3

719 87 1
                                    

"Tidak tau, dia sekitar tiga meter dibelakang" Naka menjawab dan memberitahu posisi hantu perempuan itu berada.

"Jangan dipedulikan aku akan terus berada disisi mu" Jean berpindah posisi yang mulanya berjalan di samping kembarannya kini menjadi berjalan dibelakang tubuh Naka, berusaha melindungi sang adik sebisa mungkin.

Naka tengah tidur di UKS sekarang, ketimbang makan ia lebih memilih untuk tidur melupakan sejenak keberadaan hantu perempuan yang yang masih terus mengikutinya. Diruang UKS kini ada Haekal dan juga Rendi, Jeano tengah pergi membeli beberapa makanan di kantin. Karena ini masih hari pertama sekolah tak ada pelajaran yang mewajibkan mereka untuk mengikuti, sehingga mereka berempat memilih mangkir di UKS ketimbang masuk kelas yang sebelumnya mereka tau dari pengumuman di mading setelah apel.

Haekal dan Rendi dikejutkan saat Naka tiba-tiba bangun terduduk dengan mata yang terbuka lebar dan tatapan kosongnya. Mereka berdua tak tahu apa yang dialami Naka, bukan tak tau melainkan kurang tau karena hanya Jeano saja yang mengerti sepenuhnya atas Naka. Ikatan batin anak kembar begitu kuat.

"Naka, kau kenapa?" Rendi bertanya takut-takut sembari menyentuh pundak Naka pelan.

"Tolong..." Tidak itu bukan suara Naka, suaranya terdengar seperti perempuan, merintih meminta pertolongan. Rendi yakin yang mengucapkan itu adalah Naka, tapi kenapa suaranya terdengar berbeda. Oh Rendi tau, apa Naka tengah kerasukan?.

Sesaat setelah itu, Naka justru menangis histeris dan terus menggumam kan kata tolong disela tangisannya, mereka berdua yakin bahwa ini bukan Naka. Haekal berusaha menenangkan Naka dan terus menyebut nama Naka agar kesadarannya kembali, saat ditenangkan bukanya membaik malah semakin menjadi. Naka mulai berontak menghentakkan kedua tangan nya, mengacak rambut bahkan mendorong Rendi dan Haekal yang memegang kedua tangannya. Jeano yang baru datang dari kantin berlari tergesa mendekati Naka saat remaja itu menjerit tak karuan. Jeano langsung saja membungkam mulut Naka beserta hidungnya, bertujuan untuk menghambat jalan nafas. Ini adalah cara efektif untuk menyadarkan Naka saat dirinya tengah kerasukan atau semacamnya, Jean tau itu saat Naka mengalami hal serupa seperti ini.

Perlahan Naka mulai kembali mendapatkan kesadarannya, dengan nafas tersengal ia menatap kembarannya dengan mata berkaca ia memeluk Jeano dengan erat.

"Aku lelah seperti ini terus, perempuan itu tidak mau pergi" Naka mengadu pada kakak kembarnya. Naka akan menjadi lebih sensitif setelah mengalami hal seperti itu, jika ditanya lelah jujur Naka sangat lelah mengalami hal-hal seperti ini selama hidupnya. Ia hanya ingin hidup tenang layaknya manusia normal, tetapi mereka tak pernah membiarkannya hidup damai.

"Dengarkan aku, hantu itu manipulatif jangan pernah tertipu pada mereka tak ada yang benar-benar baik sampai kau harus menolong nya. Mereka hanya akan membawamu masuk kedalam sebuah masalah dan itu akan membahayakan mu. Kau hanya boleh bersamaku dan mempercayai ku" Jeano berusaha menenangkan adik kembarnya itu. Dalam kondisi seperti ini arti kata jauh dari orang tua mereka hanya bisa mengandalkan satu sama lain, menenangkan dan saling memberi dukungan. Apalagi mereka adalah saudara kembar dimana anak kembar memiliki ikatan batin lebih kuat dari saudara-saudara biasanya.

"Ini hari pertama sekolah, tapi Naka sudah seperti ini" Rendi bermonolog tetapi cukup keras untuk didengar semua.

"Maksud mu apa?" Jeano bertanya sedikit tak suka.

"Bukan apa-apa, aku hanya khawatir jika ini akan berlanjut di hari-hari berikutnya" Rendi dengan cepat menjelaskan sebelum terjadi kesalahpahaman diantara mereka.

Rendi tidak mengeluh jika harus menjaga Naka selama disekolah, sungguh tidak. Dia hanya tidak tega saat melihat Naka seperti tadi. Ia takut jika sudah berusaha menyadarkan Naka, tapi Naka tidak mau sadar juga. Intinya Rendi hanya takut, ia bukan Jeano yang bisa menenangkan Naka karena saudara kembarnya dan ia bukan Haekal yang bisa membuat Naka nyaman berada disekitarnya. Rendi selalu was-was bila ia ditinggalkan sendiri bersama Naka, ia tidak begitu tanggap dalam mengatasi hal yang seperti itu.

"Sudahlah, sebentar lagi jam pulang sebelum itu kita harus mengambil buku terlebih dahulu di koperasi sekolah" Haekal memecah ketegangan yang tercipta diantara mereka.

"Kita makan dulu" Jeano teringat dengan beberapa makanan yang telah ia beli di kantin belum tersentuh sama sekali, jadi ia memutuskan untuk memakannya terlebih dahulu.




Bersambung....

LAIN SISIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora