13. MENCARI HASNA

3.2K 233 17
                                    

"Yah? Nggak ada apa-apa? Kak Is nggak masak?"
ucap Hasna saat tak mendapati lauk pauk apapun di dapur. Padahal dia begitu lapar karena hari ini dia tidak jajan di sekolah.

"Kakakmu sakit, tadi pagi dia muntah-muntah pas lagi buat kue," jawab Dharma yang sedang menonton TV.

"Terus jadi nggak jualan hari ini?" tanya Hasna masih cemberut.

"Nggak. Tadi juga Bapak larang supaya nggak usah masuk kerja, tapi Isna kekeuh mau masuk kerja, yasudah. Katanya sudah minum obat."

Hasna tidak menyahut. Gadis itu sibuk membuat mie di dapur. Dia tidak pernah terlalu perduli tentang apapun hal yang terjadi pada Isna, yang Hasna tau dirinya saat ini sangat lapar, dan dia harus segera makan.

Selepas mie matang, Hasna memakannya di kamar.

Gadis itu makan dengan lahap.

Selesai makan, ketika sang Ayah tertidur, Hasna diam-diam masuk ke dalam kamar sang Kakak seperti yang biasa dia lakukan.

Uang simpanan untuk ongkos kerja yang ditaruh Isna di selipan lipatan pakaian milik Isna diambilnya separuh.

Hari ini Hasna ada janji dengan teman-temannya untuk nonton Bioskop. Karena kemarin Hasna berulang tahun, jadilah dia kini dipalak teman-teman satu genknya di sekolah untuk mentraktir mereka makan dan membeli tiket untuk nonton.

Kalau Hasna meminta langsung, pasti Isna tidak akan memberikannya, jadilah dia pakai cara ninja, tidak perduli jika dia harus kena omel oleh Isna, yang penting dia tidak malu di hadapan teman-teman sekolahnya.

*****

Hari itu Hasna menghabiskan waktunya sesorean di Mall.

Tidak hanya nonton bioskop dan makan, tapi Hasna juga malah tergiur untuk berbelanja.

"Mau aku anter pulang nggak?" tanya seorang lelaki yang menjadi kenalan baru Hasna saat dirinya dan teman-temannya tadi menunggu film yang hendak mereka tonton di bioskop.

"Cie..." goda teman-teman Hasna yang memang sudah menebak kalau lelaki itu mendekati mereka karena modus ingin berkenalan dengan Hasna. Secara, dari ke empat teman-temannya yang lain, Hasna memang yang paling cantik.

"Emang nggak apa-apa kalau nganter? Nggak repot?" tanya Hasna malu-malu.

"Asik, lampu hijau nih kayaknya," celetuk Astri, salah satu sahabat Hasna.

Hasna melotot ke arah Astri. Pipi gadis itu merona, setelah sukses menjadi ceng-cengan teman satu genknya.

"Kebetulan rumah kita satu arah," ucap lelaki itu lagi.

"Aku juga satu arah kok sama Hasna Julian, kamu nggak ajak aku juga? Katanya bawa mobil, muat dong angkut kita-kita?" Kali ini Kiki yang menyahut. Dia hanya senang mengggoda lelaki bernama Julian itu.

Julian tersenyum dan semakin menampakkan pesonanya. Membuat hati gadis-gadis di hadapannya itu meleleh.

"Kalau kalian mau nebeng sekalian nggak apa-apa kok," kata Julian meski dalam hati dia jelas keberatan. Sebab target dia saat itu memang hanya Hasna.

Tapi apa boleh buat, semua hal di dunia inikan memang butuh pengorbanan. Jika dia mau mendapat perhatian Hasna, itu artinya dia pun harus bersikap baik pada kawan-kawan Hasna.

Jadilah, malam itu Julian mengantarkan pulang semua kawan-kawan Hasna satu persatu secara bergantian.

Terakhir dia menyisakan Hasna.

"Jadi, kita langsung pulang aja nih?" tanya Julian pada Hasna di perjalanan pulang.

"Ya iya pulang. Ini udah malem, emang mau kemana?" ucap Hasna yang terus dilanda perasaan aneh sejak dirinya mulai berkenalan dengan Julian tadi.

DUDA KHILAF (End)Where stories live. Discover now