25. Akhirnya

34 3 0
                                    

Rendy pov

Setelah sarapan bersama, Lyla dan Alfa pamit pulang, aku merasa tenang karena meskipun Kayla dan Alfa dulu pernah menjalin hubungan mereka tak tampak canggung seperti dulu. Namun, terkadang pertemuan berempat seperti ini membuat aku sedikit khawatir dan cemburu. Padahal aku sudah berusaha membuang pikiran negatif itu dan fokus menjalani kehidupan baru bersama Kayla entah mengapa pikiran itu masih sering hadir, bahkan saat mereka bercanda di sampingku.

"Mas sini!" Panggilnya padaku yang sedang bersandar di pinggir pintu mengamatinya yang sedang tiduran sambil nonton tv,  kuhampiri Kayla lalu kurebahkan tubuhku di sampingnya, memeluknya erat.

"I love u my wife!" Ucapku lirih di telinganya sambil mengeratkan pelukanku.

"I love u my hubby!" Balasnya lalu mendaratkan kecupan singkat di bibirku seketika jantungku berdebar hebat, aku sendiri heran mengapa setiap berdekatan dengannya masih saja jantungku beritme kencang.

"Kenapa Mas?" Tanyanya dengan ekspresi tak terbaca, mungkin dia merasakan kegelisahan hatiku. Dengan tersenyum kugelengkan kepala lalu kuraih belakang kepalanya mencecap manis bibirnya sesaat. Menyakinkan bahwa cintanya hanya untukku.

"Pindah kamar yuk Yang?" Ajakku tanpa menunggu jawabannya kuselipkan tangan kananku di bawah kakinya dan tangan kiri menjangkau bawah kepalanya, kugendong dia menuju kamar, aku menginginkan dirinya seutuhnya. Tadi setelah mengantar Lyla dan Alfa sampai ke depan teras aku sengaja mencabut kabel bel rumah dan memastikan pintu terkunci rapat.

"Turunin aku Mas, aku bisa..." Cup. kubungkam bibirnya dengan bibirku sebelum dia protes. Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang tanpa melepas ciumanku berlahan ia pun membalasnya dengan kaku yang justru semakin membuatku bergairah.

"Bersiaplah Sayang hari ini akan kusandera dirimu di kamar!" Bisikku sambil mengambil nafas karena kehabisan oksigen, wajahnya merona dan tampak gugup, sebenarnya aku pun sama gugupnya dengannya karena ini juga pengalaman pertamaku. Kuelus pipinya lembut sambil menatap netranya menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Akhirnya aku berhasil murenggut sesuatu yang paling berharga darinya dengan lembut dan penuh cinta.

"Makasih Sayang" kukecup berulang kali puncak kepalanya yang bersandar di dadaku. Kubelai rambutnya yang segar beraroma lemon. Tanpa menjawab ia mendongak menatapku lalu tersenyum dan mengecup bibirku sekilas.

"Aku ingin segera berbulan madu Sayang, gimana hadiah dari Mbak Mia kita terima ya?" kucoba membujuknya sekali lagi, sebelum ia menjalani KKN aku ingin menghabiskan waktu hanya bersamanya.

"Kapan-kapan aja lah Mas, lagian tiap hari juga kita cuma berdua!" Jawabnya manja yang membuatku semakin gemas.

"Baiklah, tapi siap-siap ya!" Balasku dengan seringai licik lalu menarik tubuhnya ke atas tubuhku, kulumat bibirnya dengan rakus, kucumbu lagi. Rasanya aku tidak pernah bosan melakukannya lagi dan lagi.

Dan akhirnya seharian kami hanya bercumbu menuntaskan gairah yang berulangkali tertunda tanpa ke luar rumah sekali pun, kegiatan memabukkan itu terjeda hanya saat kita lapar dan ketika akan melaksanakan ibadah sholat.

*****

Keesokan harinya.

"Mas Rendy gimana nanti kalau aku hamil?" tanyanya polos yang langsung membuatku tersedak, nasi goreng yang  kukunyah seketika menyembur, apa dia tidak sadar jika aku memang sengaja menghamilinya. Tentu saja aku ingin segera memiliki momongan dari rahimnya.

"Mas kenapa?" Wajahnya pucat seketika sambil mengelus punggungku dan menyodorkan segelas air putih. Aku langsung meraihnya dan meminum hingga tak tersisa.

"Ya memang aku ingin kamu hamil Sayang, kenapa kamu belum siap? Mau menyelesaikan kuliahmu dulu?" Kugenggam jemarinya lembut kucoba menenangkannya. Aku tak ingin merusak moment indah ini dengan perdebatan, Kayla pasti menagih janjiku atas persetujuanku menunda kehamilan.

"Ehh gimana ya Mas, sebenarnya sih aku..." Ucapnya sambil mengigit bibir bawahnya antara ragu dan takut. Sedang tanganku masih menggenggam erat tangannya.

"Lihat aku Sayang!" Gumamku sambil mendongakkan wajahnya dengan jariku, menatap ke dalam netranya.

"Dengar Sayang, kita jalani saja dulu, jika Allah segera menghadirkan janin dalam rahimmmu berarti Allah percaya kepada kita, itu adalah amanah yang harus kita jaga dan syukuri, kamu nggak sendiri, aku akan selalu ada di sisimu," Ucapku lembut, kulihat setetes buliran bening jatuh bersama anggukan darinya.

"Jangan menangis Sayang!" Gumamku lalu menyeka buliran bening itu, kupejamkan mata dan menyatukan kening kami sambil kubisikkan kata I love u yang entah berapa kali terucap dan tak akan pernah bosan aku mengucapkannya.

*****

Kayla pov

Kulihat sepanjang perjalanan menuju kampus senyum Mas Rendy tak juga hilang, tak henti-hentinya ia mengenggam tanganku dan beberapa kali mendaratkan kecupan mesra di punggung tanganku. Aku sungguh luar biasa bahagia dengan semua perilaku lembut Mas Rendy, namun ada sesuatu yang masih mengganjal di lubuk hatiku.

"Nanti setelah kuliah telpon Mas ya? Biar Mas langsung otewe jemput," gumamnya yang seketika membuyarkan lamunanku.

"Iya Mas..." Jawabku, mobil fortuner hitam mengkilat berhenti tepat di depan gerbang kampus, dengan mengucap salam kuraih tangan lalu menciumnya.

Berkumpullah geng absurdku di mushola kampus saat kuliah Metodologi selesai, aku ingin curhat tentang kegelisahanku dari kemarin, mungkin dengan bercerita pada mereka aku mendapat solusi atau paling tidak sedikit lega.

"Kay kamu kenapa kok kelihatannya galau gitu?" Tanya Faza penuh selidik.

"Cerita ke kita Kay, mungkin kita bisa bantu!" Sahut Tiara. Sedang Adel serius menatapku.

"Gimana ya? Mau cerita nggak enak, cz masalah pribadi nih," terangku ragu.

"Nggak papa Kay sebisa mungkin kita akan bantu dan pasti kita bisa jaga rahasia kok, masak kamu masih nggak percaya sama kita?" Adel menanggapi namun fokus menatapku.

"OK, aku akan cerita tapi kita pindah tempat dululah, takut ada yang dengar!" Pindahlah kita berempat di gazebo timur perpustakaan, gazebo ini sering sepi karena memang agak jauh dari kelas dan terletak di sudut. Tapi justru di situlah tempat favorit kami.

"Gini guys, aku... Aku takut hamil! "Ucapku ragu, namun tawa sobat absurdku membahana hingga berapa mahasiswa menoleh kepada kami. Reflek tanganku membekap mulut Tiara karena tawanya paling keras.

"Kalau nggak mau hamil ya jangan mau di coblos Kay!" Jawab Faza sekenanya sambil menyeka air di sudut matanya karena tertawa.

"Ngawur Faza ni...Ngomong di rem dikit napa!" balas Adel sambil menonyor kepala Faza gemas.

"Aku belum siap hamil pengen lulus dulu guys, apalagi semester depan kita KKN, aku lihat Kak Lyla dengan tingkah unik dan rempongnya saat hamil, aku jadi ragu. Tapi masalahnya Mas Rendy ingin aku langsung hamil tanpa menunda, gimana dong guys!" Ujarku galau.

"Pakai kontrapsesilah!" Ucap Faza tanpa beban.

"WHAT!!!" Serempak kami bertiga kaget.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang