13

20.4K 2.7K 759
                                    

Setelah hari kepulangan Haechan, tak ada perubahan yang berarti. Setiap hari berjalan seperti biasa, seakan tak ada apapun yang terjadi. Begitupun disekolah -senin, selasa, rabu, kamis Haechan dan Mark tetap menjalankan kehidupan masing-masing, seakan adegan penculikan itu tak pernah ada.

Jika ada sedikit perubahan mungkin terletak pada tatapan mata Haechan. Setiap sosok Mark terlihat -baik di koridor ataupun dikelas, kedua mata bulat itu akan menyipit untuk menatap tajam wajah tampan sang guru. Melihatnya dengan begitu intens seakan ada fitur laser dalam pupil matanya.

Sejujurnya Haechan masih dendam karena Mark meninggalkan begitu saja, sangat dendam malah! Maksudnya, seorang tuan muda Seo Haechan ditinggalkan begitu saja! Haechan sangat amat tidak terima!

".. Yak, kalo ngarang cerita tuh yang masuk akal sedikit. Jadi gua bisa pura-pura percaya"

Haechan menoleh cepat, mendecak sebal melihat wajah tak percaya Renjun. Sekarang mereka sedang berada dikelas dengan Renjun yang setia mendengarkan ceritanya.

"Lu gak percaya?"

"Hm" Angguk Renjun. "Sangat engga masuk akal seorang guru teladan kayak Mark saem nyulik lu cuma buat ngelunasin utangnya, terus akhirnya nganterin lu pulang karena besok lu harus sekolah" Renjun engga percaya, serius cerita Haechan ini terlalu aneh buat jadi nyata. Ini sahabatnya lagi halu apa gimana?

Renjun letakan telapak tangannya di kening Haechan, mengukur suhu tubuh si tan dan mendecak yakin kala kepala coklat itu terasa hangat. "Hm... Pantes! Anget!"

"Brengsek! Gua gak sakit ya!" Tepis Haechan jengkel. Apa-apaan temen kerdilnya ini! Abis pulang kampung ini bocah jadi makin nyebelin.

"Dengerin! Gua engga bohong apalagi ngarang. Kalo lu engga percaya, tanya aja sendiri sama Mark saem!"

Kedua mata Renjun memicing, skeptis akan pembelaan sang sahabat tapi mulai percaya kala melihat wajah serius Haechan yang jarang remaja tan itu tampakkan. "Ok, ok gua percaya.."

"Tapi, kalo lu tahu Mark saem nyulik lu.. Kenapa engga lu laporin polisi?"

Haechan terdiam, arah matanya naik untuk memikirkan pertanyaan Renjun. Sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba bibir ranum itu tersenyum lebar kala mengingat tingkah polos menyerempet bodoh saat Mark menculiknya.

"Ah, kayaknya gara-gara Mark saem gemes"

"Hah?"

Haechan balik menatap Renjun, tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar antusias. "Mark saem itu gemes banget Njun! Kayak- aakkk gemes!" Pekiknya girang ala fangirl.

Si remaja Jilin cuma bisa melongo akan tingkah ajaib sahabatnya. Fix, ini sih Haechan bukan lagi halu tapi gila.

Pekikan Haechan terhenti dan terdiam seketika saat tiba-tiba jantungnya berdebar kencang hanya karena memikirkan Mark. Semua hal tentang gurunya itu mendadak terlintas di kedua matanya, seakan tengah mengalami kilas balik semua momen bersama Mark.

Tanpa sadar Haechan sentuh dadanya, merasakan debar yang semakin tak terkendali saat bayang-bayang wajah tampan itu terus melintas. Membuat si remaja kembali mematung. Mungkin bukan hal besar, karena setiap orang pasti pernah terbayang wajah orang lain.

Tapi masalahnya adalah dalam penglihatan Haechan, wajah Mark terlihat begitu bersinar seakan ada cahaya matahari yang menyorotnya secara langsung. Dengan dilatarbelakangi guguran bunga sakura yang bergerak seperti slow-mo saat bibir tipis itu tersenyum lembut padanya. Ditambah dengan hembusan halus angin yang entah tiba-tiba datang dari mana, mulai menerpa halus wajah sang guru hingga wajah tampan itu terlihat penuh kilauan berbumbu filter pink lope lope di udara..

DI CULIK? | MarkHyuck☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang