Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
"Yoo DJ park!" Ji-Sung yang baru saja akan turun dari atas panggung melambaikan tangan pada para penggemarnya yang berteriak heboh. Ji-Sung adalah anak sekolahan berumur 17 tahun yang menjadi seorang DJ lumayan sukses di beberapa bar menjadi tempatnya menampilkan keahlian dalam memainkan alat tersebut.
Beberapa wanita datang mengerumuninya dan meminta tanda tangan seakan-akan Ji-Sung adalah seorang idol saja. Untuk hal ini Ji-Sung merasa sedikit canggung sebenarnya. Sebab ia menjadi DJ hanya untuk mendapatkan uang juga menyalurkan hobinya saja. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa ia akan memiliki penggemar yang lumayan banyak. Bahkan pengikut di akun Ig nya pun melonjak drastis. Bisa di bilang ia sekarang adalah ulzzang boy di negeri ini.
Mungkin ketenaran nya sekarang adalah bonus yang menguntungkan. Karena adanya mereka membuat Ji-Sung lebih sering di undang untuk tampil di beberapa bar di kota ini.
Ji-Sung memberikan apa yang para wanita itu inginkan dan segera keluar dari bar melalui pintu belakang bersiap untuk segera pulang ke apartemennya. Apartemen kosongnya karena Ji-Sung tinggal di kota besar ini hanya sendirian saja. Beberapa bulan kedepan ia akan masuk ke salah satu universitas untuk melanjutkan pendidikannya. Dan karena tidak ingin merepotkan orang tuanya. Inilah alasan terbesar mengapa Ji-Sung menjadi DJ dadakan seperti ini.
Ji-Sung membuka ponsel canggihnya dan menemukan beberapa notif yang ia dapat dari benda pipih itu. Ji-Sung membuka Ig nya dan terkekeh pelan berfikir siapa saja 30 ribu orang yang mengikutinya di Ig?.
Setelah bermain dengan ponselnya beberapa saat sambil bersandar pada dinding belakang bar Ji-Sung segera mengambil motor besarnya untuk pulang. Hari sudah semakin larut dan besok ia harus sekolah!.
. . . . .
Suara alarm di ponselnya telah berbunyi sedari tadi. Namun Ji-Sung hanya mematikannya hingga alarm itu berbunyi memekakkan telinga kembali. Ji-Sung membenamkan wajahnya di dalam bantal dan berteriak frustasi sebelum terduduk di atas ranjangnya dengan selimut yang merosot menutupi dada telanjangnya.
