30

22.1K 2.4K 835
                                    

Mark menguap, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku diatas kursi. Guru ganteng itu berpaling, mendesah lelah melihat tumpukan tinggi kertas soal murid-muridnya yang baru selesai remedial. Iya, termasuk punya Haechan.

Serius, Mark tahu jika anak tengil itu tidaklah terlalu pintar tapi rangking 289 dari 290 siswa!? BOOM! MARK PENGEN MELEDAK!

"Astaga.." Dengusnya capek sambil memijit pelipisnya. Namun tak lama dengusan itu tergantikan dengan sebuah tawa gemas kala mengingat pembelaan si bocah.

"... Saya tuh udah usaha saem, ya tapi gimana tiap saya mikir jawabannya yang terbayang malah muka Mark saem!"

Alasan macam apa itu! Tapi anehnya Mark seneng dengernya. Arggh gila! Mark udah gila! Bisa-bisanya dia lemah sama alesan bodoh kayak gitu.

Ah sial~ sekarang dia malah kangen anak tengil itu.

Mark lirih jam dalam laptopnya, jam 9 malam. Kira-kira Haechan lagi ngapain ya? Udah makan malam apa belum? Apa dia lagi baca komik lagi? Apa mungkin lagi di omelin sama orang tuanya?

Mark menggeleng pelan, kayaknya engga akan diomelin. Johnny dan Ten bukan tipikal orang tua yang berpacu sama nilai, yaa paling cuma lagi diledekin habis-habisan.

Guru tampan itu kembali terkekeh, membayangkan wajah cemberut Haechan yang kesal karena nilainya terus diejek. Pasti lucuk banget!

Tok.. Tok.. Tok..

Lamunannya terhenti kala suara ketukan pintu terdengar.

"Mark, mama boleh masuk?"

Mark menoleh, melepaskan kacamatanya. "Iya Ma, masuk aja"

Pintu kamar terbuka, menampilkan wajah cantik Sungkyung yang melongok kedalam. Wanita cantik itu tersenyum kecil melihat anaknya dan langsung melangkah masuk, membiarkan pintu terbuka lebar.

"Kenapa Ma?"

Sungkyung hanya diam, mengigit bibir bawahnya dengan sorot ragu membuat Mark memicing tajam. Perasaan Mark engga enak, ibunya bikin masalah lagi apa gimana ini?

"Mama jangan bikin aku deg-degan, serius ada apa?" Tanya Mark was-was dan makin gelisah saat ibunya itu malah menunduk. "Mama bikin masalah apa lagi?"

"Mama engga bikin masalah ya!" Sungut Sungkyung sambil mencebik yang justru membuat Mark makin heran.

"Ya terus apa? Jangan bikin Mark grogi"

Sungkyung berdehem kecil, mendekati meja kerja sang anak yang penuh tumpukan soal. Dia letakan sebuah buku tabungan dan mendorongnya pelan ke depan Mark, membuat alis sang anak bertaut bingung.

"Ini apa?" Tanya Mark was-was sambil mengambil buku kecil itu dan kedua matanya seketika terbelalak lebar melihat deretan angka yang tercetak.

"Mama dapet uang sebanyak ini dari mana?! Mama ngambil pinjaman lagi!!??" Mark berpaling cepat, memandang shock ibunya yang masih bergeming.

Sungkyung masih diam, namun jari lentiknya meraih tangan kasar anaknya dengan lembut.

"Ma-"

"Itu sebagian gaji mama yang udah mama tabung dari kamu kecil... Mama siapin buat kebutuhan pendidikan dan nikah kamu nanti, atau mungkin kamu mau beli rumah sendiri..." Ucapnya lirih dengan wajah tertunduk membuat Mark terkesiap, sama sekali tak menyangka akan ucapan sang ibu.

"Dan ini..." Kembali Sungkyung serahkan buku tabungan yang lain kehadapan Mark. "Ini tabungan yang Mama bikin khusus buat kebutuhan rumah tangga kamu nanti..."

DI CULIK? | MarkHyuck☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang