Keping 18 : Badai

19 3 0
                                    

Lyla pov

Siang itu saat udara dingin memeluk tubuhku dengan lembut dari balkon kamarku, aku merasa menjadi perempuan paling beruntung karena memilki suami yang sangat mencintaiku. Tepatnya empat bulan lalu aku bertemu dengannya di suatu acara seminar yang diadakan kampus setelah kedekatan hubungan kami ia memintaku untuk berta'aruf. Dan hanya dalam hitungan bulan aku telah resmi menyandang status Nyonya Alfaraby. Rasanya seperti mimpi panjang yang sangat indah hingga membuatku enggan untuk terjaga. Saat ini adalah masa-masa indah bagi kami mereguk nikmatnya menjadi pengantin baru. Sebulan telah berlalu tetapi rasanya seperti baru kemarin saja Alfa mengucap ijab kabul di hadapan orang tua dan penghulu.

Saat aku merenggangkan otot-ototku yang terasa kaku sebelum beranjak masuk ke dalam kamar, tiba-tiba aku terpaku pada sosok familiar yang sedang berbincang dengan santai tapi terkesan hangat di gazebo samping rumah, mereka tampak akrab seperti sudah saling mengenal cukup lama. Tatapan mereka tampak berbeda, tersirat rasa begitu dalam. Setahuku mereka tidak begitu akrab saat berada di hadapanku tapi ini... Tak berani aku melanjutkan pikiran negatif ku yang mulai berkelana mencari bukti dan fakta atas argumen-argumen yang menyatu bagai benang kusut.

Ku lihat Kayla lebih banyak menundukkan kepala sembari melihat ikan-ikan koi yang sedang berebut makanan. Kayla terlihat sangat kacau. Namun, tangannya seolah tak bersemangat melemparkan makanan pada ikan-ikan di hadapannya. Sedangkan Alfa suamiku tampak memerhatikan dengan saksama gadis di depannya dengan sorot yang tak bisa aku artikan

"Astagfirullah" Segera aku  beristighfar berulang kali untuk menghalau pikiran negatif. Bukankah seharusnya senang melihat suami dan adikku akrab?.

****

Klek. Suara handel pintu kamar terbuka, muncullah suamiku dengan senyum merekah lalu menghampiriku dan mendaratkan kecupan singkat di bibirku.

"Tumben jam 11 Mas  Alfa sudah pulang?" tanyaku seraya meraih tas dan meletakkannya letakkan di atas nakas.

"Pengen cepat pulang, aku kangen sama kamu," godanya yang seketika membuat pipiku memerah karena malu.

"Oya jam satu aku ada janji bertemu dengan Rendy, ada urusan penting," terangnya seraya melepaskan kemeja dan menyisakan kaos putih dalamannya. Mendengar pengakuan Mas Alfa hatiku kembali tenang karena aku yakin pasti yang akan mereka bicarakan adalah Kayla adikku. Dan aku baru menyadari perubahan sikap Rendy yang aneh kepadaku. Lebih tepatnya terhadap Mas Alfa, Rendy seolah menyimpan amarah terhadap suamiku itu.

"Loh kok malah melamun!" tegur Mas Alfa yang seketika menarik ku kembali ke dalam alam sadar. Aku hanya membalasnya dengan senyuman lalu merebahkan kepala ke atas dadanya. Mencari ketenangan dari kegelisahanku.

"Mas Alfa istirahat dulu masih ada waktu panjang sebelum masuk waktu duhur," balasku lalu dibalasnya dengan anggukan kepala seraya membelai lembut kepalaku.

*****

Setelah Alfa pergi menemui Rendy kucoba memejamkan mata tapi tidak berhasil karena kegelisahan yang menyelinap di dalam hatiku setelah melihat keakraban antara suami dan adikku. Dengan perasaan ragu aku menghampiri tas Mas Alfa yang masih tergeletak di atas nakas lalu aku keluarkan laptop dan membukanya. Semua nama folder tidak ada yang terlihat aneh, semua tentang kuliahnya, pekerjaan, dan banyak sekali foto kebersamaan kami dalam galery fotonya. Tapi tiba-tiba kedua mataku menemukan sebuah folder yang bertuliskan Gadisku. Dengan jantung berdegup kencang berbaur rasa penasaran yang membuncah dengan lincah tanganku mengklik folder tersebut. Deg aku menemukan banyak puisi romantis yang seketika membuatku berpikir sejenak. Puisi-puisi ini untuk siapa sedang Mas Alfa tidak pernah sekali pun memberiku sebuah puisi cinta.

Kepalaku mulai berdenyut  karena rasa penasaran hingga sampailah jemariku mengklik folder Memories.

"Apa ini?" spontan air mataku mengalir deras tanpa bisa terbendung lagi. Otakku mulai me_reply semua kejadian yang menghubungkan dengan kenyataan pahit yang harus aku telan. Harusnya aku bisa menangkap perhatian Mas Alfa pada Kayla saat di Pantai Tambakrejo dulu atau kecanggungan mereka saat bertemu, dan saat pertemuan mereka dengan Ferry di acara resepsi pernikahan kami. Aku juga sempat melihat Mas Alfa mengikuti Kayla yang berjalan ke arah kamar mandi.

Satu persatu foto itu bergulir di layar laptop Mas Alfa bersamaan dengan air mataku yang semakin deras. Senyum mereka menunjukkan jika mereka saling mencintai terbukti dengan foto-foto mesra mereka. Kayla lebih banyak mengenakan seragam sekolahnya dan itu menandakan bahwa mereka telah menjalin hubungan lama sebelum aku bertemu Mas Alfa. Sekuat tenaga aku meremas dadaku yang terasa nyeri, nafasku memburu seolah kehabisan oksigen. Mengapa mereka menyembunyikan hal sebesar ini dariku.

"Suami dan adikku pernah menjalin hubungan."

"Sayang kamu kenapa?" tiba-tiba Mas Alfa sudah berada di dalam kamar tanpa aku sadari kedatangannya. Senyumannya seketika menghilang saat netranya melihat layar laptopnya, terpampang dengan jelas foto dirinya sedang memeluk Kayla dari arah belakang dengan mesra.

"Aku bisa jelaskan semuanya Sayang," ucapnya dengan tatapan nanar. Ia mencoba meraih tubuhku lalu membawa ke dalam pelukannya, aku hanya pasrah menikmati luka dalam kebahagiaan yang baru kami bangun. Air mataku mengalir deras menemani ritme hujan sore itu. Hatiku hancur sehancur-hancurnya dalam luka terdalam.

Aku tergugu dalam dekapannya. Namun, aku segera tersadar lalu mengurai pelukannya dan ke luar dari dalam kamar menuruni anak tangga.

Plak. Telapak tanganku meluncur bebas ke arah pipinya.

"Kakak!" Ucapnya dengan suara bergetar. Ia mendongak menatapku dengan air mata yang meluncur bebas di pipinya. Ia memegang pipi kiri yang menjadi luapan emosiku. Tampak jari-jariku tercetak di saba. Tanganku seketika bergetar hebat saat menyadari jika aku telah melukai raga dan hatinya sekaligus.

"Mengapa kamu sampai hati menyembunyikan semua ini dariku Kay? Kamu pikir aku akan baik-baik saja dengan apa yang telah kalian lakukan di belakangku," teriakku seraya menatapnya tajam. Kuusap air mataku dengan kasar seraya berteriak karena frustasi.

"Cukup Lyla!" bentak Alfa padaku yang seketika membuat hatiku semakin sakit, demi Kayla adikku Mas Alfa membentak ku.

"Jadi Mas Alfa lebih membela Kayla daripada aku istrimu!" Ucapku lirih dengan sorot penuh luka mencoba menahan amarah yang semakin mendidih.

"Tolong Sayang dengarkan penjelasan ku dulu!" Pinta Mas Alfa memohon dengan mata berkaca-kaca sambil memelukku dengan paksa. Aku sudah tak peduli dengan tatapan mengiba Mas Alfa, ku dorong tubuhnya menjauh dari tubuhku.

"Maaf, aku langsung masuk, ada apa ini Fa?" Rendy dengan panik menghampiri Kayla yang tengah menangis dengan masih memegang pipinya yang memerah.

"Ren katakan dengan jujur, apa kamu tau hubungan antara Mas Alfa dan Kayla?" tanyaku pada Rendy yang seketika membuat tubuhnya membeku dengan bibir terkunci rapat.

"Bagus! ternyata kalian semua...." Ucapku mencoba menghentikan umpatan kasar agar tak terbebas  dari bibirku.

"Maafkan aku Lyl! cepat atau lambat kamu pasti akan mengetahuinya, aku juga sempat frustasi ketika mengetahui semua ini tapi aku tahu Kayla tidak bermaksud menyembunyikannya, dia hanya ingin menjaga perasaan kita berdua Lyl," terang Rendy lalu meraih bahu Kayla yang masih terisak membimbingnya ke ruang tengah.

Aku terdiam seraya menatap mereka bertiga bergantian. Bibirku kelu, hatiku hancur mengetahui suami, adik, dan sahabatku ternyata membohongiku.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Where stories live. Discover now