Sejenak menatap Eshika yang sedikit menggerakkan bibirnya untuk senyum kecil yang hanya mampu dilihat oleh mata Tama, cowok itu kemudian berkata.

"Kamu kalau mau ngajak Eshika jalan ya nggak apa-apa. Aku nggak ikut kok. Tenang aja."

Reki menggoncang-goncang pundak Tama. Mungkin berpikir bahwa Tama saat itu sedang mengalami sedikit kesalahan dalam berpikir hingga bicara seperti itu.

"Bukannya kamu dapat tugas untuk selalu ngikutin ke mana Eshika pergi ya, Tam?"

Tama melirik pada Reki. "Emang sih. Tapi, ya sekali-kali kan Eshika mau juga jalan nggak ada aku," jawabnya enteng. "Lagipula, mungkin aja mereka berdua punya hal-hal yang mau diceritakan. Pasti nggak nyaman kalau ada kita."

Velly dan Reki kembali melongo untuk beberapa saat sementara Eshika mencoba agar pipinya tidak merubah merona mendadak.

"Be-bentar deh, Tam," kata Reki. "Apa coba yang mau mereka bicarakan sampe-sampe kehadiran kita bisa buat mereka nggak nyaman?"

Pertanyaan itu langsung diambil alih oleh Eshika. "Ki, kami punya girl talk. Emangnya kamu mau dengerin kami ngoceh cara milih pembalut yang enak dan nyaman? Yang nggak buat gerah seharian?"

Tama dan Reki terbatuk seketika, sementara Velly terlihat mengulum senyumnya.

"Yah kalau kalian nggak masalah sih ya nggak apa-apa," kata Eshika geli.

Mendengar perkataan Eshika, Tama justru memanas-manasi Reki. "Kalau kamu mau, ya kamu aja deh, Ki, yang nemeni mereka. Kalau aku sih nggak. Ngebayanginnya aja udah buat aku merinding."

Eshika tersenyum mendengar perkataan Tama. Lalu, Tama terlihat beberapa detik menatap lekat pada Eshika sebelum berkata.

"Aku duluan, Ki. Having fun buat girl talk-nya ntar ya?"

Reki melotot melihat Tama yang melepaskan diri dari rengkuhan pundaknya dan justru langsung berjalan keluar dari kelas. Hingga kemudian Reki hanya mencibir pada Velly sebelum ia menyusul Tama ke luar.

"Tam .... Tam ...."

Tama tak menoleh. Terus saja berjalan sampai Reki yang berlari dapat menyusul dirinya yang tengah menuju ke parkiran.

"Apa sih? Berisik amat jadi cowok."

Di sela-sela napasnya yang sedikit kacau, Reki bertanya. "Beneran kamu nggak mau ngikutin Eshika pergi?"

Tama menggeleng.

"Katanya Mami dia nyuruh kamu buat ngekorin dia ke mana aja."

"Emang," kata Tama malas.

"Terus kenapa kamu biarin Eshika pergi tanpa kamu?"

Langkah kaki Tama terhenti. "Tenang aja. Eshika udah tau salah dia kemaren itu apa, jadi dia nggak bakal mengulanginya lagi. Lagipula ...." Tama mengusap pelipisnya. "Kalau kamu emang mau jalan sama Velly, ya mbok jangan jadiin aku dan Eshika sebagai tumbal dong."

"Eh?"

Mata Reki melotot.

"Ada sih yang bilangnya lebih pemberani dari aku," ejek Tama. "Eh, tapi cuma mau ngajak jalan aja masih pake alasan. Ih!"

"Eh eh eh!"

Tama bergidik. "Pengecut banget sih jadi cowok."

"Tam .... Tam ..., hati-hati ya kalau ngomong," kata Reki. "Yang mau jalan sama Velly siapa?"

Maka Tama kemudian berbalik. Menatap tajam pada Reki. "Jadi, maksud kamu adalah kamu mau jalan sama Eshika?" tanyanya tajam. "Iya?"

"Eh?"

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα