62. Interogasi

757 58 0
                                    

"Ye ye ye ye ye!"

Velly terlihat bersorak berulang kali ketika bel pulang sekolah telah berbunyi. Ia tampak begitu bersemangat merapikan dan menyusun semua buku pelajarannya ke dalam tas ranselnya. Eshika yang duduk di sebelahnya terlihat mengulum senyum mendapati kelakuan Velly yang seperti itu. Tak mengira Velly akan sesenang itu hanya karena bisa jalan-jalan bersama dirinya sehabis pulang sekolah.

Velly berdiri dari kursinya. "Kita langsung, Esh?"

Eshika turut berdiri seraya menyandang tas ranselnya. Ia mengangguk. "Langsung aja deh. Biar bisa puas muter-muternya."

Tapi, ketika mereka baru saja akan beranjak dari meja mereka mendadak terdengar suara Reki menyeletuk dari belakang.

"Eh eh eh! Kalian kayaknya mau jalan nih ya?"

Velly mencibir menyambut Reki yang mendekat. "Emang."

Reki sedikit memutar tubuh ke belakang. Menunggu kedatangan Tama dan menghentikan langkah kaki cowok itu dengan merengkuh pundaknya. Tama menoleh.

"Kenapa?"

Reki nyengir. "Ini cewek berdua mau pada pergi jalan, Tam," katanya pada Tama. "Kasihan kalau nggak ada yang jagain."

Dahi Tama mengerut. Tapi, ia memilih diam dan tidak berkomentar apa-apa.

Tak mendapat respon Tama, akhirnya Reki kembali berkata.

"Gimana kalau kita temeni?"

"Eh?"

"Eh?"

"Eh?"

Tiga orang kompak mengucapkan kata kesiap yang sama. Membuat Reki mengerjap-ngerjapkan matanya. Salah tingkah iya, bingung pun iya.

"Ehm ... emangnya ada yang salah ya dengan omongan aku barusan? Kok pada kompak gitu kagetnya?"

Velly mencebik. "Ngapain juga kamu mau nemeni aku dan Eshika jalan? Kayak yang kurang kerjaan aja sih jadi cowok."

Masih dengan posisi tangannya yang berada di atas pundak Tama, ia tersenyum saja. "Bukannya kayak kami yang kurang kerjaan, Velel. Tapi, sebagai cowok, kami ini ngerasa peduli dengan kalian."

Tama melongo mendengar perkataan Reki.

Sejak kapan Reki peduli dengan Eshika dan Velly?

"Kalian itu cewek. Bahaya pergi tanpa ada kawalan cowok. Dunia saat ini sangat berbahaya untuk kalian."

"Eh?" Tama mengernyit. "Maksud kamu kita semacam bodyguard gitu?"

Reki manggut-manggut. "Aku tau. Kita emang kelewatan cakepnya buat jadi bodyguard."

Eshika menatap Tama dengan sorot bingung. Tama mengangkat bahunya sekilas. Tidak mengerti dengan Reki.

"Dengar, Ki," kata Velly kemudian. "Kami bakal baik-baik aja kok. Kami jalannya bukan ke kuburan yang sepi, tapi kami mau muter-muter mall gitu."

Reki geleng-geleng kepala. "Bahaya bisa ada di mana saja. Jadi, lebih baik antisipasi sebelum bahaya menghampiri."

Velly menghela napas. "Akan menjadi lebih berbahaya kalau kamu dan Tama ikut." Tapi, sejurus kemudian sorot mata Velly berubah. Ia beralih pada Tama. "Tam ..., kamu mau ngekorin aku dan Eshika jalan siang ini?"

Mata Reki berkilat mengejek. "Tuh kan tuh kan. Lupa kan?" tanyanya geli. "Kan Eshika nggak boleh pergi kalau nggak ada---"

"Nggak kok, Vel," ujar Tama memotong perkataan Reki.

Dan terang saja perkataan Tama barusan itu membuat Velly dan Reki sama-sama melongo.

"Eh? Apa tadi kamu bilang, Tam?" tanya Velly mencoba meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah menangkap kata-kata yang keluar dari mulut Tama.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Donde viven las historias. Descúbrelo ahora