5. Tebakan Telak

1.3K 161 6
                                    

Tidak bisa terus terlarut dalam permasalahan yang Aruni sendiri tidak tahu di mana titik penyelesaiannya. Maka hari ini Aruni memutuskan masuk kampus, mengikuti dua mata kuliah dari jam setengah sembilan sampai jam dua belas. Sebisa mungkin dia berusaha untuk tak bertemu dengan sahabat-sahabatnya, mereka semua adalah anak tehnik, sementara Aruni adalah anak ekonomi. Tidak sulit baginya menghindar karena memang gedung fakultasnya berbeda. Pagi tadi Vano yang mengantarnya, siang ini juga sepertinya akan minta dijemput Vano. Abangnya itu memang bukan pengangguran, tapi tadi pagi sekalian berangkat ke kantor dan siang ini sekalian makan siang.

Aruni mendudukkan dirinya, menatap orang-orang berlalu lalang, dia tidak rusak dan tidak ada yang berubah darinya. Hari ini semua orang menyambutnya seperti biasa, dia bisa menjalani hari sebagaimana mestinya, presentasi di depan kelas dan menatap tegak menantang dunia.

Sesuatu telah hilang dari tubuhnya, tapi dia tidak pernah kehilangan diri sendiri. Dia masih sosok berharga yang memang harus menghargai dirinya sendiri.

Ponselnya berdering, Alzam meneleponnya, kalau seseorang yang sangat tidak suka bertelepon seperti Alzam sudah turun tangan meneleponnya, sudah pasti ada sesuatu yang sangat penting.

Aruni menempelkan ponselnya ke telinga.

"Ada apa?" tanyanya to the point, dia masih dalam fase menghindar, baik Okxy maupun Alzam atau Ghazi, mereka bisanya satu paket, jadi jika Aruni menghindari salah satunya, yang lainnya juga harus dihindari.

"Nonton yuk."

"Biasanya lo nggak suka, katanya buang-buang waktu."

"Demi lo, biar nggak kepikiran mabok lagi."

Aruni menghela napasnya, kalau dipikir-pikir apa yang terjadi karena ulahnya sendiri, dia sendiri yang penasaran dan rasa penasaran itu malah membawanya ke sini, pada sebuah permasalahan besar yang dia tidak pernah tahu akan bagaimana penyelesaiannya.

"Yuk ya?"

"Berempat?" tanya Aruni, dia sungguh sanggup bertemu dengan Okxy, mereka baru saja melalui sesuatu yang berat dan satu sama lain memang rasanya tidak siap bertemu sekarang.

"Bertiga, Okxy nggak ngampus hari ini."

Aruni berpikir sejenak, kenapa? Kalau dipikir-pikir lagi, tentu saja bukan hanya Aruni yang patah, Okxy juga, cowok itu pasti tengah di hantui oleh rasa bersalah sekarang.

"Nggak deh." Kalau Okxy tidak, maka dia juga tidak, mereka masih harus memahami apa yang terjadi, butuh waktu untuk mereka kembali bersenang-senang.

"Kalian berdua kenapa sih?" tanya Alzam. "Jangan bikin curiga deh."

"Nggak apa-apa, gue cuma menyesali beberapa hal dari mabok. Kayaknya nggak bakal lagi deh."

"Nah, itu apa gue bilang. Nggak ada kebaikan dari mengonsumsi minuman keras. Kalian semua emang harus tobat. Istigfar Yun, banyak-banyak minta maaf sama Allah."

Aruni mengangguk, iya benar kata Alzam tidak ada kebaikan di dalamnya, seharusnya memang Aruni tidak mengikuti nafsu setan dalam dirinya, sehingga semua ini tidak akan pernah terjadi.

"Jadi nggak mau nih?" tanya Alzam memastikan, mereka kalau berangkat harus sepaket berempat, kalau ada yang kurang, rasanya sangat kurang.

"Nggak, gue mau istirahat, ada banyak tugas juga."

"Ya udah deh, lo nggak jadi, gue nggak jadi, Ghazi pasti juga nggak jadi."

