Keping 2 : Cinta Masa Lalu

70 6 0
                                    

Kunikmati alunan lagu favoritku 'Surat Cinta untuk Starla' dari Virgoun biasanya aku terlarut dalam liriknya tapi kali ini tiba-tiba aku merasa tersindir, ironis memang. Dulu Kak Gibran yang mengkhianati hubungan kita dan sekarang apa yang kulakukan? Aku justru menemuinya tanpa sepengetahuan Kak Rendy. Dengan seenaknya pikiranku me-reply kisah cintaku bersamanya. Kuhela nafas panjang sembari memindai seluruh sudut kafe yang saat ini ternyata sudah banyak berubah.

Aku ikuti langkah kaki Kak Gibran menuju tempat yang dulu biasa kita gunakan untuk menghabiskan waktu bersama. Ternyata dia masih mengingat semua. Bahkan setelah kita duduk bersebelahan ia memesan menu favoritku, Mie ayam super pedas plus jus leci sedangkan dia memesan mie goreng cumi dan jus lemon.

Hening. Karena kita tenggelam dalam pikiran masing-masing. Jangan tanyakan mengapa aku menjadi pendiam! Sejak dulu jiwa bar-barku seketika menguap entah ke mana setiap kali bersamanya.

Kembali kenangan itu mencuat begitu saja di benakku.

"Dek, kamu lagi dekat sama cowok ya? Cieee yang lagi kasmaran!" Goda Kak Lyla waktu itu.

"Apaan sih Kak, kita cuma teman aja kok!" Jawabku berusaha ngeles dengan wajah merona. Aku tidak pergi bisa menyembunyikan perasaanku setiap kali mengingat Kak Gibran.

"Bisa aja ngelesnya, lah tiap malam yang nelponin kamu siapa hayo?" Selidik Kak Lyla penuh penasaran.

"Dan kata teman Kakak!" Jeda Kak Lyla seraya menatapku dengan seringai aneh. "Mmm.. Milen pernah lihat kamu jalan sama cowok fakultas lain dari kampus Kakak!" Cecarnya dengan wajah serius penuh selidik.

"Alah Kak Milen pasti salah lihat orang, cowok yang deket sama aku anak SMA dekat sekolahku kok!" Elakku agar tak ada cecaran pertanyaan lagi, aku segera masuk ke dalam kamar meninggalkan Kak Lyla yang terlihat tak puas dengan jawabanku.

Selama ini aku sengaja merahasiakan hubunganku dengan Kak Gibran pada Kak Lyla dan kedua orang tuaku. Kakak selalu melarang keras aku dekat dengan anak kampusnya. Karena rasa sayangnya padaku sifat protektif kakak akan selalu menjadi tameng setiap kali ada teman satu kampusnya yang mencoba mendekatiku. Tanpa ada satupun orang yang tahu aku sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama Kak Gibran. Merajut romantika rahasia.

Dia adalah cinta pertamaku di masa putih abu-abu. Di mataku dia laki-laki sempurna dengan perawakan tubuh tinggi berkisar 180 cm, ukuran standar pribumi Indonesia dengan kulit putih bersih, bahkan aku seperti moccacino bila sedang bersamanya karena kulitku yang berwarna sawo matang, hidungnya bangir, dan satu lagi yang selalu berhasil membuat hatiku luluh tak berkutik, tatapan teduh dan sikap tenangnya setiap kali kita bersama.

"Sudah lama kita tidak saling bertemu, nggak berasa hampir 3 tahun." Suaranya tiba-tiba membuyarkan lamunanku yang mengembara ke masa lalu.

"Aku sudah berulangkali mencoba mencari kabar tentang dirimu pada Febby sahabatmu tapi hasilnya nihil, dia malah marah dan menyuruhku berhenti untuk mencari kamu," akunya lirih sembari menatap mataku dalam.

Meskipun aku tidak satu kampus dengan Febby aku masih aktif menjalin komunikasi dengannya, kadang kita masih hangout bersama di akhir pekan, tetapi selama ini Febby tidak pernah cerita kepadaku jika Kak Gibran pernah mencariku. Seandainya Febby jujur padaku pasti sekarang kita sudah berbaikan, masalahnya sekarang ada Kak Rendy di antara kita berdua. Aku memang belum mencintai Kak Rendy, tetapi apakah adil jika aku   menghianatinya?

"Aku ingin memperbaiki semua kesalahanku, semoga saja masih ada kesempatan untukku," ucapnya penuh harap sembari menatap kedua manik mataku dalam.

Aku hanya bisa diam sembari membalas tatapan matanya.

"Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi Kayla, aku masih sangat mencintai k mu," akunya dengan tatapan berubah sendu.

Melihatnya rapuh seperti ini hatiku perlahan luluh, rasanya ingin sekali aku memeluk dan menghidu aroma khas tubuhnya yang masih kuingat, menuntaskan segala rasa rindu yang telah lama terpendam. Namun, sekuat mungkin kutekan egoku untuk tidak melakukannya. Kupikir menerima pertemuan ini akan menyelesaikan rasaku untuknya tapi ternyata aku salah. Rasa bahagia sekaligus rasa bersalah kini bersarang di benakku. Aku sudah berjanji membuka hati untuk Kak Rendy.

Seringai jail Kak Rendy tiba-tiba hadir begitu saja dalam benak, semakin menyesakkan dadaku yang dilanda kebimbangan.

"Ma maaf Kak," balasku lirih dengan terbata sembari memutus kontak kedua mata kita.

"Aku yakin, pasti sekarang sudah ada seseorang yang selalu menjagamu, dia pasti sangat beruntung." Terlihat jelas ada guratan kecewa di senyuman itu tapi aku pun merasakan hal yang sama. Hanya sampai di situkah perjuangannya untuk merebut hatiku kembali? andai dia tau hatiku pun masih tetap memilihnya hingga detik ini.

"Perempuan yang bersamaku waktu itu adalah kekasihku namanya Ranti, aku tahu aku salah karena telah menyakitimu, sejak saat itu aku menyadari bahwa aku benar-benar mencintaimu. Dan sekarang semuanya sudah terlambat. Maaf," terangnya seraya menghela nafas panjang dan perlahan mengembuskannya.

"Kukira perasaanku terhadapmu dulu hanya sekedar rasa sayang layaknya seorang kakak kepada adik. Tapi ternyata aku salah besar, karena nyatanya aku terlalu menyanyangimu layaknya perempuan dewasa," sambungnya dengan pandangan menerawang jauh. Entah mengapa hatiku juga perih seperti tercabik-cabik mendengar penuturannya. Andai dia tau setelah kejadian itu aku tidak pernah membuka hati untuk laki-laki lain, dan sekarang ketika aku bersusah payah belajar mencintai Kak Rendy dia hadir kembali untuk menggoyahkan rasa yang baru aku bangun.

"Kak Gibran maafkan aku ya? Kuharap urusan kita sudah selesai sekarang," selaku sembari meredam debaran jantungku yang berkejaran. Hatiku bergemuruh hebat untuk merangkai kata hingga mampu berucap. Aku terdiam sesaat ketika aroma khas itu mendekap tubuhku erat.

"Maafkan aku Kayla, aku yang salah," lirihnya seraya semakin menenggelamkanku ke dalam pelukannya.

"Ini salah Kak!" Sekuat hati dan tenaga aku mencoba mengurai pelukannya dari tubuhku.

"Tidak Kay, sekali ini saja biarkan aku memelukmu, sungguh aku sangat merindukan dirimu," bisiknya lirih. Aku seolah bisa mendengar debaran jantung kita menyatu dalam melodi yang sama.

"Maaf Kak sebaiknya kita pergi!" tegurku yang tetap bersikeras mengurai pelukannya dari tubuhku.

"Aku sudah memaafkan Kak Gibran, jadi anggap saja ini ucapan perpisahan kita," sambungku sembari menatapnya, tanpa kupinta buliran bening meluncur bebas di pipiku bersama kawanannya.

"Aku sudah berjanji akan belajar mencintai Kak Rendy dan aku tidak mau merusak kepercayaan itu," gumamku dalam hati, meskipun hatiku berkecamuk hebat ingin menghambur ke dalam ke pelukannya. Meronta ingin mengakui jika cintaku padanya tetaplah sama.

"Aku akan bahagia, Kakak juga harus bahagia!" Isakku lalu tanpa sadar aku menghambur ke dalam pelukaannya, aku menangis sejadi-jadinya. Kak Gibran mengusap lembut puncak kepalaku dan mengecupnya. Ingin rasanya kuhentikan waktu dan menghabiskan waktu yang tersisa bersamanya.

"Aku janji akan bahagia jika kamu bahagia Kayla," ucapnya lirih lalu mengurai pelukan, ia usap lembut air mataku yang semakin menderas sembari mengulas senyuman lembut.

***

Di sepertiga malam aku terjaga, aku memohon ketetapan hati dalam sujud panjangku.

Sambil menunggu azan subuh aku meraih ponselku yang tergeletak di atas ranjang yang sejak kemarin sore tak tersentuh. Sialnya, ponselku mati karena lowbat. Ku cari changer lalu mencolokkannya, tak lama layar itu menyala yang seketika menampilkan puluhan notifikasi pesan WhatsApp mau pun laporan telepon membombardir ponselku. 

Deg.. Diurutan kedua setelah Kak Rendy nama Kak Gibran tertera di sana. Sedikit gugup kubuka chat dari Kak Gibran terlebih dahulu, mengabaikan pesan Kak Rendy yang biasanya membangunkan aku untuk salat malam.

"I miss you Kay..."

Kubaca pesan singkat Kak Gibran tanpa ingin membalasnya.

Drdrdr... Ponselku bergetar yang seketika berhasil menarik kedua sudut bibirku saat nama 'Pacar Rese' muncul di layar benda pipih milikku.

"Hai my sweetie, udah salat? Kenapa semalam ponselnya mati? Lyla bilang kamu kemarin pulang kuliah langsung masuk kamar, kamu sehat kan Sayang?"

Membaca pesan Kak Rendy seketika membuat hatiku berdesir dengan mata berkaca-kaca. "Ya Tuhan bagaimana bisa aku berniat menyakiti hati pria baik sepertinya?

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Where stories live. Discover now