Grup WhatsApp angkatannya sekarang sudah berisi lebih dari enam ratus bubble chat yang belum dibaca. Jelas Talisha malas membacanya. Alhasil, dia memberanikan diri untuk memilih salah satu orang yang terlihat informatif dan menghubunginya secara personal. SKSD--sok kenal sok dekat--kadang-kadang memang diperlukan.

Dengan mengucap doa dan menarik napas panjang, Talisha mengirimkan pesan, "Halo. Salam kenal, aku Talisha, angkatan 2020. Boleh tau siapa nama kamu?"

Talisha memelotot karena ternyata tak perlu waktu lama untuk dua centang abu-abu itu berubah menjadi biru. Orang itu fast respond sekali. "Hai, Talisha! Aku Resta. Salam kenal!" Orang itu juga mengirim stiker Patrick yang sedang tersenyum lebar. Talisha mengernyit.

"Hai, Resta. Em... kalau boleh tau, kamu udah milih UKM belum?"

Kecepatan centang abu-abu berubah menjadi centang biru masih sama, tetapi kali ini tampaknya orang bernama Resta itu berpikir lebih lama sebelum mengetik jawaban. Talisha si overthinker pun mulai menggigit jari, takut pertanyaannya terlalu sensitif. Eh, tunggu, memangnya bertanya soal UKM itu sensitif, ya?

"Ya! Aku UKM Wushu. Kamu mau join, Talisha?"

"Wushu? Itu apaan?" Talisha tak perlu waktu lama untuk menekan tombol kirim.

Dan, Resta membalas sama cepatnya, "Wushu itu seni bela diri dari China. I bet you'll like it. Mau nonton video UKM kami dulu?"

UKM kami? Mengapa Resta mengatakan itu seolah-olah dia sudah lama bergabung dengan UKM itu?

"Boleh." Akhirnya hanya itu yang terkirim.

Resta membutuhkan waktu sekitar tiga puluh delapan detik sebelum mengirimkan tautan YouTube pada Talisha. Sepuluh detik selanjutnya dihabiskan untuk mengetik pesan yang ... waw, ternyata cukup panjang.

"Itu video dokumentasi dari promosi UKM Wushu di kegiatan OSPEK tahun lalu, yang offline. Nah, karena sekarang online, kami cuma bisa kasih video. Maaf, ya :(. Semoga ini nggak mengurangi keinginan kamu buat gabung di UKM Wushu."

Belum sempat Talisha mengetik balasan, satu bubble chat lagi muncul di bawahnya.

"Kalau kamu mau informasi lebih lanjut tentang UKM Wushu, boleh banget join roadshow kami sore ini, ya. Sebentar lagi aku kirim link Zoom Meetingnya. Tenang aja, nggak harus on cam dan nggak ada aturan pakaian kayak OSPEK, kok! Kita santai aja. Dan, aku tunggu banget kabar baik dari kamu buat daftar UKM Wushu!"

Otak Talisha rasanya sedang berputar-putar. Memang tidak ada bahasa ataupun penempatan kata yang aneh pada kalimat Resta, tetapi ini terdengar aneh. Dari tadi, anak itu mengajak Talisha masuk UKM Wushu seolah-olah dia adalah senior di sana. Apa mungkin dia memang bergabung UKM lebih dulu? Atau ... jangan-jangan, dia memang senior?

Talisha memelotot. Cepat-cepat dia mengecek kembali room chat grup angkatannya untuk memastikan siapa Resta. Namun, saat berusaha menggulir seisi pesan, satu notifikasi baru muncul di atas layar. Dari Resta.

"Omong-omong, aku dari angkatan 2019. Semoga kita bisa jadi teman akrab di UKM Wushu, ya, Talisha!"

Mampus gue!

***

"Selamat sore semuanya. Wah, ternyata sudah banyak yang join, ya. Karena sudah pukul delapan belas nol nol, bisa kita mulai saja, ya, kegiatan roadshow-nya."

Talisha menjatuhkan punggungnya di kursi. Dia ingin mengatakan bahwa dirinya dijebak, tetapi kemudian sadar bahwa dia sendirilah yang menjebakkan dirinya. Mengapa pula dia secara acak menghubungi orang tanpa mengecek terlebih dahulu, padahal memang ada beberapa kakak tingkat yang sedang menyelundup ke dalam grup angkatan untuk menyampaikan informasi soal UKM-UKM mereka.

Layar laptop sekarang sedang menampilkan penayangan slide-slide powerpoint yang berisi materi pengenalan UKM Wushu. Talisha sama sekali tidak mengerti apa isinya. Dia hanya manggut-manggut sambil memandangi wajah ketua UKM yang terlihat pada pojok kiri atas. Ternyata ganteng.

Deretan prestasi para atlet UKM kini ditampilkan silih berganti. Talisha sesekali memelotot melihat kehebatan mereka, tetapi tetap saja dia merasa tidak tertarik. Menjadi atlet bela diri benar-benar terlalu jauh dari semua cita-cita dan angan-angannya yang paling gila sekalipun.

"Nah, kalau soal sistem pelatihan, kayaknya bakal lebih afdol kalau dijelasinnya langsung sama divisi kepelatihan, ya. So, untuk sistem pelatihan bakal dijelasin sama Kak Garuda, ya, Guys."

Sementara si pembicara memamerkan deretan prestasi yang pernah diraih oleh Garuda yang katanya seorang atlet itu, Talisha sedang sibuk memikirkan UKM lain yang sekiranya lebih matching dengan dirinya yang mageran itu. Adakah UKM tidur? Atau sejenisnya yang bisa memberikan SKP--satuan kredit partisipasi--tanpa harus menyumbang keringat?

"Halo. Ya, seperti yang sudah diperkenalkan sebelumnya, namaku Garuda Kesawa ...."

Talisha tersentak saat suara itu muncul. Cepat-cepat dia meraba telinga, memastikan bahwa sedang tidak ada benda yang tersumpal di dalamnya. Tidak ada. Benar-benar tidak ada. Tapi suara itu?

"Jadi, sistem kepelatihan di UKM kita ini ...."

Suara itu berasal dari laptop! Talisha memelotot. Dia mendekatkan telinganya ke speaker, memastikan bahwa anggota tubuhnya itu sedang tidak ikut-ikutan eror seperti Esa.

"Nah, untuk tempat latihan sendiri, kita sebenarnya punya dua. Ada di ...."

Tidak. Itu benar-benar berasa dari laptop. Bagaimana mungkin suara itu bisa keluar dari laptop? Talisha yakin seyakin-yakinnya bahwa suara itu adalah suara Esa, suara yang setahun belakangan ini menemani hari-harinya. Tapi, bagaimana mungkin?

Talisha menggeleng-geleng. Cepat-cepat dia mengambil Esa dari laci meja dan segera menancapkan buds-nya di telinga. "Sa? Sa? Esa? Lo bisa denger gue, nggak?"

"Baik, sekian saja yang dapat aku sampaikan, mungkin aku kembalikan ...."

Tidak ada balasan dari Esa. Hanya suara dari laptop yang dapat terdengar. Tunggu, mengapa suara Esa dan Garuda terdengar benar-benar sama? Mengapa Esa tak kunjung muncul padahal biasanya dia selalu ada saat Talisha memanggilnya?



***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***



With love,

Dhea Dusak

Find Me through Your EarsWhere stories live. Discover now