Aruni menghela napas, seharusnya teman-temannya pergi saja, tapi memang selama ini mereka selalu menjaga perasaan antara satu dengan yang lainnya.

"Oke deh, gue tutup ya."

Aruni lantas mematikan sambungan, dia sedikit merasa bersalah karena sebab dirinya teman-temannya jadi tidak bisa berkumpul.

Okxy :

'Maafin gue Yun.'

'Maaf.'

'Maaf.'

'Gue nggak bisa tidur.'

'Gue harap lo selalu baik-baik aja.'

Itu adalah pesan-pesan yang Okxy kirim sehari setelah kejadian itu, sekarang Aruni malah semakin mengerti bahwa persahabatan mereka tulus, Okxy merasa sebersalah itu, padahal semua itu tidak sepenuhnya salahnya. Aruni menghela napas, berharap kalau semua hal segera membaik.

Aruni :

'Lupain semuanya.'

'Mari kembali bertindak seolah nggak ada yang terjadi.'

***

Malam hari jika hujan turun apalagi rintik-rintik gerimis, maka mereka akan langsung meluncur ke rumah Arini meminta dimasakkan mie instan. Karena itu sudah menjadi semacam rutinitas, maka hari ini Alzam rela mengeluarkan mobilnya, menjemput Ghazi kemudian Okxy. Mereka harus ke rumah Aruni agar bisa menikmati mie instan buatan Aruni. Hujan tanpa mie instan bak sayur tanpa garam, bak siang tanpa malam, tidak lengkap.

Selama inu mereka ke mana-mana menggunakan mobil Okxy, demi berkumpul dengan khidmat sembari menikmati sepiring mie instan, akhirnya Alzam mengalah, mengeluarkan mobilnya.

Keduanya sampai di rumah Okxy, Okxy adalah anak tunggal kaya-raya, rumahnya sangat luas dan beberapa ruangan di rumah itu sering menjadi basecamp mereka. Mereka langsung masuk, karena kalau pakai acara memanggil mereka harus meminjam toa masjid karena dapat dipastikan Okxy tidak akan dengar. Mereka menyalami tangan kedua orang tua Okxy yang sedang bersantai di ruang keluarga. Setelah itu langsung berjalan menuju kamar Okxy. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Okxy dengan kaus kutang, celana pendek tengah memetik gitar, Okxy sangat mudah ditebak, sekarang dia pasti sedang galau makanya bermain gita. Ghazi menatap Alzam, keduanya saling berpandangan, seingat mereka cewek terakhir yang menjadi pacar Okxy putus sekitar empat bulan lalu.

"Lo lupa sama aktifitas kita kalau lagi hujan begini?" tanya Alzam.

"Gue nggak ikut."

Tentu saja Okxy tidak pernah lupa, sekarang dia hanya sedang tidak mau.

Ghazi melongo, benar-benar tak menyangka kalau usaha Alzam membawa mobilnya akan menjadi sia-sia begini.

"Lo menolak mie instan masakan Aruni? Sehat lo?" tanya Ghazi, mie instan buatan Aruni sangat nikmat dan Okxy akan rugi jika melewatkan itu.

Okxy terdiam, menjeda petikannya.

"Aruni juga pasti nggak mau." Hanya sebuah tebakan, tapi sepertinya akan benar. Cewek itu pasti sedang badmood sekarang.

Ghazi berjalan mendekat ke Okxy, memegang kedua bahu sahabatnya itu.

"Keluarlah setan pemalas!"

Okxy hanya menatapnya malas, lelucon basi.

"Gue baik-baik aja."

"Tapi mageran kayak gini bukan lo banget."

Okxy hanya menghela napasnya, dia tidak harus menjelaskan apa pun pada teman-temannya, bukan?

"Kayaknya gue tau sesuatu? Lo nggak nidurin Aruni, 'kan?"

***

Jadi apa jawaban Okxy?

Wkwkwkwk

On Your Dream WeddingWhere stories live. Discover now