naka dan mengelus lutut nya memenangkan.

"Jangan panik, jangan takut semakin kau takut dia akan semakin menarik mu" Rendi berucap halus. Naka adalah tipe orang yang sangat perasa, sehingga membuat mereka harus berhati-hati dalam memilih kata agar tak menyinggung perasaan nya.

Sedikit membingungkan bagi orang awam jika mendengar percakapan keempat remaja itu. Naka remaja pendiam itu memiliki keistimewaan pada dirinya, ia dapat melihat sesuatu yang orang lain tidak dapat melihat. Sebut saja dengan sederhana ia bisa melihat hantu. Tidak sesederhana sebutannya jika ia hanya dapat melihat saja tanpa ada interaksi, mungkin ia akan baik-baik saja dan bisa berpura-pura tidak melihatnya. Namun itu jauh berbeda mereka-mereka yang tak terlihat terus saja berusaha menariknya ikut dengan mereka atau memasukannya kedalam masalah dan masa lalu mereka yang menyebabkan mereka bergentayangan hingga saat ini.

"Dek kenapa?, Kalau sakit sebaiknya ke UKS saja biar kakak antar" kakak perempuan anggota OSIS mendatangi mereka yang masih berusaha menenangkan kegelisahan Naka.

"Ke UKS yah?" Jeano bertanya pada Naka yang masih menundukkan kepalanya dan hanya dijawab sebuah anggukan saja.

"Tas kalian tinggal saja, nanti biar kita yang bawain" Haekal memberi usul saat melihat Jeano repot menenteng dua tas miliknya dan adik kembarnya, hanya anggukan yang Jeano berikan pada Haekal.

Jeano dan Naka berjalan keluar aula dipimpin kakak OSIS perempuan tadi untuk mengantar mereka ke UKS. Tubuh Naka memang terasa lemas namun bukan sebab sepenuhnya karena hantu di aula tadi, tetapi karena ia belum sarapan tadi pagi dan ceramah panjang kepala sekolah membuat perutnya yang belum terisi apapun menjadi perih. Sebenarnya ia malu jika harus mengantakkan ini pada kedua sahabat dan kembarannya bahwa ia lemas karena lapar, sedikit konyol baginya.

"Jean perempuan itu ikut" Naka berbisik pada kembarannya agar tak terdengar oleh kakak OSIS yang berada didepannya.

"Bagaimana dia bisa iku?, Aku disini" Jeano bertanya kebingungan. Dia berada disisi kembarannya tetapi mengapa hantu perempuan itu malah mengikuti mereka, ah mungkin lebih tepatnya mengikuti Naka. Jeano bukan seperti kembarannya yang bisa melihat hantu atau bisa berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata itu, tidak. Dia hanya memiliki aura yang kuat yang ditakuti oleh makhluk seperti itu. Jika ada hantu yang mendekati naka dan Jean datang maka hantu itu akan langsung pergi menghilang entah kemana.

Entah kenapa berbeda dengan hantu perempuan yang ada di aula tadi, hantu itu seolah tak memiliki takut pada Jean bahkan hantu itu kini tengah mengikutinya yang akan ke UKS. Jean memang tak bisa melihat tetapi Naka mengatakan bahwa hantu itu ikut serta dengan mereka.

"Tidak tau, dia sekitar tiga meter dibelakang" Naka menjawab dan memberitahu posisi hantu perempuan itu berada.

"Jangan dipedulikan aku akan terus berada disisi mu" Jean berpindah posisi yang mulanya berjalan di samping kembarannya kini menjadi berjalan dibelakang tubuh Naka, berusaha melindungi sang adik sebisa mungkin.







Bersambung....

LAIN SISIWhere stories live. Discover now