1

1K 110 1
                                    

Senin pagi yang sibuk. Tampak empat remaja tanggung baru saja turun di halte dekat sekolah mereka. SMA Pelita menjadi tujuan mereka berempat untuk menuntut ilmu. Halaman SMA itu tampak begitu ramai oleh murid-murid baru, saling bergerombolan dan bercanda tawa. Hari Senin ini bertepatan dengan hari pembelajaran semester baru dan penerimaan murid baru setelah menjalani masa orientasi.

Empat remaja berseragam sekolah itu mulai berjalan berdampingan tampak begitu asik bercanda satu sama lain, tak menghiraukan sekitarnya yang memandang mereka aneh karena tertawa begitu keras. Nakala Rasendra salah satu dari keempat remaja itu tampak berjalan mendahului dengan raut muka kesal, karena menjadi bahan bercandaan teman serta saudara kembarnya itu.

Jeano Rasendra mempercepat langkahnya untuk menyusul sang adik kembar yang tengah merajuk. Bukan apa jika adiknya itu marah ia tak akan mau lagi membuatkan mie rebus saat tengah malam untuknya, oh itu sebuah mimpi buruk.

Saat tengah berjalan Nakala tiba-tiba saja menghentikan langkahnya tepat didepan gerbang sekolah mereka, memejamkan mata sejenak lalu membukanya lagi. Jeano yang berjalan sambil merangkul pundak Naka merasa heran saat adik kembarnya itu tiba-tiba berhenti melangkah, ia melihat raut wajah Naka yang sedikit mengernyitkan dahi.

"Ada apa?" Jeano memutuskan untuk bertanya saat Naka tak kunjung kembali melangkahkan kakinya.

"Ramai" Naka menjawab singkat dengan pandangan yang terus mengedar kesegala arah mengamati gerombolan murid-murid baru itu. Jean yang mengerti maksud adiknya hanya menganggukkan kepala paham.

"Jangan menjauh dariku" Jeano kembali melangkahkan kakinya dengan kembali merangkul pundak adik kembarnya itu.

Sementara mereka melanjutkan jalanya untuk memasuki area halaman depan sekolah, kedua teman atau mereka sebut sahabat Haekal dan Rendi berjalan di belakang mereka masih dengan saling ribut tidak jelas yang memang selalu mereka lakukan setiap harinya.

"Kita berada dikelas apa?" Haekal bertanya sesaat setelah ia mengabaikan Rendi yang masih terus mengomel dibelakangnya.

"Belum tau, hari ini kita apel dulu baru pengumuman kelas akan ditempel di mading setelah apel selesai" Jeano menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Haikal. Dan yup mereka adalah murid baru SMA Pelita, mereka pindahan dari SMP luar kota. Di kota ini mereka hanya tinggal sendiri tanpa orang tua, mereka menyewa satu rumah minimalis untuk ditinggali bersama selama masa SMA dan kuliah mereka nantinya.

Mereka baru menginjak umur 16 tahun tetapi mereka sudah berani pergi merantau ke kota orang tanpa adanya dampingan dari orang tua masing-masing. Awalnya memang sulit mendapat izin orang tua, tetapi setelah melihat kegigihan dari mereka orang tua hanya bisa menyetujui.

"Baiklah anak-anak untuk murid baru silahkan segera berkumpul di aula untuk melaksanakan apel!!" Suara pengumuman terdengar begitu lantang lewat pengeras suara. Semua murid baru mulai berjalan kesatu arah dipimpin dan didampingi oleh anggota OSIS yang memakai jas almamater berwarna merah marun itu.

Naka, Jeano, Haikal dan Rendi berjalan paling belakang mengikuti barisan, memang dasarnya mereka datang mepet pada waktunya dan malas untuk berdesakan ditengah barisan menjadikan mereka memilih untuk berjalan paling belakang barisan. Ah sebenarnya tidak paling belakang juga, karena dibelakang mereka masih ada beberapa kakak OSIS yang mendampingi berjaga bila ada murid yang akan bolos mengikuti apel pagi ini.

Saat setelah mereka memasuki aula terlihat begitu banyak kursi plastik yang telah berjejer dan satu persatu mulai terisi menyisakan beberapa kursi bagian belakang pojok.

"Jangan dipojok" Naka menarik lengan kembarannya menolak saat sang kembaran dan kedua sahabatnya akan menuju arah pojokan aula dimana hanya bagian itu saja menyisakan kursi yang masih kosong.

"Lalu mau duduk dimana?, Semua sudah terisi penuh dan apel akan segera dimulai" Jeano berusaha untuk memberi pengertian.

"Tenang saja ada aku" Haekal ikut menimpali memberi satu tepukan dipundak kiri Naka seolah meyakinkan sahabatnya itu.

"Tapi-" ucapan Naka terpotong saat suara kakak anggota OSIS terdengar dari belakang mereka.

"Dek segera cari tempat duduk, apel akan segera dimulai"

"Iya kak" Rendi menimpali. Ia lantas saja sedikit menyeret Naka yang memang masih menolak untuk duduk di pojok aula.


Bersambung....

LAIN SISIWhere stories live. Discover now