05 |• KENAPA?

382 98 116
                                    

Haii sini absen dulu..

Jangan lupa nyalain datanya !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa nyalain datanya !!

Happy Reading ><

sedih banget waktu malem dah ngetik panjang dan udah dibagus-bagus in kata-kata nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

sedih banget waktu malem dah ngetik panjang dan udah dibagus-bagus in kata-kata nya. eh pas paginya kehapus. mana diriwayat revisi nya gak ada. jadi harus ngetik ulang huaa.

☘☘☘

Dengan memendam perasaan yang kesal Aldara berjalan menuju toilet cewek disekolah ini, dia berjalan cepat lalu menutup salah satu pintu toilet itu dengan cukup keras. Hingga beberapa siswi disana terkejut akan asal kerasnya suara tersebut. Mereka semua kompak mengira bahwa Aldara kali ini sedang kesurupan. Padahal gadis itu tengah manahan amarah pada dirinya sendiri. Mungkin yang dialaminya saat ini tak begitu sesuai apa yang dia harapkan.

"Aldara bukan sih?"

"Kayaknya iya deh.."

"Ish serem banget, masa datang-datang langsung marah kayak gitu sih? Jangan-jangan dia kesurupan?"

"Mungkin aja.. Ayok ah takut mending kita cabut lagi ke kelas yok."

Semuanya kompak mengangguk. "Ayok"

Beberapa siswi itu berlari tuk masuk ke kelas mereka masing-masing.

"Dikira keren lo nolak gue kayak gitu? Nyesel gue suka sama banci kayak lo." Celetuk Aldara didalam kamar mandi.

Wajah gadis itu sampai memerah karna memendam amarah pada William. Dia mengepal erat jemari-jemari tangannya.

Aldara menghembuskan napasnya panjang. "Cowok bukan cuma lo doang, lo kira gue serius suka sama lo gitu? Nggak sih gue iseng doang."

.....

Kelas 12 IPS 1. Sedari pagi belum ada satu gurupun yang masuk kedalam kelas tersebut. Karna tepat hari ini seluruh guru yang mengajar kelas 12 sedang mengadakan rapat secara mendadak.

Sementara itu murid dikelas ini hanya bisa menikmati jam kosongnya dengan berbagai macam. Ada yang tengah rebahan di atas lantai, ada segerombolan orang yang tengah menggibah, dan ada juga yang tengah membucin. Pokoknya macem-macem deh.

Gilang Dirgantara, beserta seluruh anggota inti gengnya itu tengah asik berkumpul, namun tidak ada percakapan yang begitu penting diantara mereka semua.

Sedari tadi Reza hanya bisa mengamati Azka dengan heran. Bisa-bisanya Tuhan cipta—in manusia seunik Azka. Dimana yang lainnya hanya diam atau bermain untuk menghabiskan masa jamkosnya justru cowok itu memilih untuk membaca sebuah buku sejarah yang ia pinjam tadi pagi dari perpustakaan.

Terlihat serius dan mendalami saat membacanya, melihat itu Reza berniat untuk sedikit menjahilinya, dimana saat itu Reza dengan sengaja mengambil buku yang tengah Azka baca. Lalu membaca tulisan yang saat dilihat saja sudah terasa hawa kantuknya.

"Apa lo nggak bosen baca buku terus?" ucap Reza.

"Kenapa harus bosen? Selagi itu bisa jadi keuntungan buat gue." ucap Azka dengan merebut kembali bukunya itu dari Reza.

"Bosen gue liatnya, " Balas Reza.

Azka melihat kearah Reza dengan sorot mata yang tajam. "Buang aja mata lo." Lalu cowok itu kembali membaca bukunya. Dan berusaha untuk menghiraukan omongan Reza yang tiada artinya.

Reza menelan ludahnya dengan perasaan terkejut. "Buset dah, gitu amat bang ngomongnya."

Sedangkan Evan sedari tadi hanya memperhatikan seorang gadis cantik yang tengah duduk di sampingnya. Namun gadis itu seperti orang asing yang tidak ingin saling bicara dengannya.

Evan ingin menyapanya namun mengingat kejadian kemarin rasanya sulit untuk dia mengajak gadis itu kembali saling berbincang seperti biasanya.

Elena mengurangi cahaya ponselnya, lalu matanya menuju kearah pintu kelas. "Gue pergi dulu." ucap gadis itu dengan langsung bangkit dari duduknya.

Kemudian dia melenggang pergi tanpa perduli akan jawaban dari teman-temannya.

"ELENA MAU KEMANA!?" teriak Vania saat melihat Elena pergi tanpa memberitahu tujuannya kemana.

Namun nyatanya gadis itu sudah melangkah jauh dari pandangannya.

"Mau kemana sih dia?" ucap Vania dengan menatap satu persatu teman-temannya.

Reza menaikkan bahunya acuh. "Entahlah.."

Evan langsung bangkit dari duduknya dan melenggang pergi dari kelas ini tanpa basa basi terlebih dahulu.

"Tuh bocah ngapa ikut-ikutan sih!" ucap Reza, saat menyadari langkah Evan seperti mengikuti arah Elena.

Saat melihat itu Gilang akhirnya membuka suara."Mereka ada masalah yah?"

"Kayaknya iya," jawab Vania.

***

"Elena, " Panggil Evan. Namun sayangnya gadis itu mengabaikan dirinya. Tetap berjalan, Evan sendiri tidak tahu tujuannya itu kemana.

"Elena!" Panggil Evan kembali. Merasa tidak ada jawaban dari gadis itu, dia langsung berlari dan melebihi langkah gadis itu.

Saat sudah sampai dihadapan gadis itu cowok itu merentangkan tangannya untuk mencegah Elena yang terus-menerus menjauh darinya.

Elena menghembuskan nafasnya kesal. "Ngapain sih?"

"Mau kemana?" Balas Evan dengan merendahkan nada bicaranya.

"Nggak semuanya harus lo tau juga–kan?" Celetus Elena dengan membuang wajahnya. Dan dengan kedua tangan yang bersedekap didada.

"Lo kenapa sih Na? Apa karna yang kemarin?"

Elena mengerutkan dahinya.

"Kemarin gue keterlaluan yah? Gue minta maaf.."

"Santai aja kali!" ucap Elena yang hendak melangkah kembali. Namun lengan cowok itu menahan pergelangan tangannya.

"Bilang sama gue lo kenapa?"

"Udah yah Van! LO BISA NGGAK SIH NGGAK IKUT CAMPUR URUSAN GUE? APA UNTUNGNYA JUGA KALAU LO TAU GUE MAU KEMANA!?" bentak Elena.

Elena menepis tangan kekar milik Evan. Lalu kembali melangkah pergi.

***

Makasih banyak dah nyempetin buat baca cerita ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Makasih banyak dah nyempetin buat baca cerita ini. Semoga fiksinya menjadi nyata yah😁

Obat Untuk Gilang [Revisi]Where stories live. Discover now