Prolog

1.8K 162 16
                                    

Meski terdapat pendingin di ruang pasien, tetapi peluh tetap hadir membasahi pelipisnya. Napasnya masih sedikit terengah-engah usai belum lama ia berjuang antara hidup dan mati demi memberi kehidupan baru bagi malaikat kecil di dalam perut, malaikat yang telah ia tunggu-tunggu kehadirannya kini tengah didekap oleh pemuda yang berdiri di sebelah ranjangnya.

Pemuda itu berkali-kali mengusap pipi dan menepuk pelan bokong sang malaikat kecil yang berbalut kain hangat nan lembut guna memberi rasa nyaman di tengah tidurnya yang lelap. Lahirnya salah satu keturunan Adam di bumi ini membuat tubuh pemuda enam belas tahun itu bagai diselimuti oleh kebahagiaan, wajah putihnya amat bersinar bak bulan dan senyum yang terukir terasa hangat sehangat perapian.

Wajah bayi laki-laki kecil itu sangat mirip dengan sang ibunda. Dalam benak, pemuda itu merapal, syukurlah si brengsek tidak mewarisi fisiknya pada malaikat kecil ini.

"Mau kamu kasih nama apa, Kak?" Si pemuda bertanya.

Perempuan yang terbaring itu hanya bergeming, masih sibuk dengan pikiran yang berkecamuk memikirkan untaian kejadian sebelum hari ini dan perihal bagaimana Tuhan akan menggarisi kehidupannya yang masih belia untuk mengemban tanggung jawab besar.

"Pandu." Perempuan itu menjawab pertanyaan yang sebelumnya terlontar. "Yang artinya pemimpin. Aku mau orang-orang kenal dia karena sifat pemimpinnya, bukan karena darimana asal-usulnya."

Kedua sudut bibir pemuda itu tertarik ke atas. "Kamu jangan takut, Kak. Nama adalah doa dan doa seorang ibu pasti akan selalu di denger Tuhan."

"Lembayung." Panggilan yang ditujukan pada si perempuan hadir usai suara pintu ruangan pasien terbuka, orang yang baru datang itu tersenyum semringah seraya memegang segenggam bunga tulip. "Di mana anak kita?"

"Brengsek! Ngapain lo di sini?!!"

• Through with U •

Through with U | Bluesy ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt