Chap 40

1.7K 244 6
                                    

🐟Happy Reading🐟

"Kau bercanda!"

"Aku serius." Sanggah Roni sambil mengangkat kedua tangannya diatas kepala. Reane meraup wajahnya gusar. Kesialan bertubi-tubi datang padanya hari ini. Bisa-bisa ia darah tinggi.

'Aku jadi ingat Niel kalau begini.'

Reane meletakkan tangannya didagu, memaksa otaknya untuk berpikir.

"Kau bawa senter?" Tanya Reane pada Roni, setidaknya ia ingin berusaha sendiri jika pemuda didepannya tidak berniat membantu.

"Tidak." Jawab Roni.

"Dasar! Bagaimana bisa kau tidak membawa barang penting seperti itu?" Cemooh Reane, Roni terkekeh.

"Memangnya kau bawa?"

"Ti-tidak juga sih, tapi kan--"

"Berarti sama saja." Potong Roni sambil menjulurkan lidahnya. Wajah Reane memerah, antara marah dan malu bercampur didalam dirinya.

Reane berjalan menuju tembok, lalu bersandar disana. Ia menatap lorong gelap tanpa penerangan sedikitpun. Hanya ada cahaya redup dari sinar bulan yang menembus jendela kaca.

"Tapi aku bawa ponsel, ayo kita cari jalan keluar bersama." Ajak Roni tersenyum lebar. Reane menatap Roni dari atas ke bawah. Matanya menelisik, mencari niat terselubung Roni.

"Baiklah, tapi awas jika kau berani macam-macam!" Ancam Reane dengan mata menajam. Roni mengangguk sambil tersenyum, lalu berjalan mendahului Reane. Reane mengekori Roni dengan sedikit jarak.

"Bagaimana kalau lewat lorong itu saja?" Tanya Roni menunjuk lorong sebelah kanan, di persimpangan.

"Hm." Jawab Reane.

"Tidak sekalian mencari benda khusus atau apa itu? Siapa tahu kita bisa menang?" Tanya Roni tanpa melihat Reane, matanya berfokus pada jalanan didepannya.

"Tidak ah! Aku takut terkunci lagi." Tolak Reane, Roni tersenyum geli didepannya.

"Kau bisa keluar duluan, lagi pula aku bukan lelaki berengsek yang berani meninggalkan perempuan." Ujar Roni percaya diri, Reane mendelik. Ia mengusap telinganya, berharap salah dengar.

'Dih! Kau saja membunuh Adim dulu!'

"Terserah."

"Jadi mau?" Tanya Roni memberhentikan langkahnya. Reane juga memberhentikan langkahnya, ia mengangkat satu alisnya.

"Mau apa?"

"Cari barang-barang itu."

"Kapan aku bilang begitu?" Reane mengikuti arah pandang Roni yang menyorot pada sebuah ruangan yang begitu gelap.

"Tadi, kau bilang 'terserah'. Jadi terserahku kan?" Tanya Roni sambil membuka pintu tersebut. Reane memegang tangan Roni untuk menghentikannya.

"Kau yakin? Tidak takut hah?" Reane melepaskan tangan Roni yang menggenggam gagang pintu. Roni mengalihkan atensinya untuk berfokus penuh pada Reane.

"Takut apa? Kau pikir aku itu sepertimu?" Tanya Roni mengejek, Reane menatap tajam Roni.

"Wajar karena aku perempuan!" Sanggah Reane kesal.

"Dan disini ada aku yang laki-laki. Bukankah pangeran akan selalu melindungi putrinya?"

"Jangan melantur! Lagi pula aku tidak suka menjadi putri." Reane menatap netra hitam Roni. Begitu pula sebaliknya. Mereka berada dalam posisi itu cukup lama.

"Kenapa?"

"Tidak tahu, jadi masuk tidak?" Tanya Reane mengalihkan topik pembicaraan.

"Katanya tadi tidak mau?" Goda Roni sambil membuka pintu, Reane hanya mendengus sebal. Karena setelah dipikir-pikir tidak ada ruginya mencari benda-benda itu. Lagipula mungkin ini bisa jadi latihan agar dirinya tidak takut pada hal seperti ini lagi.

Masuk Kedalam Komik BL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang